Sehari Tanpa Dafa

2.4K 157 45
                                    

Seorang gadis berambut panjang dengan malas memperhatikan teman-teman sekelasnya yang berebut untuk keluar dari kelas , padahal bel baru berbunyi kurang dari 30 detik yang lalu. Ia merapikan buku-bukunya yang tergeletak dengan tidak elitnya di meja panjang yang harus ia bagi dengan teman sebangkunya. Gadis cantik yang telah menjadi teman sepermainannya sejak umur mereka lima tahun, iya dia Ruby. Sahabat sekaligus teman sebangku gadis berambut panjang ini.

"Loe gak mau ke kantin Rain?" Tanya Ruby.

"Gak liat pada desak-desakkan gitu? Gue males By," jawab gadis itu dengan wajah ogah-ogahannya.

"Ayo donk Rain, loe gak kasihan sama gue kalau ke kantin sendiri ? Ntar gue digangguin sama fans-fans gue gimana?" Rengeknya pada gadis itu. Sedangkan gadis itu menatapnya dengan tatapan menggelikan. Apa dia bilang tadi ? Fans ? Are you kidding ?

Gadis berambut panjang itu adalah Raina. Raina Khalica Milena. Dia bukan tokoh Raina di di film Magic Hour. Dia bukan Raina perempuan yang suka dengan yang hujan, buat Raina hujan itu menyusahkan. Kenapa ? Karena hujan akan menghalangi siapa pun yang akan beraktifitas, hujan akan menghalangi cahaya matahari yang disukai Raina, buat Raina cahaya yang selalu menerangi bumi itu adalah cerminan sosoknya yang ceria dan selalu tersenyum dalam keadaan sedih sekalipun dan hujan adalah hal yang paling ia benci karna orang-orang diluar sana akan menyembunyikan kesedihan dan air mata mereka dibawah guyuran hujan. Bukan kah hujan adalah anugerah Tuhan? Lalu mengapa mereka menangis dibawah anugerah Tuhan? Raina sungguh tidak habis pikir mengenainya.

Raina selalu bercerita dengan bangga pada siapapun yang bertanya mengapa orang tuanya memberi dia nama Raina. Padahal, diluar sana beribu-ribu nama cantik dan modern tersedia.

Dengan bangga dia bercerita, jika nama Raina adalah nama yang diberikan Neneknya yang artinya "Sang Ratu" ditambah dengan Khalica Milena yang berarti "Mawar yang Disukai Oleh Banyak Orang". Mungkin itulah alasan mengapa gadis itu menyukai bunga mawar. Buat Raina, bunga mawar itu sangat indah walaupun disekelilingya ditumbuhi duri. Itu berarti hanya orang-orang tertentu yang rela menyentuhnya walau dengan resiko tertusuk durinya yang tajam. Sama seperti hidup ini, hanya orang-orang yang kuat yang dapat bertahan dalam persaingan dunia yang dapat menghancurkan siapapun dalam sekejap.

"Rain ayo ke kantin, segitu galaunya loe ditinggal sama Dafa? Kan hari ini Daffa balik Rain. Gak usah lebay gitu deh loe. Gue laper Rain," rengeknya lagi pada Raina seakan tidak peduli dengan tatapan Raina yang tiba-tiba berubah.

"Gue kangen Dafa By ... Hiks hiks," ucap Raina sesegukan.

Tatapannya berubah sendu dan menciptakan air mata yang jatuh di pipinya yang mulus. Ruby yang sedari tadi disampingnya hanya memutar bola matanya dengan malas. Dia tidak habis pikir dengan sahabatnya ini. Bagaimana mungkin gadis yang beberapa menit lalu bersikap dingin berubah menjadi se mellow ini jika berhubungan dengan Dafadryan Dipetra Atharizz, siapa lagi kalau bukan pacar sahabatnya ini.

"Rain, Dafa kan baru berangkat kemarin kali. Terus hari ini dia juga udah balik, ntar dia juga pasti nyamperin loe Rain," jawab Ruby menenangkan Raina yang semakin keras menangis. Bahkan kini wajah Raina sudah memerah karna menangis.

"Loe sih gak punya pacar jadi loe gak bakal ngerti gimana rasanya jadi gue yang ditinggal begini. Loe harus cari pacar By biar bisa ngerasain jadi gue. Jangan cuma ngurus cowok-cowok aneh yang gak mau ngejelasin hubungannya sama loe," jawab Rain dengan wajah memerah. Bagaimana mungkin Ruby mengerti rasanya ditinggal pacar walaupun cuma sehari. Buatnya, Dafa adalah sumber energinya, segalanya bagi Raina.

Lagi-lagi Ruby hanya memutar bola matanya malas, ia hampir mati bosan jika Raina membahas cowok-cowok yang sedang dekat dengannya. Ya walaupun Raina memang benar jika semua yang mendekatinya tak ada satupun yang berniat meresmikan hubungan dengannya. Dengan kesal Ruby meninggalkan Raina tanpa menanggapi ucapannya. Ruby bukannya marah, hanya saja jika diteruskan Raina akan kembali mengungkit kisah cintanya dan menangis tersedu-sedu. Dia yakin setelah tiga detik Raina pasti memanggilnya.

1 ... 2 ... 3... Binggo

"Ruby, tungguin gue," panggil Raina tiba-tiba. Ruby yang merasa lagi-lagi tebakannya benar hanya tersenyum geli.

Setibanya di kantin Raina dan Ruby segera menempati tempat duduk yang masih tersisa. Raina mengedarkan pandangannya ke seluruh area kantin hingga matanya bertatapan langsung dengan seseorang yang sangat ia rindukan. Lelaki itu hanya menyunggingkan senyumnya pada Raina yang tidak berhenti menatapnya. Apa Raina hanya menganggapnya ilusi ?

***

Alhamdulillah, akhirnya A Secret and Destiny publish juga #sujudsyukur. Makasih buat teman gue Jannah yang udah bantuin buat covernya dia juga penulis di wattpat loh.

Ok, balik ke topik. Buat pemanasan chapter pertama dulu yaa, insyaallah dua hari sekali chapter selanjutnya bakal di publish lagi. Makasih buat yang udah sempatin baca cerita gue, jangan lupa vomment ya guys. Enggak ada yang paling berharga dari seorang penulis baru kayak gue selain vomment kalian.

Thanks ...

&0�/�2«�

A Secret and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang