"Udah nangisnya?" Tanya Levin pada Tata yang tangisnya mulai mereda.
Mata Tata mendelik ke Levin. Dan mengusap-usap mukanya yang basah dengan kedua tangannya . Ia tak peduli terlihat lemah di hadapan Levin. Hatinya benar-benar sakit.
"Gue tau kok ini ulah Kevin, pantesan aja tadi pagi dia pergi sekolah pagi banget ninggalin gue." Levin berhenti sejenak.
"Gue... Minta maaf."
"Maaf? Buat apa?" Tanya Tata tanpa mengalihkan pandangannya pada Levin.
"Gue minta maaf karna gue gak bisa menahan Kevin sampe akhirnya Kevin ngelakuin ini ke lo. Gue minta maaf kemaren sudah nendang lo bola. Gue minta maaf karna gue penyebab kesalahpahaman antara lo dan Kevin sampe jadi masalah. Gue-"
"Stop." Tata memotong perkataan Levin.
"Gue udah maafin lo soal bola itu, dan ini bukan salah lo. Jadi lo gak perlu merasa bersalah." Lanjut Tata
"Dan gue minta maaf atas nama Kevin." Ucap Levin. Entah mengapa perasaan Levin sangat tidak enak pada Tata. Dia berpikir bahwa dirinya lah penyebab masalah antara Tata dan Kevin.
Mendengar ucapan Levin menyangkut kata 'Kevin', Tata memilih untuk diam. Hatinya terlalu berat untuk memaafkan seorang Kevin. Apalagi permintaan maaf dari perwakilan saudara kembarnya, Tata ingin mendengar permintaan maaf dari mulut Kevin sendiri dengan tulus.
"Gue balik dulu ke kelas." Levin bangkit dan berjalan meninggalkan Tata.
"Tunggu!"
Levin berbalik.
"Sweater lo gimana?" Tanya Tata.
"Udah pake aja. Masa lo ntar jalan-jalan dengan keadaan rok lo yang begitu." Ujar Levin.
"O-oh okay. Thanks ya Levin. Gue janji balikin besok."
Levin mengangguk dan tersenyum lembut lalu pergi meninggalkan kelas Tata.
***
"Ta, sweater siapa tuh? Jangan bilang.." Zetta baru saja kembali dari lab komputer.
"Iya."
"Goddamn. Beruntung banget lo."
"Tapi Levin kok tau gue kayak gini?"
"Tadi dia nyamperin gue nanyain lo, yaudah deh gue suruh aja dia ke kelas biar tau keadaan lo gara-gara kelakuan sodara kembarnya."
"Hm pantes dia kayak merasa bersalah gitu sama gue."
"Yaudah lah yang penting sekarang lo udah dapat sweater buat nutupin rok lo kan? Ikat tuh sweater di pinggang lo, supaya ketutupan sobekannya. Bersihin bangku lo, abis ini kita ke kantin." Perintah Zetta.
Tata menuruti apa perkataan Zetta. Sweater abu-abu Levin melingkar manis di pinggangnya, menutupi sobekan roknya. Kemudian Zetta dan Tata beranjak keluar kelas untuk ke kantin.
Sialnya, di perjalanan menuju kantin mereka bertemu Kevin cs.
"Weis liat bro kayaknya lo sukses hari ini!" Teriak Devan saat melirik Tata yang pinggangnya diikat sweater.
Kevin hanya tersenyum sinis pada Tata. Perih di dada Tata mulai melanda. Melihat raut wajah Tata yang geram sekaligus sedih, sebuah ide jahil nan jahat muncul di otak Kevin.
"Eh lo lagi. Pake sweater gue lagi. Sini balikin!" Ujar Kevin dengan muka songongnya dan kedua tangannya yang dimasukkan dalam saku celana. Ia berjalan mendekat Tata.
"OH JADI LO YANG BUAT ROK GUE BEGINI HAH! LO TUH KENAPA SIH SUKA GANGGUIN HIDUP GUE? ASAL LO TAU INI SWEATERNYA LEVIN BUKAN PUNYA LO!!"
"Hahhaaha apa lo bilang? Punya Levin? Itu sweater gue kali, dia pinjem ke gue. Pokoknya balikin!" Kevin berusaha menarik sweater milik Levin yang berada di pinggang Tata.

KAMU SEDANG MEMBACA
#Cintagram
Teen FictionJatuh cinta? Udah biasa. Bagaimana jika jatuh cinta hanya dengan menscroll-down explore di instagram dan menemukan seseorang mengupload fotonya yang menarik ditambah dengan banjir likes,komen,dan followers? Bisa jadi! Semua orang pasti pernah mengal...