Waktu semester awal kuliah, gue tinggal di daerah Menanggal, dekat masjid Agung Surabaya. Rumah yang gue tempati adalah rumah kosong milik atasan kakak ipar gue. Gue sering tinggal sendirian di sana, karena kakak gue kerja di Temanggung, Jawa Tengah, sedangkan kakak ipar gue lebih sering dinas luar. Sebetulnya pe-we banget bisa nempatin rumah sendirian. Bebas mo ngapain aja. Mau begadang main PS sampe pagi kek, mau tidur diatas lemari kek, mau lari-lari nggak pake celana gondal-gandul di dalam rumah kek, nggak bakal ada yang protes.
Sayangnya tinggal sendirian di rumah ini sama sekali nggak bisa dibilang menyenangkan, lantaran kondisi rumahnya yang sungguh menyedihkan, menjurus mengenaskan. Umur rumah ini sepertinya sudah terlalu uzur untuk menjadi tempat hunian. Semua benda yang berbahan dasar kayu di rumah ini sudah keropos. Selain karena dimakan waktu, juga karena dicemilin rayap-rayap kalap.
Pernah suatu kali tiang kayu yang menyangga kanopi di belakang rumah tiba-tiba roboh sewaktu hujan lebat. Untung gue nggak ketiban. Gue sendiri lagi asyik nonton tivi di ruang tengah sewaktu insiden itu terjadi. Berani sumpah kanopi nya ambruk bukan gara-gara gue sering latian poco-poco diatasnya. Memang tiangnya aja yang sudah lapuk.
Selain kondisinya yang reyot, rumah ini juga sudah lama tidak dihuni, membuat hawa di dalam rumah ini terasa lembab dan angker. Gue sering banget ngalamin 'tindihan' di rumah ini. Pernah suatu malam gue tindihan sampe tiga kali. Tiga kali! Bikin gue bete. Tidur, tindihan, tidur, tindihan, tidur, tindihan..., kesel, akhirnya gue putuskan untuk nggak tidur sekalian sampe matahari terbit dan gue pergi ke kampus dengan kelopak mata kayak panda.
Dan tinggal sendirian itu paling nggak enak waktu lagi sakit, seperti yang pernah gue alami...Malam itu hawa di kamar gue berasa panas banget, bikin tidur gue nggak pulas dan beberapa kali kebangun. Meski gue udah buka baju, tidur di lantai, dan setel kipas paling kenceng, tetep aja nggak ngaruh, badan gue tetap banjir keringat. Gue pun beranjak dari kamar tidur menuju kamar mandi lalu mengguyur badan gue dengan air, supaya badan gue terasa adem. Dengan kondisi badan basah tanpa handukan, gue langsung memakai celana namun tetap bertelanjang dada dan kembali ke dalam kamar, mencoba kembali terlelap.
Gue sempat tertidur walau untuk waktu yang nggak lama. Gue kembali terbangun begitu air dibadan gue mengering dan badan gue kembali terasa panas. Bahkan kali ini bukan cuma hawa panas yang mengganggu tidur gue, tapi diperparah dengan rasa gatal dibagian punggung. Gue raba punggung gue, ada benjolan disana. Nggak tahan dengan rasa gatalnya, gue garuk aja. Benjolan tadi langsung pecah dan mengeluarkan sedikit air. Gue pikir itu jerawat di punggung biasa. Gue pun kembali memejam-mejamkan mata, memaksakan diri untuk kembali tidur.
Semakin larut, gue ngerasa hawanya makin panas. Gue pun akhirnya sadar, rasa panas ini bukan karena hawa di kamar gue yang panas, tapi badan gue lah yang panas. Sepertinya gue juga agak demam, ditambah lagi, rasa gatal di punggung makin menjadi-jadi. Yang awalnya hanya ada satu benjolan, sekarang jadi ada 3-4 benjolan di punggung gue, yang ketika gue garuk, lagi-lagi benjolan itu pecah dan mengeluarkan sedikit air.
Gue jadi yakin ada yang nggak beres sama kondisi badan gue. Tapi gue nggak tau gue kenapa, atau gue sakit apa. Karena meskipun badan gue panas, itu bukan karena flu atau masuk angin. Gue pun berasumsi kalo benjolan di punggung gue lah yang menyebabkan rasa panas di badan gue. Gue mengubek-ubek laci lemari di ruang tengah untuk mencari stok obat. Barangkali ada obat yang bisa gue pake. Memang ada bermacam-macam obat di dalam laci itu, tapi obat apa yang mau gue pake, gue bingung.
Di tengah kegalauan, gue pun mengambil K*lpanax, yang notabene obat panu, buat gue oleskan di punggung gue. Berbekal ke-sotoy-an, gue olesin K*lpanax nya banyak banget. Gue juga nggak tau apakah obat panu ini bisa ngobatin gue atau malah memperparah sakit gue. Tapi lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali. Dan hasilnya, K*lpanax itu tidak memberikan efek apa-apa. Gue tetap merasa badan gue panas dan benjolan-benjolan itu tampaknya sedikit demi sedikit mulai menyebar di punggung gue. Merasa badan yang bener-bener nggak fit, gue pun nggak bisa kembali tidur. Gue resmi begadang sampai pagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/66621216-288-k500618.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kampus Koplak
HumorKAMPUS KOPLAK merupakan kumpulan kisah absurd yang dialami penulis saat berkuliah di salah satu kampus di Surabaya. Menyajikan kisah hidup penulis yang kadang penuh tawa namun lebih sering berakhir nelangsa. Buku ini berisi beberapa cerita pendek mu...