Welcom Home Andra

251 17 0
                                    

Suasana bising mendominasi Bandara Soekarno-Hatta pagi ini. Pesawat hilir mudik di bandara yang hampir tidak pernah sepi oleh penumpangnya itu. Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi waktu setempat. Seorang pria dengan kacamata hitam serta jaket kulitnya berjalan santai sambil menenteng tas ransel hitamnya.

Bibirnya tertarik keatas membentuk senyuman tipis melihat seseorang yang dirindukannya telah berdiri dengan ponsel disisi telinganya sambil sepasang matanya meneliti ke berbagai arah. Ia mempercepat langkahnya, tidak sabar ingin memeluk sosok cantik yang begitu berarti di hidupnya.

"Do you look for me, Mom." Sapa pria itu sambil berdiri di depan wanita separuh baya yang masih terlihat cantik dari usia semestinya.

Wanita yang dipanggil Mom itu sedikit terlonjak saat menyadari suara yang sangat dikenalnya kini tepat berada di depannya dengan senyumannya yang menawan.

"Andra, kamu mengangetkan Mami." Ucapnya pura-pura kesal.

"Hahaha, sorry Mom. Are you don't miss me? Come on, this is your son."

Wanita itu tersenyum bangga. Ia tidak menyangka sudah membesarkan seorang Andrasenio Magnus hingga menjadi laki-laki yang begitu menawan seperti sekarang. Andra adalah putra satu-satunya yang begitu dicintainya. "Yes, I miss you Son. Kenapa kamu lama sekali? Seharusnya kamu sudah tiba setengah jam yang lalu." Ucapnya sambil melihat ke arah jam tangan silvernya.

"Ada sedikit masalah saja Mi. Yuk pulang, Andra kangen kamar." Ajaknya sambil merangkul sayang Maminya.

***

"Welcom home Andra."

Itulah ucapan pertama yang didengarnya sedetik saat ia membuka pintu rumahnya. Ia tersenyum melihat seseorang yang sangat dikenalnya telah berdiri dengan berbagai atribut penyambutan untuknya. Andra rasa ini sangat berlebihan, namun ia mencoba paham karena ini adalah kali pertama ia kembali ke Indonesia setelah 10 tahun menetap di Amerika.

"How are you Bro? Welcom to Indonesia," ucap seorang pria berahang tegas dengan matanya yang tajam. Dialah Draco Lazuardi, sahabatnya sedari kecil.

"Fine. Thanks buat kejutannya. Loe emang Brother gue," ucap Andra sambil memeluk sahabatnya itu.

"Andra, apa kamu tidak keterlaluan hanya menyapa Draco sedangkan ada wanita cantik yang sedang menatapmu," ucap Lyra.

Andra sedikit menoleh kearah Maminya yang berbicara. Seakan mengerti dengan isyarat Maminya, ia mengikuti arah pandangnya. Benar saja, ada seorang gadis yang duduk dengan anggunnya di sofa mewah keluarga Andra. Rambut cokelat dengan model bergelombang menambah kadar kecantikannya.

"Dra, who is she?" Tanya Andra tanpa memalingkan wajahnya.

Draco sedikit tersenyum mendengar prtanyaan konyol sahabatnya itu. Bagaimana mungkin ia melupakan gadis itu. "Loe kenal dia Ndra. She is my daughter, Vega."

"Seriously. She is our little Angel?"

"Right."

Gadis mungil berambut cokelat itu pun berdiri dan barjalan santai kearah Andra yang masih memandanginya lekat. Ia berhenti tepat didepan Andra dan menjulurkan lengan mulusnya.

"Apa kabar, Andra?" Ucapnya sambil tersenyum.

Andra masih saja diam diposisinya tanpa reaksi. Bahkan, ia tidak berkedip sedetik pun memandangi gadis cantik yang kini berhadapan dengannya.

"Hello, are you okay?" Ucap gadis itu sambil melambaikan tangannya di depan wajah Andra.

"Hahaha. Sejak kapan adik loe bisa secantik ini Dra? Dia dulu kan ingusan, cengeng lagi." Kekeh Andra sambil menatap Draco. Ia tidak percaya, jika yang kini dihadapannya adalah Vega Al Lazuardi. Ia masih sangat ingat bagaimana terakhir saat ia memutuskan untuk menetap di Amerika dan meninggalkan teman-temannya di Indonesia tak terkecuali Vega. Dia adalah gadis yang manja yang sangat suka merocoki segala macam kegiatannya dengan Draco.

Gadis bernama Vega itu memutar bola matanya malas mendengar ucapan Andra yang menurutnya berlebihan. "Berhenti ngetawain gue Ndra. Gue beneran Vega," ucapnya kesal.

Grep

Andra memalingkan wajahnya dan sedetik kemudian menarik dan membawa gadis mungil itu pada pelukannya. Ia mencium wangi shampo strawberry pada gadis ini dan memejamkan matanya sejenak.

Vega sedikit terlonjak saat Andra tiba-tiba menarik dan memeluknya. Sudah lama sekali ia tidak merasakan pelukan hangat dari sahabat kakaknya ini. Namun, ia tidak ingin terlena karenanya. Ia yakin jika ia terus menikmati pelukan ini, Andra pasti mengejeknya abis-abisan.

"Lepasin gue Ndra," ucap Vega.

Andra melepaskan pelukannya dan menepuk pelan kepala Vega yang tingginya hanya sebatas dadanya. "Sekarang gue percaya kalau loe emang Vega," ucap Andra sambil tersenyum manis.

"Ya aneh emang kalau loe enggak percaya siapa gue," cibir Vega sambil memalingkan wajahnya.

"Gue enggak pernah nyangka loe bisa secantik ini Ve. Yang biasanya suka ngerecokin gue sama Draco main basket, yang sukanya guling-gulinggan kalau minta ice cream. Gila, gue hampir enggak percaya loe-"

"Yaaakkkk. Berhenti ngungkit-ngungkit masa kecil gue."

Tawa seketika memenuhi ruang tamu rumah Andra. Sudah lama ia tidak menikmati masa-masa tertawa bahagia bersama Mami dan sahabat-sahabatnya. Ia tidak mengerti mengapa ia ingin kembali ke Indonesia bahkan setelah tekad kuatnya terdahulu untuk tidak kembali ke tempat kelahirannya ini. Namun, satu yang ia tahu jika disini ada orang-orang yang menantikan kepulangannya. Ia berharap ini adalah pilihan terbaiknya.

***

Ini chapter paling pendek yang pernah gue tulis selama ini. Setelah sekian lama gue hiatus nulis, akhirnya gue nyoba lagi buat memperluas imajinasi gue wkwkwk :v.

Hayo tebak, siapa Andra ini? Tebak-tebak sendiri ya. Yang pasti dia bukan kembaran Dafa atau apalah. Vomment loe semua itu berharga. So, jangan lupain vote atau comment kalau loe suka sama cerita gue.

Stay tone ya guys, see you on next chapter. Gue pamit, bye!

A Secret and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang