Bagian 15

90 17 5
                                    

"Gak jadi!" sahut Lyra singkat. "Oh iya, lo dulu SMP mana?" lanjutnya.

"Hah?" sahut Ave kaget.

"Apa bahasa gue se-alien itu? Lo gak paham mulu kalo gue ngomong," gerutu Lyra.

"Nggak gitu sih, cuma bingung aja mau jawabnya gimana," sahut Ave.

"Kenapa bingung coba? Aneh deh lo," kata Lyra sambil mengerutkan dahinya.

"Waktu SMP gue sekolah pindah-pi dah sih, terakhir gue SMP lulusnya dari salah satu SMP di Jogja." jawab Ave.

"Oh..." sahut Lyra singkat. "Jangan bediri di depan gue napa, ngalangin pemandangan, sini rebahan," ajak Lyra sambil menepuk-nepuk rerumputan di sampingnya.

Ave pun merebahkan dirinya di samping Lyra. Menatap langit yang sama dengan Lyra.

"Dulu gue punya temen, katanya dia mau melihat gue bersinar. Tapi dia bohong. Dia ngilang gitu aja. Pas gue butuh dia, dia udah gak ada." kata Lyra tiba-tiba, berhasil membuat Ave merasa bersalah seketika.

"Mungkin dia punya alasannya sendiri ra, gak mungkin kan tiba-tiba ngilang." sahut Ave.

"Iyasih..."

"Mungkin juga dia mikir hal yang sama kayak lo, waktu dia butuh, lo udah gak ada." lanjut Ave.

Lyra hanya diam saja, matanya tidak berpaling dari cahaya matahari yang dipantulkan oleh planet Venus diatas sana. Ave beranjak, dia duduk di samping Lyra, mengeluarkan sesuatu dari belakang sakunya. Diberikannya sebuah kartu kepada Lyra.

Lyra menatap Ave sesaat dan segera melihat kartu yang di tunjukkan oleh Ave. "Iya gue tau lo mahasiswa ITB, gaperlu lah lo sampe tunjukin kartu mahasiswa lo, sombong amat jadi orang." kata Lyra menyebalkan.

"Lo yakin gamau tau nama lengkap gue?" tanya Ave dengan wajah datar.

Lyra terdiam cukup lama menatap kartu yang ada di hadapannya. Lyra membenarkan posisinya, dia beranjak dan duduk di samping Ave. Menatap Ave sekali lagi. "Boleh?" tanyanya memastikan. Ada harap yang tersirat dalam hati Lyra.

Ave mengangguk pelan, Lyra kemudian mengambil kartu mahasiswa milik Ave. Dibaliknya kartu itu dan tertera nama lengkap Ave disana.

Nama : Ahwas V Wijaya

Lyra mengerutkan keningnya. "Ini lengkap dari mananya?" pikir Lyra heran. Tiba-tiba Ave mengambil kartu tersebut.

"Itu nama lengkap dari mananya, V nya masih disingkat." kata Lyra sebal.

Ave tertawa dengan puas melihat wajah sebal Lyra. "Nama gue emang cuma Ve doang, gak ada lanjutannya. Mangkanya Orion kalo manggil gue 'Ve' karena nama gue emang gitu dari lahir." kata Ave yang kemudian melanjutkan tertawanya.

Ada sedikit rasa kecewa dalam hati Lyra. Andai huruf V itu tertera Venus, pasti Lyra sudah sangat bahagia saat ini. Sayangnya Ave bukan orang yang dia cari.

***

"Ih, lihat langsung dulu, jangan pake kamera." gerutu Lyra.

"Lo cerewet banget sih ra, lihat langsung juga nebulanya warnanya gak jelas. Mending kita jepret aja tar diolah dulu biar jelas." sahut Ave.

"Ih gamau, lihat dulu bentar. Kelamaan lo Ave, keburu geser nebulanya." kata Lyra tak mau kalah.

"Kan udah pake tracking oon!" sahut Ave kesal sambil menoyor kepala Lyra.

Lyra hanya mengusap kepalanya sambil nyengir kuda. Lyra kembali menatap Ave dengan wajah memelas.

"Apa?" kata Ave memahami ekspresi wajah Lyra.

Tujuh Tahun CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang