Chapter 1

33K 2.4K 128
                                    

Terdengar jelas suara pulpen yang di sentakkan ke meja. Ge merasa sangat bosan. Ia sudah menyelesaikan semua pekerjaannya, dan sekarang pikirannya tertuju pada satu nama. Kuky.

Entah kenapa Ge sedikit takut kalau Kuky tidak benar-benar memegang kata-katanya. Dan ia tidak ingin menanggung semuanya sendiri. Akhirnya, Ge keluar ruangan dan bergegas menuju suatu tempat.

***

Terik matahari seakan membakar hangus kulit mereka. Sudah kesekian kalinya sang punggung tangan menghapus peluh di dahi, namun yang dihapus muncul kembali tidak tahu diri.

"Sial. Bisa item gue lama-lama," kata seseorang seraya mempercepat langkahnya menuju gerbang.

"Dari dulu juga lo mah udah item, Daren!" celetuk salah satu dari mereka yang membuat segerombolan anak laki-laki itu tertawa.

Seseorang yang dipanggil Daren hanya menyengir kuda dan mencoba berlapang dada walaupun harus di hina-hina. Toh, sudah biasa. Mereka menganggap semuanya hanya lelucon semata. Tidak perlu di bawa serius.

"Ky, kita main ke rumah lo dulu aja, gimana?" ajak Daren yang direspon anggukan dari sahabat lainnya.

Kuky berdehem canggung, sebenarnya hari ini ia sedang tidak mau pulang cepat. Ada sesuatu yang membuatnya menolak untuk pulang ke rumah.

"Hmm.. gimana kalau ke rumah Cetta?" Dan usulan Kuky pun ditolak mentah-mentah oleh mereka semua.

"Gak mau gue. Bokap Cetta nyeremin, Ky."

"Anjir. Biarpun serem, bokap gue baik hati, kali," bela Cetta yang dibalas dengan ke-tidakpercayaan teman-temannya.

Dan tiba-tiba saja langkah Kuky terhenti, saat matanya menangkap jelas sosok lelaki yang baru ia kenal beberapa hari yang lalu.

"Ky, lo kenapa?" tanya Wisnu heran. Kuky mencoba tenang setenang-tenangnya. Ia menarik nafas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya perlahan. Berusaha membuat rileks dirinya sendiri.

"Gapapa. Oke, kita ke rumah gue."

"Yesssss."

Sementara Ge yang sedari tadi menunggu di gerbang sekolah Kuky menatap kesal siswa SMA itu. Bisa-bisanya ia berpura-pura tidak mengenal Ge. Padahal jelas sekali mereka bertatap mata disana.

Mungkin Ge harus berpikir positif untuk saat ini. Bisa saja bocah itu sedang sibuk karena tugas atau sibuk dengan teman-temannya. Terpaksa, Ge bergegas dari titik nyamannya. Ia berdiri dan memutar ke depan mobil. Tangannya mencoba membuka pintu, namun sesuatu menggagalkannya.

Ge menoleh ke belakang dan mendapati Kuky sedang tersenyum lebar disana. Ge memutar bola mata malas, mencoba tidak peduli dengan sosok lelaki kurang ajar tersebut.

"Eh, tunggu. Buka dulu pintunya," pinta Kuky memohon.

Kuky agak menyesal karena berpura-pura tidak kenal dengan Ge. Padahal niatnya memang begitu. Bersikap tidak saling kenal dan lepas tanggung jawab. Siswa SMA mana sih di usianya yang ke tujuh belas benar-benar siap menggendong seorang anak? Meh.

Ge mengarahkan dagunya ke samping, memberi sinyal agar Kuky segera masuk ke mobilnya. Dengan senang hati Kuky masuk dan kembali menyunggingkan senyum disana.

"Kenapa lo gak manggil gue?" Kuky memulai pembicaraan.

"Mungkin lo lagi sibuk sama temen-temen lo," jawab Ge seraya menyalakan mobilnya.

"Tadinya sih gue mau main sama temen-temen gue. Tapi demi lo, gue rela batalin itu semua."

"Cih."

"Hahahaha."

***

"Gila. Lo tinggal sendiri di apartemen besar kayak gini?"

The School Boy is My Baby's Daddy [ BxB ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang