.
.
Chanyeol duduk dengan ditemani kakaknya. Ia terdiam mengingat percakapannya kemarin dengan Bomi. Menjauhkan Joohyun dari Luhan. Yoora tertegun melihat sikap adiknya ini. Tak biasanya ia menjadi seorang yang pendiam jika telah bersamanya."Sebenarnya, apa yang sedang kau pikirkan saat ini?" tanya Yoora yang mencoba mencairkan suasana.
"Ani, tak apa. Aku tak sedang memikirkan apapun" jawab Chanyeol.Menurutnya, ia tak bisa menceritakan niatnya untuk merebut Joohyun dari Luhan. Ia yakin, jika kakaknya ini akan melarangnya, walau sebenarnya kakaknya ini sangat menginginkan Joohyun sebagai adik iparnya.
Yoora sangat mengetahui kalau Chanyeol kini sedang menutupi sesuatu. Ia lebih memilih diam, bisa saja itu adalah hal yang sangat pribadi, walau dia adalah kakak nya.
"Noona, bagaimana jika aku mendapatkan Joohyun?" tiba-tiba saja Chanyeol mengeluarkan pernyataan.
"Apa maksudmu? Bukankah Joohyun telah menikah. Apa kau ingin menghancurkan kehidupan rumah tangganya?" tanya Yoora.
Chanyeol terdiam sekali lagi, ia sudah mengira jawaban itu pasti akan keluar dari mulut kakaknya. "Ani, aku hanya bertanya"
"Jika kau memang mencintainya, biarkan dia memilih apa yang menurutnya dapat membuatnya bahagia, jika kau sampai seperti ini kau akan membuatnya menderita"
Chanyeol terdiam, ia menelaah perkataan kakaknya. Ia juga mengingat kembali kesepakatannya dengan Bomi. Apa dia akan melanjutkannya atau tidak?
***
Joohyun terlihat tengah sibuk memasak, ia memasukkan bahan-bahan makanan. Saat ini ia akan memasakkan sup kacang merah kesukaan Luhan. Tiba-tiba sepasang lengan melingkar di pinggang mungilnya, terlihat Luhan tengah memeluknya dari belakang. Joohyun merasa terganggu, karena Luhan memeluknya saat ia tengah memasak.
"Ya! kau bisa membuat makanan ini hangus. Lepaskan"
"Aniya, aku hanya ingin memeluk istri ku ini"
Pipi Joohyun terlihat merona mendengar jawaban Luhan. Luhan melihatnya dan segera menggoda Joohyun.
"Lihatlah pipi mu memerah"
Joohyun cemberut melihatnya. Ia memilih untuk mengacuhkan Luhan dan lanjut memasak. Luhan terdiam melihatnya. Ia segera menggoda Joohyun sekali lagi, namun Joohyun tak mengindahkannya.
"Apa kau marah?"
"..."
Tak ada jawaban dari Joohyun. Ia segera meletakkan panci di meja dengan keras. "Lu Han -ssi, bisakah kau diam! Duduk dan tunggu di meja, Arrachi!!"
Luhan terkejut mendengar Joohyun memanggilnya dengan Luhan-ssi. "Mwo? Lu..Han...ssi? Ya! Aku ini suamimu, bagaimana bisa kau memanggilku seperti itu?"
"Maka dari itu, kau diamlah!"
***
"Chagiya" Bomi menyapa pria yang telah menunggunya sedari tadi. Pria itu membalas sapaan Bomi. Ia segera menghampiri kekasihnya itu.
"Mian aku terlambat" ujar Bomi.
"Gwaenchanna," Pria itu tersenyum dan mencium bibir Bomi sekilas. Bomi tersipu malu.
"Kau terlihat bahagia, ada apa? Apa kau sudah berhasil menjauhkan Joohyun dari Luhan?" tanya Woojae.
"Ani, aku sudah membuat kesepakatan dengan seseorang bernama Park Chan yeol, dia menyukai Joohyun. Dia juga setuju untuk bekerjasama denganku untuk menjauhi mereka. Ahh bahagianya diriku ini. Satu langkah menuju kemenangan"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Marriage
أدب الهواةMenikah dengan seseorang yang kita cintai, tentu saja kita akan merasa bahagia. Tetapi, bagaimana kalau kita tidak mencintainya? Tentu itu pasti menyulitkan. Disinilah kisah cinta itu ada. Tangisan, Kesedihan, Kebahagiaan, dan Kesengsaraan ada dalam...