Seminggu setelah meninggalnya Intan, Dafa dan Raina semakin sering berkunjung ke panti asuhan Bunda Najwa. Seperti sore ini, sepulang sekolah Dafa dan Raina langsung mengunjungi panti. Mereka beralih sering kesini karena ingin bermain dengan anak-anak disana, namun sebenarnya mereka ingin menemani Bunda Najwa yang mereka yakini masih bersedih karena meninggalnya Intan.
"Bun. Ajarin Raina masak buat makan malam mereka dong," pinta Raina sambil bergelayut manja pada lengan Najwa.
"Kata Dafa kamu jago masak loh. Masak mau belajar, enggak salah?" Tanya Najwa.
"Raina songong Bun. Dia mau pamer sama Bunda kalau dia bisa masak," cibir Dafa yang baru saja masuk ke dapur. Ia tadi menemani Ariel dan anak-anak lainnya bermain di perkarangan panti.
Najwa tersenyum tipis melihat perdebatan kecil antara Dafa dan Raina. Menurutnya, mereka adalah pasangan yang sangat manis. Perdebatan kecil itu adalah bumbu-bumbu yang melengkapi perjalanan cinta mereka. Ia juga sudah lama mengenal Raina. Dua tahun lalu, Dafa mengenalkan Raina padanya dan ia langsung menyukai sosok Raina. Ditambah lagi, Raina sangat menyukai anak kecil. Jadi, anak-anak asuhnya pun lansung cocok saat Dafa pertama kali mengajak Raina kepantinya.
"Dafa resek ih," sahut Raina sambil mencebikkan bibirnya kesal. Dafa hanya menjulurkan lidahnya untuk mengejek Raina.
"Kalian ini udah pada besar kok masih suka debat sih? Udah yuk Rain, bantu Bunda masak. Dafa bantu cuciin sayurnya ya," pinta Najwa.
"Siap Bun," ucap Dafa.
Selesai makan malam, Dafa dan Raina berpamitan pulang pada Najwa dan juga anak-anak panti yang lain. Mereka berjanji jika ada waktu luang pasti mereka akan berkunjung kembali kesini. Pasalnya, dua minggu lagi mereka akan menghadapi Try Out dan TDS yang mengharuskan mereka belajar lebih giat dan tidak dapat seleluasa biasanya bersantai.
"Daf. Gue seneng deh liat Bunda udah bisa senyum lagi kayak tadi. Udah bisa bercanda lagi," ucap Raina sambil tersenyum. Ia menyandarkan punggungnya pada jok mobil Dafa.
"Bagus lah Rain. Gue enggak tega liat Bunda pura-pura kuat kayak kemarin-kemarin. Gue udah dari kecil kenal sama Bunda Najwa, dan gue ngerti kapan dia bener-bener sedih dan seneng," balas Dafa sambil menyalakan pemutar musik di mobilnya.
aku bersyukur kau di sini kasih
di kalbuku mengiringi
dan padamu ingin ku sampaikankau cahaya hati
dulu ku palingkan diri dari cinta
hingga kau hadir membasuh segalanya
oh inilah janjiku kepadamusepanjang hidup bersamamu
kesetiaanku tulus untukmu
hingga akhir waktu kaulah cintaku cintaku
sepanjang hidup seiring waktu
aku bersyukur atas hadirmu
kini dan selamanya aku milikmuyakini hatiku kau anugerah Sang Maha Rahim
semoga Allah berkahi kita
kekasih penguat jiwakuberdoa kau dan aku di Jannah
ku temukan kekuatanku di sisimu
kau hadir sempurnakan seluruh hidupku
oh inilah janjiku kepadamuyakini hatiku bersamamu ku sadari inilah cinta
tiada ragu dengarkanlah
kidung cintaku yang abadisepanjang hidup bersamamu
kesetiaanku tulus untukmu
hingga akhir waktu kaulah cintaku cintaku
sepanjang hidup seiring waktu
aku bersyukur atas hadirmu
kini dan selamanya aku milikmuRaina memperhatikan Dafa yang ikut menyenandungkan lagu dari Maher Zain tersebut. Sesekali ia tersenyum mendengar suara bass Dafa yang sangat enak menurutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Secret and Destiny
Novela Juvenil[SILAHKAN KOMEN APA YANG KURANG. REVISI AKAN DILAKUKAN SAAT CERITA SELESAI] PROLOG Ada yang bilang jika takdir itu sebuah ketentuan peristiwa yang terjadi dari semua sisi. Entah itu ukuran, tempat, maupun waktu. Segala sesuatu yang yang terjadi past...