Bagian 17

86 17 16
                                    

"Heh!" seru seseorang yang tiba-tiba menepuk bahu Lyra. Lyra terkejut bukan main.

"Astagaaaa... gue kira siapa coba!" seru Lyra yang degup jantungnya masih tak beraturan.

"Lo kenapa dah main petak umpet di balik menu?" tanya Ave heran.

"Buruan duduk," kata Lyra sambil menyeret tangan Ave agar ia segera duduk. "Lihat arah jam dua!"

Ave mengedarkan pandangannya, mencari objek yang dimaksud oleh Lyra. Tak butuh waktu lama, Ave langsung menemukan sosok Rizo disana. "Oh kak Rizo," sahutnya santai.

"Lagi sama pacarnya, gandengan tangan," lanjut Lyra.

"Ya kalo misal tadi lo jadi nemenin kak Rizo beli kado pasti lo lah yang di gandeng tangannya," kata Ave malas.

"Gue kan bukan pacarnya," sahut Lyra sambil melemparkan tatapan heran ke arah Ave.

"Emang lo yakin, cewek itu pacarnya kak Rizo? Kak Rizo emang gitu kali ra. Lo nya aja yang belum tau. Untung lo kenalnya gue dulu, bukan dia."

Lyra menatap Ave dalam-dalam. "Gue kan baru kenal sama lo ya, tapi kok gue gak ngerasa risih? Kayak biasa aja. Harusnya kalau ketemu orang baru gue risih dulu baru bisa nyaman," kata Lyra heran dengan dirinya sendiri.

"Cieee... nyaman..." goda Ave.

Seketika Lyra memalingkan wajahnya. Malu bukan main. Wajahnya memanas. Dia menepuk-nepuk pipinya, seakan menyuruh dirinya sendiri untuk sadar.

"Udah daripada ribet mikirin yang aneh-aneh, mending lo habisin tuh eskrim. Kalo mau punya gue boleh lu habisin juga," kata Ave sambil menyodorkan mangkuk es krimnya kepada Lyra.

Mata Lyra seketika berbinar. Lyra mengambil mangkuk es krim milik Ave. "Lo emang kakak tingkat gue yang paling best!"

"Giliran gini aja gue diakuin jadi kakak tingkat," kata Ave sambil menghembuskan napas panjang.

Tingkah Lyra begitu menggemaskan dimata Ave. Semudah itu bahagia hanya karena es krim. "Lo bener-bener udah berkembang ra. Dulu lo pendiem, cuek, jutek, senyum aja jarang. Sekarang lo bener-bener melampaui batasan lo sendiri. Lyra yang sekarang adalah Lyra yang jauh lebih baik daripada Lyra yang dulu gue kenal," gumam Ave dalam hati. Melihat Lyra semakin dalam membawanya melamunkan berbagai hal.

"Oh, iya Ave!" kata Lyra membuyarkan lamunan Ave.

"Hm?" gumam Ave malas.

"Lo tadi upload foto di instagram ya?" selidik Lyra.

"Iya, kenapa?" tanya Ave santai.

"Itu foto gue?" tanya Lyra tanpa pikir panjang.

"Ge er banget lo jadi orang!" sahut Ave sambil mengetuk kepala Lyra dengan gulungan kertas menu. "Temen SMP gue itu," lanjut Ave.

"Kok mirip gue yak?" tanya Lyra ragu.

"Mana ada. Lagian gak keliatan mukanya darimana tau kalo mirip? Ngada-ngada lo!" jawab Ave. Ave terdiam melihat Lyra yang tidak peduli kemudian melanjutkan makan es krim. "Dasar cewek gak peka! Ya itu emang foto lo sih," gumam Ave dalam hati.

***

Pagi ini Lyra terlalu bersemangat, bangun terlalu pagi, berangkat terlalu pagi. Kampus masih cukup sepi. Lyra duduk di bangku taman. Menikmati hawa sejuk kampus kesayangannya. Rasanya benar-benar menyenangkan bagi Lyra berada di kampus ini.

"Hei ra! Lagi apa?" tanya seseorang dari belakang Lyra.

"Hei kak! Lagi bernapas nih," jawab Lyra asal.

Tujuh Tahun CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang