Bagian 33

79 10 4
                                    

Pagi ini aku berangkat sekolah dengan super duper semangat. Saat bel istirahat berbunyi aku bergegas menuju perpustakaan. Dia bersimpuh dilantai, meluruskan kakinya, memangku sebuah ensiklopedi yang  cukup tebal. Aku hendak menyapanya seketika, tapi wajahnya muram. Aku melangkah berpura-pura sedang memilih buku di balik rak buku, sembari memperhatikannya. Dia putus asa! Satu kalimat meluncur dari bibirnya. Ini benar anak yang ku temui pada saat itu? Sangat berbeda! Kuberanikan diri untuk menegurnya. Memberikan sedikit semangat, sedikit harapan, jika dia paham. Kukenalkan diriku lagi padanya, mungkin saja dia lupa. Dan benaaaarrr... Dia lupa! Astaga rasanya baru-baru saja kami berjumpa. Apa anak ini punya ingatan yang pendek? Baiklah, tak apa! Besok kucoba lagi!

Lyra tertawa kecil sambil mengusap air di ujung matanya. Lyra menoleh ke arah Ave.

"Kenapa ketawa?" Tanya Ave menerka bagian mana yang sedang dibaca oleh Lyra.

Lyra hanya menggelengkan kepalanya. Lyra kembali ke buku itu kembali fokus membaca tulisan yang tidak begitu rapi diatasnya.

Oke! Hari ini aku kenalkan diriku lagi. Tapi! Dia cuek banget! Ini anak kenapa sih? Its ok Venus! Semangat! Jadi laki gaboleh nyerah.

"Waktu ini gue udah paham sih, lo Venus yang itu. Cuma gue juga bingung mau gimana."

Woiiii... Ini udah hari keberapa gue ngenalin diri ke dia. Ekspresinya datar banget. Gak ada niatan memulai pembicaraan pula.

Lyra tertawa bahagia melihat halaman ini. Sementara Ave hanya memperhatikannya.

Oke! Gue udah mulai lelah. Apesnya lagi, minggu depan harus pindah ke Jogja. Yaudah lah, semakin gajelas. Pantang nyerah sampai akhir ya Venus!

Hei kamu bintang kecil! Hey kamu Lyra! Mungkin hari ini hari terakhir kamu mendengar kata "Venus" terucap. Mungkin hari ini hari terakhir aku mengulurkan tanganku untukmu. Sampai jumpa lagi. Bisa jumpa lagi gak ya? Semoga kamu baik-baik saja. Semoga kamu jadi lebih baik.

Hari pertama SMA. Gak ada Lyra. Hari ini ketemu temen baru, namanya Orion. Kadang lucu sih, apa emang aku ditakdirin ketemu sama orang-orang dengan nama berbau astronomi macam ini? Hari pertama disekolahku, aku memutuskan untuk tidak menggunakan panggilan Venus untuk diriku sendiri. Ku ubah, berharap akan ada yang berubah. Rasa yang semu di hati, rindu yang tak jelas bagaimana, dan harapan yang tak pernah pasti. Kuharap semuanya berubah. Kukenalkan diriku dengan nama "Ave" singkatan dari dua nama depanku.

Satu tahun berlalu begitu saja. Kamu apa kabar? Kamu ingat aku? Kamu lagi apa? Rindu. Hari ini adalah hari yang tidak aku sangka. Aku mendengar lagi namamu. Pagi ini Orion heboh menunjukkan akun facebookmu padaku. Mengatakan bahwa kamu baru saja pulang membawa medali emas IOAA (International Olympiad of Astronomy and Astrophysics). Wah kamu keren ya! Lagi, dan lagi. Aku cuma jadi penonton, menonton kamu bersinar. Sepulang sekolah aku memutuskan untuk mengejarmu. Mengejar kehebatanmu. Kurasa tak ada yang terlambat. Aku membuat akun palsu untuk mengikutimu di facebook. Semoga kamu tidak tahu.

Best! Sapu bersih! Ulangan Matematika, Fisika, Kimia, Biologi dapat 100! Hal yang gak pernah terbayangkan akan terjadi di kehidupan Venus yang gak jelas ini. Hehe... Terimakasih buat kamu bintang yang berhasil menyinariku. Oke kalau kamu segitu hebatnya minimal kamu akan kuliah di Astronomi ITB kan? Ya walaupu  maksimalnya kamu bakalan kuliah di luar negeri. Gpp! Kalau emang jodoh pasti nanti ketemu. Go ITB!

Sudah lama gak nulis apapun. Maaf ya, lagi fokus belajar supaya diterima di ITB. Tahun ini semoga bisa masuk ITB.

Wah gila! Ini pengumuman gak salah apa? Aku beneran keterima di FMIPA ITB coba? Gila, beneran ya kalau niat, kalau mau usaha pasti bisa. Oke bandung I'm Coming! See you Lyra!

Jogja Bandung, bikin pantat tipis. Lama banget di kereta. Sampai Bandung langsung cari kostan kemudian mampir kampus lihat pengumuman. Sedih rasanya, gak ada namamu. Kamu kuliah di luar negeri kah?

Kaget banget! Orion telepon, cerita kalau kamu kuliah di Seni Rupa ISI Yogyakarta. Hey! What happend with you? Apa aja yang udah kamu lalui? Berat kah? Maaf ya aku nggak disana saat kamu sedang terpuruk. Tapi aku bilang sama Orion, usahakan untuk menasihatimu, menjelaskan padamu, mencoba mengembalikanmu pada jalanmu. Jiwamu di astronomi. Bukan disana.

Diluar dugaan! Ketemu Lyra jauh lebih cepat dari yang aku bayangkan. Ini anak emang ingatannya jangka pendek sepertinya. Tapi kuakui emang pinter sih, soal sulit aja dia embat. Dia ngapain ya di kampus? Macem bocah lagi karyawisata. Tapi. Dia cantik ya! Masih gemesin seperti dulu. Hai lagi Lyra. Tapi aku perhatikan aja dulu, sudah lama tidak jumpa. Aneh kalau misal harus langsung bilang aku Venus yang dia kenal waktu SMP.

Akhirnya! Dia beneran ikut tes masuk ITB! Good luck ya!

Gak perlu diragukan. Pasti lolos kan! Welcome to your real world Lyra! Semoga aku bisa menjagamu dengan cara ini. Yah nggak seangkatan ya. Jadinya kakak-adek. Haha..

"Kok kosong?" Tanya Lyra bingung melihat halaman berikutnya kosong.

"Halaman berikutnya, kamu sudah tahu kan apa yang harusnya tertulis disana?" Jawab Ave.

"Bisa iya bisa nggak lho! Tapi makasih ya.... Venus..." Kata Lyra sambil menahan tangisnya.

Lyra memeluk Ave dengan erat. "Makasih selalu ada untuk melihatku. Kamu menepati janjimu."

Ave mengusap lembut kepala Lyra yang ada dalam dekapannya. "Cepet sembuh ya, ada beberapa hal yang mau aku sampaikan."

Lyra hanya mengangguk pasrah.

Setelah seluruh rangkaian acara ISYA berakhir, mereka semua segera kembali ke Indonesia. Kembali ke kehidupan Kampus Ganesha yang membuat otak kram.

Ave berkeliling kampus mencari Lyra. Tapi belum juga ia temui. 'Mungkin di perpustakaan,' pikirnya dalam hati. Ave segera berlari menuju perpustakaan. Mengisi daftar hadir dan segera masuk kedalam, menaiki anak tangga menuju lantai dua tempat buku-buku astronomi berjajar. Binggo! Dia menemukan Lyra dengan bertumpuk-tumpuk buku astronomi di hadapannya. Ave segera melangkah dan duduk di hadapan Lyra.

"Ra," panggil Ave lembut.

Lyra tidak menjawab panggilannya. Kemudian Ave segera mengambil buku yang sedang menjadi fokusnya. Seketika raut muka Lyra sangat sebal. Lyra sangat tidak suka dinganggu ketika belajar astronomi.

"Apa?" Tanyanya ketus.

"Mau ngomong sesuatu, penting!" Jawab Ave dengan nada sangat pelan bahkan seperti sekedar menggerakkan bibir tanpa suara.

"Apa?" Tanya Lyra lagi.

Ave mengeluarkan ponselnya. Mencari sebuah email yang dia terima semalam. Membukanya dan menunjukkannya kepada Lyra.

Lyra membacanya perlahan. Memahami pesan berbahasa inggris itu. "Serius?!" Teriak Lyra.

Ave meletakkan jari di depan bibir Lyra. "Jangan berisik, perpustakaan."

Lyra masih tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Ini terlalu keren menurut Lyra. Lyra segera merapikan buku catatan dan alat tulisnya kemudian memasukkannya kedalam tas, tapi dia meninggalkan tumpukan buku-buku diatas meja. Lyra menarik tangan Ave. Tanpa komando Ave mengikuti arah gerak Lyra keluar dari perpustakaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tujuh Tahun CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang