23. That Boy

1.3K 76 0
                                    

"Siapa yang baperan?". Tanya Zain yang membuat Greeny menggigit bibir bawahnya ragu.

"Eh-i-itu tadi kucing".

"Kucing? Kucing baperan? Ternyata kucing juga perasaan ya?".

Greeny pun tertawa dengan wajah bersalah.

"Nih ambil, sebelum kamu semakin meng--aneh". Ucap Zain sambil menyodorkan sesuatu.

Greeny tertawa malu. "Matcha Ice cream? ". Mata Greeny berbinar dan mengambilnya dari tangan Zain. "Thanks Zayn".

"Zayn ayo duduk di bangku taman itu". Ujar Greeny.

Zain pun mengiyakan permintaan Greeny. Mereka pun duduk di bangku taman yang tidak jauh dari toko buku.

"Matcha memang terbaik". Ujar Greeny di sela-sela memakan ice cream nya.

Zain menatap aneh gadis di sebelah nya itu. "Kenapa sih kamu suka banget semua yang berhubungan dengan hijau?".

"Mmm, aku gatau pasti tapi dari kecil mama aku sering beliin barang-barang warna hijau, nah lambat laun aku jadi suka warna hijau deh. Aneh ya?".

"Ya sedikit aneh sih, apalagi dengan nama kamu. Kayak nya mama kamu tuh suka banget warna hijau ya?".

"Banyak yang bilang aneh dan gapercaya. Aku gatau percis kenapa alm. Ayah aku ngasih nama Greeny, tapi aku sangat menyukai nya. Anti mainstream gitu jadi nya".

"Ayah kamu udah meninggal?".

"Mmm, sejak aku masih kecil".

"Kita punya kesamaan, ayah aku juga udah meninggal, 5 tahun yang lalu. Beda nya sekarang aku punya ayah tiri. Dan aku tidak begitu menginginkan nya".

"Yahh setidak nya Zayn, kamu dapat kasih sayang ayah lagi, yah walaupun ayah kamu sebelum nya gabisa digantiin". Greeny tersenyum simpul sambil menghabiskan ice cream nya. "Beda dengan aku, aku bahkan lupa rasanya punya ayah".

Zain mencoba mencerna perkataan Greeny, ada benar nya juga apa yang dikatakan Greeny. Selama ini Zain hanya bersikap dingin dan tak peduli pada Andre Wijaya Divastra, ayah tiri nya.

'Emang aku gasalah untuk memilih Greeny, dia gadis yang mengerti dari semua keadaan ku'. Batin Zain. Kedua ujung bibir Zain menaik beberapa senti.

"Zayn apa kau tersenyum? Itu sangat indah Zayn!". Ujar Greeny dengan nada sedikit naik.

Zain yang sadar kembali menarik lengkungan senyuman nya menjadi lurus. "Engga kok".

"Zayn kau tau usah berbohong, serius itu indah, ayolah tersenyum lagi. Aku ingin melihat nya lagi dan lagi". Goda Greeny.

Zain pun tersenyum tipis. "Oke senyuman tipis juga cukup". Balas Greeny.

Zain pun tersenyum lebar saat melihat reaksi Greeny yang kecewa.

"Udah ah Zain ayo ke rumah ku, kamu ingatkan hari ini kamu harus ngajarin aku matematika?".

"Iya Greeny".

Greeny pun langsung membalas dengan cengiran manisnya.

*

"Kita langsung ke taman belakang rumah ku aja ya". Ajak Greeny yang langsung di iyakan oleh Zain.

Zain pun segera mengambil buku dari dalam tas nya dan segera membuka nya.

Begitu pula dengan Greeny yang langsung membuka buku matematika.

Zain melirik ke arah Greeny memastikan Greeny tidak tertidur saat membaca soalnya. Namun mata Zain mendapati barang yang tak aneh dengan nya.

'Itu seperti pulpen pemberian Radit untuk ku'. Batin Zain.

"Greeny boleh aku tanya?".

Greeny memutar kedua bola mata nya malas. "Zayn yang benar saja, kau mau menanyai matematika kepadaku".

Zain mendengus dan berkata,"Bukan itu Greeny".

"Ohh hehe, lalu apa?".

"Pulpen itu, darimana kau dapatkan?". Zain menunjuk ke arah bolpoin hitam itu.

"Ooh ini, ini pemilik lelaki misterius yang menabrak ku di bandara".

"Ooh jadi kau gadis itu".

"Dan kamu Zayn, lelaki misterius itu kamu? Jadi kita bertemu lagi?".

"Berarti bolpoin itu milik aku? Aku yakin kita emang udah ditakdirkan untuk bertemu Green"

Greeny langsung memberikan nya pada Zain. "Aku telah menjaga nya, saat kau meninggalkan nya. Aku berpikir seperti itu juga Zayn".

"Terima kasih, ini adalah pemberian Radit".

"Pasti kamu kebingungan ya mencarinya?".

"Iya, tapi aku sudah mau melupakan nya. Dapatkah kau menjaga nya lagi untuk ku?".

"Tentu Zayn". Greeny menerima pulpen yang diberikan Zain untuk nya.

"Tapi kenapa waktu itu kamu terburu-buru?".

"Seseorang bilang kepadaku bahwa Radit ada Bandara, oleh karena itu aku terburu-buru untuk menemui Radit, tapi ternyata ia membohongi ku".

"Sudahlah Zayn, sekarang ada aku. Kamu jangan sedih lagi ya".

Zain tersenyum lebar pada Greeny.






A.n
Vote, comment and follow please :)

Please, Don't GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang