"Dimana dia?" Batinku sambil melihat sekeliling Apertementku.
Baru saja sebentar aku tinggalkan Farra sendiri disini, tapi entah kemana dia pergi. Bahkan jejak kepergiannyapun tidak ada. Aku hanya menghembuskan nafasku kasar, mendudukan pantatku diatas sofa yang berada diruangan tv, dan melempar asal tas kertas yang sudah berisi pakaian yang tadinya akan kugunakan untuk menginap. Ia memang tidak pernah bisa tertebak.
Aku memilih untuk membersihkan diri, karena percuma mencari dia keluar, karna dengan dia pergi secara diam-diam sudah menunjukan suatu penolakan besar terhadapku.
Mungkin aku akan memberikan beberapa waktu untuk dia berfikir, bahwa sebenarnya aku benar-benar tulus, dan menginginkan hal lebih. Dia satu-satunya wanita yang bisa membuatku frustasi.
Setelah itu, aku bingung mau melangkah seperti apa, tetap melanjutkan untuk mengejarnya, atau membiarkan perasaan asing ini berlalu begitu saja.
***
Seperti semula, aku kembali pada retunitasku seperti biasanya. Melakukan hidup yang begitu menonton. Bangun di pagi hari, bekerja sampai waktu menunjukan pukul 8 malam, bahkan bisa sampai tengah malam, kemudian kembali ke Apertemen, lulu tidur, dan kembali dipagi hari laginya.
Sudah 2 minggu aku tidak menemui Farra, karena aku sudah bertekad untuk tetap mempertahankan perasaan asing ini, dan berjuang untuk mendapatkannya. Dan aku sudah memberikan waktu 2 minggu untuk Farra berfikir, dan aku rasa, itu waktu yang benar-benar cukup.
Galau dan kesepian yang kurasakan selalu kulampiaskan ke media social, dan isi postingannya tidak pernah jauh-jauh dengan inisal nama F. bahkan teman-temanku mempertanyakan maksud dari postingan postingan di media sosialku. Dan selama 2 minggu inilah aku tidak mau menemui mereka , karena aku tahu, bahwa ujung-ujung dari pertemuan kami adalah club malam, dan itu adalah hal yang paling kuhindari.
Aku bahkan langsung men-follow akun ig mama Farra, karena entah karena angin apa, IG mama Farra tiba-tiba saja di private, padahal aku belum menyelesaikan membaca semua postingan mama Farra tentang dirinya. Farra membuat perubahan besar terhadap diriku.
Sudah kuputuskan malam ini untuk bertemu dengan Farra, mendatangi langsung rumahnya, karena percuma mengharapkan dia yang berinisiatif untuk bertemu dengaku.
Aku tidak peduli dengan jawaban yang akan diberikannya nanti, aku akan memaksanya dengan caraku, ia harus bertanggung jawab, karena sudah melahirkan perasaan asing ini. Karena jujur, perasaan ini membuatku asing.
"Farra" teriak seseorang.
Baru saja aku membicarakan tentang gadis itu, dan sekarang ia muncul dihadapanku. Kali ini ia mengenakan pakaian formal berupa kemeja putih yang sangat sempurna ditubuhnya, di padukan dengan rok hitam panjang yang melekat dan membungkus indah kakinya. Ia melampirkan blazer hitam di lengan tangannya, dan datang duduk menghampiri teman-teman yang memanggilnya.
Mereka ada sekitar 11 orang, dan hanya Farra sendiri wanita yang berada dikerumunan mereka. Sepertinya mereka sedang merayakan sesuatu, karena sedari tadi teman-temannya mengucapkan selamat, dan memberikan sebuket bunga. Farra juga tampak terlihat bahagia, dan selalu tersenyum tulus menanggapi perkataan temannya.
Kembali aku terpesona dengannya, suara tawa yang dari dulu ingin kudengar kembali.
Astaga, ia benar-benar membuatku gila.
"Farra" aku menyapanya, dan mendatangi meja mereka.
Kini, semua perhatian mereka ada padaku. Dan Farra yang tadinya ingin menyuapkan makanan, mengalihkan tatapan matanya padaku. Seperti biasanya, ia selalu memberi respon yang ramah.
"Oh yaa Hai Kennan, mari sini gabung dengan kami!" ucapnya, mempersilahkan diriku untuk duduk disampingnya.
Aku mengikuti permintaanya, dan duduk tepat disampingnya. Ia masih saja berkutat dengan makanannya, tanpa peduli dengan tatapan kesebelas orang yang berada dimeja yang sama denganku, kini menatapku menyelidiki.
"Oh aku hampir lupa, ini dia yang namanya Kennan, yang 2 minggu lalu gue cerita" ucapnya dengan mulut yang penuh dengan makanan.
Aku hanya menggelengkan kepalaku dan tersenyum geli dengan tingkahnya. Dan memilih untuk memperkenalkan diriku kepada teman-temannya Farra.
"Hai, saya Kennan" ucapku singkat, memperhatikan mereka semua satu-satu. Hanya 1 orang yang kukenal dari kelompok ini. Dan ia juga tampak cuek dan memilih melanjutkan makannya.
"Maaf, Pak Kennan Mackie Durand bukan?" salah seorang pria yang pertama kali membuka suara.
Aku hanya mengangguk, dan tersenyum singkat "Kennan saja, jangan pakai Pak!" ucapku.
"Eh iya Kennan, kenalin saya Arya, teman Farra yang paling senior" ucap Arya memberikan tangannya untuk kujabat.
Aku pikir, mereka akan menyudutkanku. Nyatanya, mereka menyambutku dengan baik. Begitu juga dengan Farra, sikapnya berubah dengan terakhir kami bertemu. Dan mereka semua asik diajak mengobrol, aku tidak membutuhkan minuman alcohol hanya agar pembicaraanku dengan mereka nyambung.
Dan hari ini, mereka sedang merayakan siding skripsi Farra yang baru saja selesai. Aku bangga padanya, ia bisa menyelesaikan sarjana nya dengan tepat waktu.
Tatapan mata kebanggan ku tidak pernah meninggalkan wajahnya, dan ia tampak acuh dengan tingkahku.
Saat selesai makan siang, aku meminta kepada salah satu teman Farra, yang kalau tidak salah namanya Hary untuk memfoto kami berdua. Aku ingin memposting foto pertamaku dengan Farra di hari special dirinya. Anggap saja aku lebay, karena memang kenyataannya seperti itu. Aku hanya ingin menunjukan kepada semua orang bahwa Farra adalah milikku.
Farra juga tampak tidak masalah dengan permintaan konyolku, dan ia menerimanya dengan senang hati. Sepertinya aku harus menyelidiki sikap dia yang tiba-tiba berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Love Me
ChickLitIni cerita tentang kisah obsesi seorang laki-laki keturunan Jepang, kepada seorang wanita yang udik, hanya kerena sebuah tawa. *Meghan Farra Aku terbiasa dengan hidupku yang selalu bebas, tanpa adanya sebuah kekangan dan aturan yang dapat membuatku...