Iqbaal
menarik pundak (Namakamu), menenggelamkan
dalam dekapannya. Cukup lama. Ia rasa dadanya
hangat dan mulai basah. Ia tahu apa yangterjadi
pada gadis ini. Di sisi lain. Seorang laki-laki
berdiri dengan jarak 10
meter, sedang menyaksikan adegan di hadapannya
yang sudah berlangsung kurang lebih dari 20
menit yang lalu. Merasakan dadanya penuh sesak.
'Kerja kelompok mendadak'. Cukup lucu alasan
yang dibuat gadis itu. Tersenyum hambar. Dan
memutar balikan tubuhnya untuk menjauhi tempat
ini, tak ingin membuat hatinya lebih hancur lagi.
~flash back on~ Bastian memarkir motornya di
depan gerbang sekolah kekasihnya. Menunggu
gadis yang ia cintai, sudah 15 menit yang lalu ia
menunggu. Beberapa kali ia menelepon namun
tidak ada respon. "Hhhfffhhh." Mulai jenuh
sepertinya. Sekal lagi ia mencoba menghubungi
gadis itu. "Halo Bas." Bastian bernafas lega.
Panggilannya yang ke-11 akhirnya mendapatkan
respon. "Kamu dimana?" Tanya Bastian seketika
kejenuhannya hilang. "Aku ada kerja kelompok
mendadak Bas. Aku nanti pulang sendiri." "Oh
gitu. Ya udah gak apa-apa. Pulangnya hati-
hati." Terdengar nada sedikit kecewa. "Iya. Maaf
ya." "Iya. Bye." 'Tut tut tut' Telepon berakhir.
Beberapa menit ia terdiam, entah kenapa ia
merasa malas melajukan motornya untuk pulang,
mungkin karena kali ini ia tidak berhasil
membawa pulang (Namakamu). Namun... Dengan
indah motor itu melintas di hadapannya. Seorang
laki-laki membonceng seorang gadis yang ia
kenali, kekasihnya sendiri.Kepalang hancur ia
kini dengan cepat menstarter motornya dan
mengikuti dua manusia itu dari jarak yang cukup
aman. ~flash back off~ Wajah Bastian terlihat
setengah frustasi. Berjalan sambil
menengadahkan wajahnya ke atas dan menjambak
rambut dengan kedua tangannya. Sesekali
menarik nafas panjangnya untuk menyembuhkan
sesak dadanya. Miris. *** Malam hari.
(Namakamu) melirik ponsel yang tergeletak di
atas tempat tidurnya. Layarnya bersih. Kemana
kekasihnya? Dari sore tidak ada kabar. Biasanya
cerewet dan ribet. (Namakamu) mencoba
menghubunginya, mengotak-atik ponselnya
sejenak. 'SEND' Terkirim sebuah pesan singkat
dari (namakamu) untuk Bastian. Namun,
beberapa menit berlalu. Tidak ada balasan.
"Kemana sih?" (Namakamu) menggerutu kesal.
Kali ini ia coba menelepon kekasih barunya itu.
"Angkat dong oon." Desis (namakamu) sedikit
geram. "Hallo." Terdengar suara parau di
seberang sana. "Kamu kemana sih Bas!" Ujar
(Namakamu) setengah membentak. "Kenapa sih
sayang marah-marah terus?" Jawab Bastian
tidak menghiraukan pertanyaan (namakamu)
malah mempertanyakan nada kesal (namakamu).
"Aku nunggu kabar dari kamu!" Nada suara
(namakamu) masih belum santai. "Iya maaf. Aku
ketiduran." Jawab Bastian polos. "Kamu bisa-
bisanya udah tidur jam segini." Nada protesnya
semakin memuncak. "Udah dong beb. Love you love
you love you." Bastian semakin ngeyel membuat
(Namakamu) tidak bisa menahan tawanya. "Kamu
tuh! Aku kangen. Besok kamu nganter ke sekolah
kan?" "Iya. Besokaku datang ke rumah kamu dari
jam 6 pagi ya." Ucap Bastian membuat
(Namakamu) tak berhenti tertawa. "Ya udah,
sampai ketemu besok ya. Bye." "Bye." 'Tut tut
tut' Sambungan telepon terputus. (Namakamu)
bisa menarik nafas lega karena rasa bersalahnya
kini pada Bastian mulai berkurang, ternyata laki-
laki itu baik-baik saja. 'Baik-baik saja'? *** Pagi
hari Bastian sudah bertengger di atas motornya
yang terparkir tepat di depan pagar rumah
(namakamu). Mengetuk-ngetukan kakinya
menghilangkan rasa bosan karena sudah 10 ia
menunggu gadis itu namun tak kunjung keluar
dari balik pintu rumahnya. Namun selang
beberapa detik. Senyuman cantik gadis itu telah
membuyarkan kejenuhannya kini, ia muncul dari
balik pintu, setengah berlari menghampirinya.
"Hai." Sapa (namakamu) memegangi lengan
Bastian. Bastian tersenyum, gadis cantiknya kini
telah berada di hadapannya. Mungkinkah
senyuman gadis ini mampu melunturkan rasa
sakit hatinya melihat kejadian kemarin? "Yuk."
Bastian menarik lengan (namakamu),
mengisyaratkan untuk segera naik. Dengan cepat
(Namakamu) mengikuti perintah Bastian karena
waktu untuk menuju waktu bell masuk sudah
tidak lama lagi. Motor Bastian mulai melesat
dengan kecepatan santai. Beberapa menit
berlalu. Terjadi keheningan selama perjalanan.
Bastian tidak secerewet biasanya. Tidak seheboh
biasanya. Cukup menjadi pertanyaan besar bagi
(Namakamu). Tapi jika (Namakamu) bertanya
'kamu kenapa?' Bukankah akan semakin merusak
mood Bastian? Sehingga (Namakamu) memutuskan
KAMU SEDANG MEMBACA
OPPOSITE
Teen FictionTerkadang sesuatu yang berlawanan itu menjadi musuh dan dijauhi... Tanpa sadar sebenarnya, sesuatu yang berlawanan itu bisa membuat kita terasa lebih nyaman. . @citranovy PRIVATE STORY # 706 dalam teen fiction