2

2.8K 192 4
                                    

'CREK'
...
Senyuman itu terpotret sempurna tersimpan di kamera ponselnya. Senyuman untuk (namakamu) kah? Benarkah? Ia kini tersenyum?

Setelah berhasil menge'save gambar Iqbaal, (namakamu) kembali terfokus pada langkah laki-laki tampan tersebut. Mulai merasakan degup jantung di dalam sana dag dig dug tak karuan, padahal seringkali (namakamu) menghampiri Iqbaal dan menempel di samping Iqbaal, walaupun tanpa respon. Tapi kenapa kali ini, ketika Iqbaal mendekatinya. Rasanya sungguh... Tak bisa di ungkapkan...

"Hai..." Iqbaal menyapa... Menyapa...

"Sha."

Sha? Salsha kah maksud Iqbaal? Tubuh (namakamu) seketika melemas mendengar sapaan Iqbaal yang ternyata bukan mendarat untuknya. Tapi...
'Salsha', (namakamu) melupakan Salsha yang duduk di samping kanannya. Kenapa ia lupa bahwa ada Salsha di sampingnya? Dan kenapa ia merasa Iqbaal tadi menatapnya.

Iqbaal kini mengajak Salsha untuk membicarakan sesuatu,sepertinya masalah organisasi. (Namakamu) tidak terlalu fokus pada perbincangan Iqbaal dan Salsha, karena kini (namakamu) tengah sibuk mengecek layar ponselnya. Melihat kembali foto Iqbaal yang telah ia potret beberapa menit lalu.

"Huffhhh." (Namakamu) mendengus lalu menghempaskan punggungnya pada sandaran bangku.

Kamera ponselnya menangkap foto Iqbaal, terlihat tatapan Iqbaal bukan tertuju ke arahnya, tapi ke arah samping kanannya. Tentu saja pada Salsha. Mengapa (namakamu) harus geer pada sikap Iqbaal yang jelas-jelas tak pernah menganggapnya ada.

"Lo kenapa?" Tanya Salsha, ternyata tingkah (namakamu) tadi menarik perhatian Salsha dan Iqbaal yang kini menatapnya.

"Hah?" (Namakamu) salah tingkah mendapatkan tatapaan seperti itu. Dengan cepat (namakamu) menggeleng.

"Nah jadi gitu Sha. Lo bisa kan?" Iqbaal melanjutkan kembali diskusinya dengan Salsha tanpa menghiraukan (namakamu) 'sedikitpun'.

Sakit hati? Sudah biasa. Hati (namakamu) sudah tahan banting diperlakukan seperti apapun oleh Iqbaal.

"Ok." Salsha tersenyum menyanggupi tawaran Iqbaal. Entah apa, (namakamu) tidak tahu dan tidak mau tahu.

"Makasih." Ucap Iqbaal membalas senyum Salsha.

'CREK'

Kamera ponsel (namakamu) kembali menangkap senyum Iqbaal. Yang jelas-jelas senyumnya ditujukan untuk Salsha.

Iqbaal berbalik, duduk di kursinya, bersama Aldi teman sebangkunya, dan seorang siswa laki-laki dengan badan berisi, Kiki duduk di belakang mereka. Iqbaal duduk tepat sebelah kiri (namakamu), membuat pandangan (namakamu) mengekor mengikuti arah geraknya. "Suami! Kemarin kan aku SMS. Kamu sibuk ya? Kok gak bales?" Tanya (namakamu) berharap pertanyaannya hari ini mendapatkan jawaban.

Iqbaal hanya mengangkat kedua alisnya tanpa menatap (namakamu). Apa artinya? Apakah itu jawaban dari pertanyaan (namakamu)?

"Selamat pagi." Ucap seorang guru wanita melangkahkan kakinya ke dalam kelas. Matematika. Yap, pelajaran pertama hari ini diawali dengan pelajaran menyenangkan itu .

Well, pagi ini sepertinya akan menjadi pagi yang indah dengan sarapan soal matematika yang akan sangat mengenyangkan. (Namakamu) mulai mengeluarkan buku catatan dan buku paketnya di atas meja, tak lupa alat tulisnya yang sudah ia persiapkan untuk pagi ini.

Tatapannya masih tak lepas memandangi laki-laki di samping kirinya. Apa dengan seperti itu bisa membuat (namakamu) mengerti dengan pelajaran ini? Tentu tidak... Ya, itu lah jawabannya mengapa (namakamu) buta sekali dengan pelajaran ini.

Iqbaal mengeluarkan buku catatannya.

'Prak'

(Namakamu) menyimpan sebuah pulpen di samping kanan tangan Iqbaal, membuat Iqbaal dan Aldi teman sebangkunya menoleh. (Namakamu) hanya nyengir. Iqbaal tak meraih pulpen tersebut. Ia kembali merogoh tasnya.

 OPPOSITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang