Who Is He?

644 30 10
                                    

Andra meneguk pelan teh didepannya. Matanya menatap lekat layar televisi yang sedang menampilkan talkshow favoritnya. Sesekali ia tertawa melihat si pembawa acara membuat bintang tamunya mendadak salah tingkah karena pertanyaaan yang diajukannya.

"Andra." Panggil Vega ceria. Ia mendudukkan tubuh mungilnya disamping sahabat kakanya tersebut.

"Hello Angel. How are you?" Tanya Andra.

"Baik dong. Keluar yuk! Masa weekend dirumah aja."

"Males lah. Gue pengen nonton TV aja dirumah. Weekend gini pasti macet."

"Alasan aja loe ah. Ayok temenin gue keluar, Draco juga ikut kok." Bujuk Vega. Ia memeluk lengan Andra manja.

Andra mengusak gemas kepala Vega. Gadis ini memang sangat bisa jika harus membujuknya. "Paling bisa kalau ada maunya. Bentar, gue ganti baju dulu."

Vega bersorak girang mendengar ucapan Andra. Ia tahu jika Andra tidak akan tega untuk menolak permintaannya, bahkan saat mereka masih kecil dulu.

"Draco mana Ve?" Tanya Andra pada Vega.

"Lagi otw kesini. Tadi gue habis dari rumah temen terus langsung kesini. Buruan deh loe siap-siap." Dafa hanya menjawab ucapan Vega dengan mengangkat dua jempolnya.

***

"Mbak, es serut kacang merah dua sama Cappuchinonya satu ya." Minta Vega pada pelayan café tersebut.

"Eh, enggak mbak. Cappucchinonya aja yang dua." Ucap Andra. Pelayan café tersebut hanya mengangguk seraya tersenyum.

"Selera loe akhir-akhir ini berubah Ndra?" Ucap Draco sambil melipat kedua tangannya. Ini adalah posisi favorit Draco yang membuatnya selalu terlihat keren dengan tubuh tinggi tegapnya.

"Biasa aja."

"Sejak kapan loe nolak gue pesenin es serut kacang merah? Gue udah cobain dan ini enak banget" Sahut Vega..

"The time is change, everyone too does it." Balas Andra sambil menatap keluar jendela.

Tiba-tiba saja jantung Andra berdetak lebih cepat dari biasanya, perasaan bahagia menyelimuti dirinya. Ia tidak tau apa penyebabnya, bahkan tubuhnya seperti hendak melayang saking senangnya. Bagaikan sebuah morfin, perasaan yang tidak diketahui Andra ini sangat membuat candu baginya. Begitu membahagiakan untuknya.

Matanya melihat kesana-kemari, ia tidak tau apa yang dicarinya. Ia hanya mengikuti kata hatinya yang meronta-ronta seakan menanti hal baik untuknya. Matanya menyipit saat melihat seorang gadis yang tempo lalu ditemuinya sedang berjalan sambil memainkan ponselnya diseberang café yang didatanginya. Perasaan bahagia yang dirasakannya semakin menjadi, hatinya menghangat menatap gadis itu.

"Liat apaan sih Ndra?" Tanya Vega penasaran. Sedari tadi, Andra hanya menatap keluar jendela tanpa menghiraukannya dan Draco.

"Gue pergi dulu ya." Ucap Andra sambil berlari meninggalkan Vega dan Draco.

"Ndra, tunggu. Gue ikut." Vega ingin mengambil tasnya namun ditahan oleh Draco.

"Loe disini aja Ve." Pinta Draco.

"Andra kenapa sih? Loe tau kan dia kenapa?" Tanya Vega curiga.

Draco hanya menggeleng pelan. Ia menatap keluar café sambil memikirkan sesuatu. Ia tau jika ada yang tidak beres dengan sahabatnya itu.

***

Raina keluar dari toko bunga langganannya. Ia mencium harum bunga anggrek yang baru saja dibelinya. Hari ini ia berencana untuk datang ke pemakaman Dafa dan Bundanya, jadi ia membeli dua bunga anggrek sekaligus.

Sesekali ia menjulurkan tangannya untuk mengehentikan taksi yang akan dimintanya untuk mengantarkannya ke pemakaman nantinya. Tiba-tiba seorang anak kecil yang berumur kira-kira 10 tahun mendatanginya. Ia meberikan sekuntum bunga mawar untuknya.

"Kayaknya kamu salah orang deh. Bunga ini bukan buat kakak." Ucap Raina menolak. Ia tersenyum tipis pada anak laki-laki itu. Anak itu tetap diam sambil menyodorkan bunga itu untuknya, menunggu Raina mengambilnya.

Raina melihat sekelilingnya namun ia tidak menemukan siapa-siapa disana. Hanya beberapa orang yang berlalu-lalang disampingnya. Ia kembali menatap anak kecil itu.

"Ini dari siapa?" Tanyanya.

Anak laki-laki itu hanya diam lalu berlari meninggalkan Raina yang masih bingung dengan sekumtum mawar ditangannya.

***

Andra tesenyum lega melihat gadis itu menerima bunga pemberiannya. Ia tau jika sikapnya ini pengecut karna memberikan bunga pada seorang gadis melalui seorang anak kecil. Namun, ia tidak peduli. Tha, tidak ada yang tau kecuali ia dan Tuhan. Oh tidak, Andra melupakan si anak kecil yang telah berjasa untuknya itu.

Andra terus memperhatikan gadis itu lekat. Ia mengikuti kemana gadis itu berjalan, sesekali ia akan bersembunyi jika gadis itu menoleh kebelakang.

"Sial. Kenapa gue kayak maling gini sih?" Umpatnya kesal.

"Mas ngapain disini? Mau hujan loh." Tutur Pak Tua yang berjalan melewatinya. "Ceweknya udah jalan lagi tuh."

Spontan Andra langsung meninggalkan Pak Tua yang entah siapa itu dan berlari mengejar gadis itu.

***

Raina mengangkat wajahnya pelan. Ia menatap kearah langit yang tiba-tiba berubah menjadi gelap. Tak lama kemudian , Raina merasakan setetes air mengenai tangannya yang menengadah. Ia segera berlari ke halte bis yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Kayaknya mau hujan, tunggu bentar ya." Ucap Raina sambil mencium bunga anggrek miliknya. Matanya tiba-tiba saja menatap kearah bunga mawar yang juga digenggamnya.

Raina mencium pelan bunga mawar ditangannya. Wanginya yang semerbak membuatnya merasa sangat nyaman saat itu juga, entah mengapa hari ini ia begitu diselimuti perasaan bahagia yang ia sendiri tidak mengetahui apa penyebabnya.

Perlahan, butiran demi butiran air hujan turun membasahi bumi.Ia menengadahkan tangannya kearah depan untuk menyambut dinginnya air hujan yang menembus kulitnya. Senyuman tak pernah lepas dari wajah cantiknya. Sesekali ia akan tertawa kecil sambil memainkan air hujan di tangannya.

Gue enggak tau pasti sejak kapan gue mulai suka hujan. Gue enggak pernah tau sejak kapan gue menikmati suara hujan yang turun dan dinginnya air hujan yang menyentuh kulit. Dulu, gue ngerasa kalau hujan itu penghambat aktivitas tanpa gue tau kalau banyak orang diluar sana yang berdoa tiap harinya agar Tuhan menurunkan hujan. Sekarang, gue tau kenapa banyak orang diluar sana termasuk loe suka hujan. Suara rintikkannya yang jatuh mampu membuat gue tenang seperti sekarang, derasnya air hujan yang jatuh ke tanah membuat gue sadar jika hujan memiliki sisi positif dalam hidup ini. Gue sadar kalau tiap tetes air hujan yang turun adalah anugerah yang harus gue syukuri kehadirannya. Sekarang, bahkan bau air hujan yang menyentuh tanah adalah bagian terfavorit gue. Gue sadar kalau pada akhirnya sesuatu yang gue anggap biasa saja kini menjadi bagian terpenting dalam hidup walaupun gue tau kalau waktu untuk menyadarinya sungguh terlambat. Makasih buat semua pelajaran hidup yang udah loe kasih ke gue Daf.

Raina menyetop taksi yang bergerak kearahnya. Sesaat setelahnya, Raina segera berlari sambil menutupi kepalanya dengan sebelah tangan kearah taksi yang berhenti tidak jauh darinya.

Pluk ...

Tepat sedetik ia akan membuka pintu taksi, sesuatu yang aneh menyentuh kepalanya, ia sedikit terlonjak lalu menyentuhnya.

Jaket lagi.Ia mengambil jaket tersebut dari kepalanya dan dengan cepat mencium baunya. Ia tersadar dan menatap sekelilingnya. Di bawah guyuran hujan samar-samar ia melihat seorang pria yang menatapnya lembut dan berlari menjauhinya sambil menutupi kepalanya dengan tangan.

fHԊh

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Secret and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang