...
"Yuk..." Iqbaal menarik lengan... Salsha, membuat Salsha sedikit terkejut.Hah? Kenapa Salsha. Apakah Iqbaal bercanda? (Namakamu) semakin terdiam, kaget dengan sikap Iqbaal, laki-laki itu selalu membuatnya merasa menjadi gadis bodoh seperti ini.
"Lo kan masih bisa ikut sama gue." Aldi tersenyum, menyadarkan (namakamu) dari kekesalannya.
"(Namakamu) sama Iqbaal aja. Gue sama Aldi." Tukas Salsha dengan cepat ketika Aldi mengajak (namakamu).
"Gak usah, gue sama Aldi aja. Kan yang ada keperluan lo sama Iqbaal, gue sama Aldi cuma nemenin." Ucap (Namakamu) masih dengan tingkah girangnya, menutupi rasa sakit karena tingkah Iqbaal tadi.
"Ayo Sha." Iqbaal sudah mulai meraung-raungkan gas motornya.
Dengan berat hati Salsha menaiki jok motor Iqbaal, matanya masih menatap (namakamu), ada perasaan tak enak dalam hati Salsha. Sedangkan (namakamu) kini tengah duduk tepat di belakang Aldi. (Namakamu) tersenyum pada Salsha mengartikan bahwa dirinya baik-baik saja.
Terjadi keheningan antara Salsha dan Iqbaal selama perjalanan, hanya sesekali Iqbaal bertanya dan menghasilkan jawaban singkat dari Salsha begitupun sebaliknya.
Berbeda dengan Aldi dan (Namakamu) yang selama perjalanan tak henti mengoceh, menghasilkan sedikit tawa di sela-sela obrolannya.
"Dan sekarang kita ngapain?" Tanya Aldi pada (namakamu) ketika mereka telah sampai di tempat tujuan, di sebuah distro kawasan Bandung. Mereka masih berada di atas jok motor melihat Salsha dan Iqbaal yang kini tengah memasuki pintu distro.
"Ya diem aja... Di situ." Tunjuk (namakamu) pada sebuah bangku yang terletak di sebelah kanan parkiran.
(Namakamu) dan Aldi duduk berdampingan pada bangku parkir yang cukup teduh karena bangku ini terletak di bawah sebuah pohon rindang. Aldi sempat membeli dua kaleng minuman untuk mereka berdua tadi di sebuah mini market, merasakan tenggorokannya kering selama perjalanan tadi karena sinar matahari cukup terik, begitupun (namakamu) pasti merasakan hal yang sama.
"Lo gak cape?" Tanya Aldi setelah meneguk minumannya.
"Capek sih enggak,cuma haus aja." (Namakamu) kembali meneguk minuman kaleng yang digenggamnya.
"Lo gak cape ngejar-ngejar Iqbaal terus?" Pertanyaan Aldi membuat (namakamu) refleks menatap laki-laki di sampingnya itu.
"Iqbaal gak pernah kasih respon buat lo." Aldi mengangkat kedua alisnya yang artinya ia meminta jawaban dari (namakamu).
"Gue udah mentok." (Namakamu) menyandarkan punggungnya pada sandaran bangku.
"Separah itu? Sampai diperlakukan kayak gimana pun lo gak pernah sakit hati?" Aldi tak habis pikir dengan pilihan bodoh gadis ini.
(Namakamu) menggeleng. "Enggak." Ucapnya tersenyum tipis. Padahal... Hanya (namakamu) yang mengetahui keadaan hatinya sendiri, karena sikapnya selama ini selalu berhasil mengelabui orang di sekitarnya.
"Gue tau lo boong." Aldi tersenyum miring. "Gue tau lo rapuh."
(Namakamu) menegakkan posisi tubuhnya. Berusaha mencerna pernyataan Aldi barusan.
"Apa?" (Namakamu) menginginkan Aldi mengucapkan kata-katanya lagi.
"(Namakamu)!" Panggil seorang gadis keluar dari pintu distro, siapa lagi kalau bukan Salsha. Di susul dengan laki-laki bodoh itu melangkah di belakangnya.
"Udah?" Tanya (namakamu) pada Salsha yang kini sudah mendekat.
"Udah. Lama ya?" Salsha khawatir (namakamu) jenuh menunggunya sedari tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
OPPOSITE
Teen FictionTerkadang sesuatu yang berlawanan itu menjadi musuh dan dijauhi... Tanpa sadar sebenarnya, sesuatu yang berlawanan itu bisa membuat kita terasa lebih nyaman. . @citranovy PRIVATE STORY # 706 dalam teen fiction