Pov Meghan Farra Hwaks
Sinar matahari datang dan menyelip melalui sela-sela jendela kamarku, hal itu jelas sungguh menggangu tidurku, dan yang aku yakini bahwa aku baru saja tertidur 2 jam yang lalu. Tugas dan proposal yang harus diselesaikan ini membuat jam tidurku berkurang banyak. Aku Meghan Farra Hawks anak kedua dari 4 saudara. Anak Bapak Hawks dan Nyonya Hawks.
Jujur saja, aku bukan dari kalangan orang kaya. Papaku hanya bekerja sebagai Manager disuatu perusahaan asing, dan Mamaku, merupakan seorang dosen di salah satu Universitas swasta di dekat rumahku. Kami hanya keluarga sederhana yang penuh dengan kasih sayang.
Kami merupakan 4 bersaudara, dan semuanya berjenis klamin wanita. Dulu aku sempat berfikir, bagaimana rasanya jika memiliki saudara laki-laki, mungkin saja kebahagian orangtuaku akan semakin bertambah.
Mengapa?
Jelas saja, papa tampak sangat kesepian dirumah, hanya karna tak memiliki anak laki-laki yang dapat berbicara tentang bola, mesin ataupun percakapan yang berbau tentang laki-laki. Papa juga berusaha untuk menyukai boneka dan dongeng-dongeng princes untuk anak perempuannya, mengingat kami semua adalah seorang putri baginya. Itu lah yang membuat jalan pikiranku berubah besar. Kini aku menjadi perempuan yang memiliki hobby yang hampir sama dengan seorang laki-laki.
Aku menyukai olahraga basket dan bola kaki. Aku menyukai film action atau sesuatu yang menantang. Aku selalu tidur saat subuh hari untuk menemani Papa nonton bola ataupun tinju. Aku juga mengikuti beladiri seperti karate untuk melindungi diriku sendiri. Sejak kecil aku tak pernah berbicara tentang film cindarella, putri tidur atau apapun cerita yang menyangkut dengan princes. Aku lebih sering menonton film Power rangers, Ulltramen ataupun Cosmos. Sangat berbeda dengan saudaraku yang lainnya.
Oke, itu perkenalan singkat tentangku.
Aku berusaha mengumpulkan semua nyawaku, mengingat aku baru saja terbangun dari tidur ayamku.
"Pukul berapa ini?" aku bertanya sendiri sambil menolehkan kepala ke kanan dan kekiri, inimah mirip lagi ngedugem di kamar mandi.
Berusaha mencari jam, mengingat aku ada pertemuan dengan Pembimbing Akademis ku. Saat aku menemukan barang yang kucari, segera aku berlari ke kamar mandi.
"Sudah jam 7.35, omg, mati aku. Gak usah mandi, mana sikat gigiku, kemana handukku?" aku berteriak dan heboh sendiri dikamar mandi. Nasib jadi anak yang jauh dari orangtua yaa begini, nasibnya ngenes bangat. Gak ada yang bangunin di pagi hari, bahkan yang nyiapin sarapan.
Selesai bersiap-siap, aku langsung pergi capcus otw menuju kampus. Mengeluarkan motor gede merahku dan tidak lupa mengunci rumah.
Saat ini aku tinggal sendiri, memilih hidup sendiri dan jauh dari orangtua, Mencoba mandiri. Tapi apalah kekuatan daku, Mama sama Papa selalu menelfon 3 kali sehari, menanyakan keadaan ku.
Ya aku tau, aku memang seorang anak gadis yang hidup jauh dari orangtua. Tapi gimana caranya mau mandiri, jika Papa sama Mama selalu saja menelfonku 3 kali sehari. Hello, itu mah udah kayak mau makan aja. Disini saja aku makan bisa cuma sampai sekali sehari doang. Ini mah berlebihan namanya.
Tak butuh waktu lama, hingga aku sampai di kampusku. Kuparkirkan dengan nyaman motorku di samping motor ganteng (maksudnya, motor yang keren). Berjalan santai menuju ruangan Biro, tempat para dosen beristirahat.
"Hay Hawks!" sapa Ray yang sekarang berada disampingku.
Aku tak menjawab dan hanya terus melangkah dengan muka datarku. Jelaslah aku tak menjawab, Hwaks tuh nama Papaku dan bukan namaku.
"Cuek amat sekarang neng? Udah bosan berantam sama abang?" kesal Ray karna dihiraukan olehku.
Sungguh, ini sangat menyebalkan. Kami berdua terkenal dikampus sebagai musuh bebuyutan. Jadi agak terlihat aneh bila kami berjalan beriringan berdua seperti saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Love Me
ChickLitIni cerita tentang kisah obsesi seorang laki-laki keturunan Jepang, kepada seorang wanita yang udik, hanya kerena sebuah tawa. *Meghan Farra Aku terbiasa dengan hidupku yang selalu bebas, tanpa adanya sebuah kekangan dan aturan yang dapat membuatku...