Chap 4 - Kennan Mackie Durand

377 98 15
                                    

Seperti yang sudah ku rencanakan, sore ini aku akan pergi bertemu teman-teman seperjuanganku, di cafe yang sudah kami tentukan terlebih dahulu.

Bertemu dengan teman-teman adalah hal yang kubutuhkan sekarang, mengingat kami sudah 2 minggu ini bahkan belum bertemu dikarenakan jadwal kami yang padat. Sesampai disana, kulihat Nada sudah memesan kopi andalannya. Nada ini adalah yang paling muda dari antara kami berempat. Nada yang baru saja lulus Sarjana, dan menikmati dunia perkantoran. Kami bertiga berbeda 3 tahun saat ini dengan Nada. Kemudian disamping kiri Nada , Mike sudah duduk manis sambil memainkan ponselnya. Mike ini merupakan seorang arsitek.

Dan terakhir, orang yang di samping jendela adalah David. David ini merupakan seorang guru di salah satu sekolah internasional di kota ini. David ini sebenarnya anak kolongmerat, ayahnya mempunyai kebun teh berhektar-hektar, belum lagi pabrik mereka yang saat ini sudah ada di beberapa bagian daerah untuk memproduksi dan mengolah tanaman teh mereka.

Alasan David memilih mengajar dari pada memimpin perusahaan ayahnya hanya satu, yaitu ingin mendekati seorang guru yang ada di sekolah itu, wanita itu merupakan anak dari pemilik sekolah itu.

Jika boleh jujur, kami merupakan laki-laki yang bersosialita. Jika ada yang bertanya, apa kami terkenal?

Jawabannya adalah iya.

Pertama kami berempat, khususnya diriku sendiri, sering menghadiri dan menjadi pembicara untuk seminar. Biasanya seminar yang kulakukan, tidak lebih hanya untuk mengajak para orang muda untuk sukses.

Seperti seseorang berkata padaku "jangan menunggu tua untuk sukses, jangan menunggu tua untuk pensiun". Kata-kata itu benar-benar memotivasiku. Ya walaupun diriku hanya seorang CEO yang bekerja untuk keluargaku, tapi perusahaan yang sedang ku pimpin ini merupakan hasil jerih payah ku, ya walaupun bekerja sama dengan perusahaan Papa.

Kemudian yang kedua, mengapa kami terkenal? Itu karna kami memiliki tampang yang tidak biasa, maksudnya kami memiliki tampang diatas rata-rata. Kami dapat dikatakan tampan dalam kasus ini.

Aku?

Aku memiliki postur badan yang tegap dan badan bidang, belum lagi aku memiliki tinggi badan berkisar sekitar 189 cm kalau tidak salah, aku memiliki tampang yang lembut, memiliki mata sipit khas orang jepang, rambut hitam dan berkulit putih. Hanya itu yang bisa kujabarkan tentang diriku.

*****

Kududuki bangku di samping David, David tampak sangat kusut hari ini, terlihat dia seperti mengerutu menatap ponselnya.

"Udah lama?" Ku buka obrolan dan mengakhiri keheningan ini.

"Baru aja nyampe"jawab Nada, namun matanya masih saja sibuk dengan ponselnya.

Sejujurnya aku merasa kesal. Saat ini seharusnya kami mengobrol tentang kegiatan-kegiatan kami, wanita kami, pekerjaan kami dan bukan sibuk sendiri dengan ponsel masing-masing.

Inilah manusia jaman sekarang, mereka lebih mementingkan ponselnya dari pada teman mereka sendiri.

"Aryaa..." ku dengar suara seorang gadis sedang memanggil seseorang.

Hal itu jelas membuat semua pandangan pelanggan cafe ini melirik wanita itu, termasuk kami berempat.

Tunggu dulu, sepertinya aku mengenalnya.

"Hahaha..." kudengar dia tertawa.

Oh Tuhan, jantungku.

Sepertinya itu dia. Dia gadis yang membuat jantungku berdetak 2 kali lebih kencang hanya mendengar suaranya. Gadis yang tak sengaja kutemui saat di jalan. Ralat, dia bukan kutemui, melainkan aku yang kebetulan mendengar suaranya saat hendak pulang.

Just Love MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang