Chapter 11 - I ain't gonna ditembak him, right?

246 33 0
                                    

Masih dalam keadaan terduduk lemas diantara keramaian orang-orang. Tata binggung harus bagaimana. Dilema perasaannya, hati kecilnya berkata untuk membantu namun darah yang menyumbat di jantungnya yang menyebabkan kebencian terus memberontak karena dirinya sudah terlalu benci oleh korban kecelakaan itu. Kevin Aljuzi.

Kevin mengalami tabrak lari. Penabrak tak bertanggung jawab itupun pergi saat Kevin telah terkapar di atas aspal dengan darah segar yang mengalir dan motor satrianya yang sudah tak berbentuk. Orang-orang disekitarnya hanya bisa menonton keadaan Kevin tanpa tergerak hatinya untuk segera membantu Kevin.

Tata tidak sanggup lagi, walau ia amat membenci Kevin tapi ia tak tega melihat keadaan Kevin. Kevin butuh pertolongan secepatnya!

Tanpa membuang-buang waktu, Tata berteriak kepada orang disekitarnya untuk menelpon ambulans. Sedangkan dirinya sibuk menepuk-nepuk pipi Kevin berharap lelaki itu segera membuka matanya. Namun sepertinya usahanya sia-sia.

"Kevin!! Bangun Kevin!! Kevinnnn!!!" Tangannya menepuk kedua pipi Kevin semakin keras sehingga terlihat seperti tamparan.

"Kevin bego bangun!! Lo harus kuat!! Biasanya juga lo kuat lawan gue! Kevin banguunnnnn!!!!"

Tanpa disadari, air mata Tata meluncur bebas dari pelupuk matanya. Bukan. Bukan karena Tata yang bodoh menangisi keadaan Kevin. Tapi ia baru pertamakali melihat kejadian seperti ini. Dan ia takut bila perbuatannya terlambat dan menyebabkan Kevin....

"Arghh.." Tata mengacak rambutnya frustasi berharap segera mengusir pikiran buruknya.

Mobil ambulans telah datang, saat Kevin diboyong petugas ambulans untuk naik ke ambulans, Tata segera mencari gojek yang mengantarnya dan memberikan helm serta selembar uang 50 ribu lalu segera berlari ke arah mobil ambulans tanpa menunggu kembaliannya.

Peduli syaiton dengan uang kembalian, pedulinya kini hanya terfokus pada Kevin.

Mobil ambulan melesat jalan raya kota Jakarta dengan laju. Sirine yang membisingkan itu membuat pengendara di jalan raya menepikan kendaraan mereka dan mobil ambulans pun dengan cepat melaju menuju rumah sakit terdekat.

Disinilah Tata, di dalam mobil ambulans bertindak sebagai wali Kevin. Jantungnya berdetak tak karuan saat petugas medis di dalam mobil ambulans panik dan segera memberikan pertolongan pertama. Tangannya refleks menggenggam tangan Kevin, berharap yang terbaik untuk Kevin.

Sekitar 15 menit, mereka telah sampai disebuah rumah sakit. Para dokter dan perawat lainnya sibuk memindahkan Kevin ke ranjang yang beroda dan berlari-lari menuju ruang UGD.

Tata pun berlari mengikuti langkah dokter dan perawat yang mendorong ranjang Kevin sambil mengenggam erat tangan Kevin. Namun sayang, saat memasuki ruang UGD, Tata di cegat oleh perawat lainnya. Dia dilarang masuk.

Tata terduduk lemas di kursi yang disediakan di depan ruang UGD. Tangannya segera merogoh saku dan mengambil handphonenya. Tanpa basa-basi lagi, Tata segera menelpon nomor Levin.

Diseberang sana, Levin terdengar shock saat mendengar penuturan Tata dari telpon. Levin pun segera memanggil mamanya yang berada di dapur dan segera menelpon papanya agar segera pulang dari kantor.

Levin berlari-lari panik dilorong rumah sakit diikuti oleh mama dan papanya. Mamanya menangis tersedu-sedu sedangkan Levin berjalan menuju Tata yang sedari tadi duduk termenung.

"Gimana keadaan Kevin?" Tanyanya. Tata yang asyik melamun terkejut mendapati Levin yang berada di sampingnya sontak menoleh dan refleks memeluk Levin.

#CintagramTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang