Jangan lupa Votementnya !!!
Aku baru saja selesai mengantar Ibuku ke bandara. Aku tidak tahu, apa yang membuat beliau nekad datang kesini, dan meninggalkan Yuki, adik perempuanku sendiri di Jepang. Ibuku tipe wanita Protective terhadap kami, dan 3 tahun yang lalu, ia sudah rela melepaskan ku untuk hidup sendiri. Tapi, tidak dengan Yuki, kemanapun ia pergi, ia harus membawa Yuki. Begitu juga sebaliknya.
Aku hanya menyempatkan diri, sekali dalam setahun untuk kembali ke Negara kelahiranku. Itu aku lakukan bukan karena aku tidak memiliki waktu untuk pulang, aku hanya membiasakan Ibuku berjauhan denganku. Ia benar-benar wanita yang Protective.
Aku melihatnya, Farra. Aku tidak tahu bahwa ia sudah pulang kesini. Dan sepertinya, ia tidak melihatku, karena terlalu asik bersiul.
"Farra" sapaku. Ia membalikan badannya menghadapku, dan membulatkan matanya lucu. Yaa.. semua yang dilakukannya benar-benar menggemaskan.
"Mau kemana?" tanyaku, sambil berjalan mendekatinya.
"Mau ambil motor, trus balik" jawabnya.
"Aku temanin" perintahku, dan menggandeng tangannya. Kontak fisik untuk kedua kalinya. Aku bersiul senang.
"Kemarin kemana? Tanyaku.
"Eh...." Dia kaget dengan pertanyaanku. Ada yang salah?
"Iya. 3 hari berturut-turut aku cariin kamu di rumahmu" ucapku, setelah memahami raut wajahnya.
"Kenapa?" dahiku mengerut, apa pernyataan ku salah? Aku memang mencarinya selama 3 hari ini.
"Apakah harus punya alas an dulu, baru bisa menemuimu?" tanyaku, setelah memahami maksud pertanyaannya.
Farra tampak kesal karena aku bertanya kembali, dan bukannya menjawab pertanyaan dirinya. Farra lebih memilih berkonsentrasi mencari tempat parkir motornya, dari pada berdebat dengan ku.
Jika di pikirkan kembali, sungguh menggelikan tingkahku sekarang. Untuk pertama kalinya, aku tertarik terlebih dahulu kepada seorang wanita. Bukan wanita, tepatnya bocah. Karena Farra baru saja memasuki umur 20 tahun. Kami terlihat seperti antara paman dan ponakan. Bukan antara wanita dan laki-laki.
"Trus tadi kesini sama siapa?" aku memecah keheningan diantara kami, dan mencoba mengintrogasinya. Karena, seingatku Farra bukan seperti cewek pada umumnya. Ia tampak lebih nyaman berteman dengan laki-laki.
"Sama temenku, Ricart" jawabnya santai, namun menohok hatiku. Benar bukan apa yang aku katakan.
Ricart, bukankah laki-laki itu yang pernah membawa Farra pergi ke Club malam, dan meninggalkan Farra seorang diri disana?
Aku memberhentikan langkahku, dan menatap Farra. "Ngapain sama dia?" tanyaku tak suka. Jelas aku tidak menyukai laki-laki itu. Dia yang membuat Farra hampir saja dilecehi oleh seorang pria hidung belang.
Apa Farra tidak bisa melihat, bahwa temen laki-lakinya itu membawa dampak buruk terhadapnya?
"Kenapa memangnya? Dia temenku. Dia menawariku bantuan, maka dari itu aku terima"
Dia menjawab enteng, tanpa tau bagaimana kawatirnya diriku. Jika bisa, aku ingin sekali mengurung Farra dalam daerah tutorialku, dan menjaga dia tetap disisiku.
"Besok-besok jangan berdekatan dengan dia lagi. Kalau butuh bantuan, hubungi aku saja" akhirku dengan dingin, melanjutkan langkah kami yang terhenti sebelumnya. Ia bingung, namun tetap mengikutiku dari belakang.
Aku memberhentikan langkahku di depan sebuah motor sport besar, yang sudah tidak asing lagi denganku. Bahkan, aku sudah mengahafal betul nomor polisi kendaraannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Love Me
ChickLitIni cerita tentang kisah obsesi seorang laki-laki keturunan Jepang, kepada seorang wanita yang udik, hanya kerena sebuah tawa. *Meghan Farra Aku terbiasa dengan hidupku yang selalu bebas, tanpa adanya sebuah kekangan dan aturan yang dapat membuatku...