Bagian 28

61 13 7
                                    

"Menurut lo gue harus nunggu? Kalau ternyata gue ngerasa nyaman sama orang lain gimana?" tanya Lyra matanya berbinar memantulkan cahaya bulan dan sekilas dia tersenyum.

"Nggak semua rasa nyaman menghadirkan sayang. Emang lo nyaman sama siapa?" Ave kembali menatap bulan, karena tak sanggup menatap mata Lyra yang jauh lebih indah daripada bulan.

Sekali lagi, Lyra menarik-narik lengan Ave yang selalu berhasil membuat Ave menoleh. Lyra meluruskan jari  telunjuknya tepat di depan hidung Ave. Salah tingkah. Ini yang sekarang tengah terjadi pada Ave. Astaga cewek ini benar-benar suka sekali membuat perasaan Ave tak karuan. Ave diam menatap Lyra. Lyra tampak tersenyum lebar dengan deretan giginya. Ave memegang jari telunjuk yang ada di hadapannya, kemudian menggigitnya.

Lyra kaget dan mengaduh pelan sambil menarik jarinya. "Nggak semua rasa nyaman menghadirkan sayang!" ulang Ave. Lyra memainkan poninya malu sambil tertawa kecil. Kemudian berlari masuk ke penginapan.

"Lyra kenapa bego banget sih, kalo ngomong suka gak dipikir lima kali." Lyra merutuki dirinya sendiri. Lyra merasa malu dengan apa yang baru saja dia sampaikan pada Ave. Tiba-tiba mengatakan bahwa dia nyaman bersama Ave. Sungguh konyol, terlebih respon Ave yang seperti itu, membuat Lyra semakin malu. Lyra menelungkupkan wajahnya dalam bantal. Mencoba untuk melupakan hal yang baru saja terjadi.

***

Pagi ini adalah hari pertama ISYA. Hari ini akan ada kuliah umum yang dilaksanakan di salah satu hall di Arashiyama. Lokasinya sedikit jauh dari penginapan. Seluruh peserta sudah bersiap sejak pagi. Mereka harus berjalan keluar gang untuk menaiki kendaraan yang disiapkan oleh panitia. Ada beberapa minibus bersiap disana.

Pagi ini Ave dan Orion sibuk sekali mencari Lyra yang batang hidungnya tak terdeteksi sejak tadi. Ave menanyakan keberadaan Lyra pada teman sekamarnya, tapi teman sekamarnya mengatakan bahwa Lyra sudah keluar kamar sejak tadi. Orion mengitari penginapan, tak menemukan Lyra juga. Ponsel Lyra pun tidak aktif.

"Mungkin dia udah ke depan gang Ve," kata Orion.

Ave segera melangkah ke luar gang. Benar saja Lyra sedang berjongkok di pinggir jalan sambil memainkan tali sepatunya. Astaga benar-benar merepotkan Ave dan Orion.

"Ra," panggil Ave.

Lyra mendongak, kemudian memalingkan wajahnya. "Ngapain Ave disini coba? Gue kan masih malu. Mau disimpen dimana nih muka. Masuk saku juga gamuat," pikir Lyra.

"Raaa," panggil Ave lagi.

Lyra kehabisan ide. Dia segera beranjak dari posisinya dan bersiap berlari. Tapi gagal, Ave langsung menarik pergelangan tangannya. Badannya tertahan. "Duh mampus, harus gimana nih?" pikir Lyra.

"Lo mau kemana?" tanya Ave tegas.

"Beli es krim," jawab Lyra asal.

"Lo tuh ya, pagi-pagi udah ilang, belum sarapan, udah mau makan es krim? Kalo lo sakit gue yang repot!" Ave tak sengaja membentak Lyra. Mungkin karena Ave kesal harus mengelilingi penginapan mencari Lyra.

Baru kali ini, setelah kejadian parka saat ujian masuk, Ave membentak Lyra. Wah rasanya tidak karuan. Lyra menahan perasaannya supaya tidak meledak. Tapi apa daya, rasa lapar di perutnya menambah emosi Lyra.

"Ya kalo lo ngerasa gue ngerepotin, gausah ngurusin gue!" kata Lyra dengan nada keras. Lyra melepas tangan Ave yang memegangnya. Tak sedikit pun Lyra melihat ke arah Ave. Lyra kembali mencoba berlari.

Ave tiba-tiba memeluk Lyra dari belakang. Mendekapnya kuat-kuat. "Sorry, gue gak maksud gitu. Gue cuma khawatir," kata Ave lirih.

Lyra terdiam. "Lo kenapa jadi sweet gini sih, lama-lama gue bisa suka sama lo!" gerutu Lyra dalam hati. Lyra menghela napasnya dalam-dalam. Melepaskan tangan Ave dan membalik badan menghadap Ave. "Lo jangan gini dong, kalo gue suka sama lo gimana. Gue kan sukanya sama Venus." Lyra memanyunkan bibirnya.

Ave tertawa kencang mendengar perkataan Lyra dengan ekspresi seperti itu. Lyra membahas dua orang yang sama. Dia takut suka pada dua orang yang sama. Ada-ada saja pikir Ave. Ave hanya merespon dengan menepuk puncak kepala Lyra. Tak lama kemudian minibus yang akan membawa mereka menuju hall telah datang. Mereka peserta pertama yang masuk ke dalam minibus. Ave dan Lyra memilih duduk di bagian belakang dengan formasi seperti biasa, Lyra harus di pinggir jendela. Tak lama kemudian Orion tiba dan menyusul duduk di sebelah Ave.

Sepanjang perjalanan menuju hall mereka bertiga hanya saling diam. Orion merasa aneh dengan kondisi kedua temannya yang terbiasa berisik. "Kalian berdua kenapa?" tanya Orion sambil menolehkan kepalanya ke arah dua makhluk aneh yang ada di sebelahnya.

"Gak papa," sahut Ave dan Lyra serentak.

"Dih, tumben kompak, macem bintang ganda."

"Kalo bintang ganda sih dilihat dari jauh macem satu bintang, ternyata dua bintang yang berdekatan saling terikat gravitasi satu sama lainnya. Kalo gue ama Ave apa coba? Dari jauh aja udah keliatan gak nyatu, apa lagi berdekatan, apa lagi saling terikat gravitasi. Gak mungkin banget!" Lyra membuang muka dan kembali melihat ke luar jendela minibus yang mereka tumpangi.

Orion menatap Ave lamat-lamat, seakan meminta penjelasan atas kalimat Lyra yang baru saja dia dengar. Sementara Ave hanya bisa menggidikkan bahunya, berpura-pura tidak tahu. Sebenarnya jika saja Ave boleh sangat kepedeaan, dia bisa sangat peka dengan apa yang dimaksud oleh Lyra. Tapi bagi Ave saat ini, berpura-pura tidak tahu sudah cukup.

Sejatinya, Ave paham maksud ikatan gravitasi yang disebutkan Lyra. Seperti ikatan perasaan cinta antara Ave dan Lyra, saling menyukai satu sama lain. Bintang ganda yang berdampingan, karena saling suka akhirnya memutuskan untuk bersama. Hingga tampak menyatu, sehingga orang-orang dapat melihat mereka berdampingan, sebagai sepasang kekasih. Tapi karakter tsundere Lyra yang sangat menonjol terkesan menyampaikan kebalikannya.

Ave paham benar apa yang dimaksud oleh Lyra. Tapi, ini belum saatnya. Ada banyak hal yang harus dilewati sebelum sampai ke tahap ini. Ave tak bisa lagi melangkah terlalu jauh, atau semua rencana Ave akan kacau. Ave tersenyum sekilas sambil memandangi leher bagian belakang Lyra. Ya, hari ini rambutnya di kuncir kuda. Tampak manis dan sedikit dewasa. Ingin sekali Ave memeluk Lyra, tapi tidak, Ave harus bisa menahan diri. Semua demi Lyra dan dirinya sendiri.

***

Hari pertama kegiatan ISYA diisi dengan seminar astronomi. Banyak materi yang disampaikan oleh ilmuwan-ilmuwan dari berbagai negara. Mulai dari black hole, penemuan deep sky object baru, polusi cahaya, dan banyak lagi. Satu hari penuh berlalu begitu cepat.

"Capeeekkk... Lapeeeeerrr..." Lyra menirukan gerakan zombie berjalan ke arah Ave dan Orion.

Ave dan Orion saling memandang satu sama lain, merencanakan sesuatu. Kemudian mereka berdua beranjak dan berjalan ke arah Lyra. Ave mengangkat bahu kanan Lyra dan Orion mengangkat bahu kiri Lyra, kemudian mereka berdua mengangkat Lyra hingga kakinya melayang di udara. Kaki Lyra tak menyentuh tanah lagi.

"Eh eh eh, jangan dong, turunin gue!" Lyra menggerak-gerakkan kakinya minta turun. Tapi Ave dan Orion mencengkram bahu Lyra dengan kuat. Lalu Orion dan Ave berlari sambil mengangkat Lyra. Seketika Lyra berteriak dengan keras membuat semua mata tertuju pada mereka. Orion dan Ave membawa Lyra ke luar hall, menuju halaman. Seperti bermain wahana, Lyra terombang-ambing kesana kemari. Badannya yang tak terlalu tinggi membuat Ave dan Orion dengan mudah menjadikannya pesawat mainan dadakan.

"Turunin, turunin, turuuuuniiiiinnnn!!!" Lyra berteriak sekuat tenaga.

Ave dan Orion segera berhenti, menurunkan Lyra. Mereka berdua tertawa dengan puas. Ave dan Orion langsung merebahkan tubuhnya diatas rumput. Tetap saja mereka belum berhenti tertawa. Sementara Lyra sudah siap memasang mode mosnter sambil berkacak pinggang. Melihat ekspresi Lyra marah seperti itu, dengan wajah merah. Lagi, Ave dan Orion tertawa dengan puas.

"Sini," ajak Ave sambil menepuk bagian rumput kosong diantara Ave dan Orion. Memberi isyarat agar Lyra merebahkan dirinya diantara mereka berdua.

Tujuh Tahun CahayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang