Bagian 5

416 51 23
                                    

Senin. Dulu semasa sekolah Lyra selalu bangun lebih pagi dihari ini. Agar tak terlambat upacara. Kalau sudah kuliah seperti ini, senin dan hari lain tak ada bedanya, kecuali sabtu dan minggu. Hari ini Lyra bangun sedikit siang, sekitar pukul 8 pagi. Semalam Lyra menonton film yang baru saja dia copy dari Orion. Ya Orion. Dia tinggal di sekitar kampus Lyra, bersama keluarganya. Tapi dia kuliah di UGM. Semalam Lyra menonton beberapa film keren, salah satunya Interstellar. Film yang mampu membuat Lyra berfikir tinggi. Membahas black hole. Ah black hole, Lyra lupa bahwa dia harus segera melepaskan diri dari black hole.

Lyra beranjak dari tempat tidurnya, mengambil handuk, dan keluar dari kamarnya. Lyra berhenti di depan pintu kamar Harpa. Sepertinya Harpa sudah berangkat ke kampus. Padahal Lyra berencana untuk menceritakan rencananya. Rencana untuk kembali pulang ke Bandung. Lyra mengurungkan niatnya sesaat, dan segera mandi. Sekitar setengah jam berlalu, kini Lyra sudah tampak rapi. Lyra segera berjalan menuju kampusnya. Tanpa pikir panjang Lyra segera menuju ruang musik, biasanya Harpa ada disana.

"Harpa," panggilnya berbisik pada Harpa yang sedang fokus bermain piano. Tapi Harpa tak mendengarnya. Permainan Harpa sangat indah. Lyra menunggunya selesai sembari menikmati alunan nada yang diciptakan oleh Harpa. Lyra bersandar di tembok sebelah pintu ruang musik. Tak lama kemudian terasa mulai hening. Lyra yakin pasti Harpa sudah selesai. Lyra segera masuk kedalam ruang musik.

"Harpa!" kata Lyra sambil menepuk pundak Harpa penuh semangat.

Harpa menoleh kebelakang dan mendapati Lyra disana, "Eh Lyra. Tumben ngampus pagi. Biasanya ngampus siang kalau senin."

"I want to tell you something," kata Lyra dengan mata berbinar-binar. Lyra menarik tangan Harpa menuju kantin.

"Kenapa sih kenapa?" tanya Harpa heran dengan temannya ini.

Lyra memamerkan deretan giginya sesaat, "Aku mau pulang ke Bandung."

"Ohh mau pulang kampung, eh pulang kota. Pantes sumringah banget. Kapan?" tanya Harpa dengan santainya.

"Besok lusa," sahut Lyra singkat.

"Gak ada kuliah?" tanya Harpa menatap Lyra serius.

Lyra bingung menjawab pertanyaan Harpa, "Ngg... anu..."

"Berapa lama di Bandung? Ada acara? Balik kapan?" cerca Harpa tak berujung.

Lyra menggaruk kepalanya, "Sebenernya..."

Harpa menantikan kelanjutan kalimat Lyra. "Aku gak balik lagi ke Jogja," lanjut Lyra ragu.

Harpa hanya diam mematung mendengar lanjutan kalimat Lyra. "Harpa," panggil Lyra menyadarkan Harpa yang terdiam sedari tadi.

"Maksudmu?" tanya Harpa dengan mata mula berkaca-kaca.

"Maafkan aku Harpa," kata Lyra merasa bersalah.

"Kenapa kamu kembali ke Bandung?" tanya Harpa mengharapkan jawaban yang jelas dari Lyra.

Lyra menarik nafas panjang kemudian menjawab pertanyaan Harpa, "Aku menyerah. Aku akan kembali ke impian awalku. Aku akan berani untuk kembali meraih impianku."

"Kamu mau pindah kuliah?" tanya Harpa mencoba menebak.

Lyra mengangguk pelan, "Aku pulang ke Bandung untuk persiapan ujian masuk ITB tahun depan."

Air mata Harpa meluncur dari sudut matanya. Harpa beranjak dari tempatnya, dan berlari meninggalkan Lyra. Lyra hanya diam melihat punggung Harpa semakin menjauh dan hilang dari pandangannya.

Akhirnya Lyra memutuskan untuk membeli sepiring nasi pecel di kantin. Mengisi perutnya yang kosong. Setelah itu Lyra memilih kembali ke kamar kos. DIlihatnya lampu kamar Harpa menyala. Itu tandanya Harpa sedang ada di dalam kamarnya. Lyra mematung di depan kamar Harpa, mengumpulkan nyali untuk berbicara dengannya.

Tujuh Tahun CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang