Hati Malaikat

878 105 23
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 14.28. Itu artinya kurang dari 2 menit dari sekarang bel pulang sekolah akan berbunyi. Ya, SMA Garuda adalah sekolah yang cukup disiplin dalam hal pendidikan. Karna itu jam kepulangan mereka lebih lama dari sekolah-sekolah setingkat pada umumnya. Ditambah lagi jadwal ekskul dan kegiatan lain yang menguras waktu siswa dan siswinya, tak heran jika sekolah ini selalu menyabet juara di setiap perlombaan baik dalam bidang pendidikan ataupun ekskul.

Raina terlihat gelisah sore ini, terbukti dengan dirinya yang tidak berhenti menatap jam tangan yang dikenakannya seolah setiap detiknya berjalan dengan lambat. Hingga akhirnya bunyi bel yang dinantikannya berdering.

Kriiiinnnnggggggggggg ......

Dengan tergesa-gesa Raina memasukkan buku-bukunya ke dalam ransel biru muda favoritnya. Pasti Dafa telah lelah menunggunya di depan kelas.

"Loe mau ke panti asuhan lagi bareng Dafa Rain?" Tanya Ruby.

"Iya nih, gila boring banget gue nunggu bel bunyi. Nih pasti Dafa lagi nungguin gue. Loe beneran engggak ikut gue ama Dafa hari ini?" Tanya Raina sembari menatap Ruby.

"Enggak Rain, gue disuruh nganterin nyokap ke rumah tante gue yang di Pondok Indah. Ini aja gue telat. Gue duluan ya Rain, salam buat Dafa," ucap Ruby dengan menenteng tasnya yang hanya di tanggapi lambaian tangan oleh Raina. Raina kembali memperhatikan mejanya, memastikan tidak ada lagi buku atau perlengkapannya yang tertinggal. Setelah yakin dia melangkahkan kakinya menuju pintu keluar dari kelasnya. Ia menutup matanya sejenak dan ...

"Raina Sayang, udah siap?" Tanya Daffa.

"Siap donk, yuk berangkat." Dengan gemas dia bergelayut manja pada lengan Dafa. Ini yang disukainya dari Dafa, kebiasaan kecil yang selalu membuatnya bahagia. Kebiasaan Dafa yang selalu menunggunya di depan kelas dan menyapanya tepat tiga detik setelah Raina sampai di depan pintu kelas. Setiap hari Dafa selalu menjemputnya ke sekolah dan mengantarnya pulang. Kebiasaan ini selalu dilakukan Dafa semenjak 2 tahun lalu, ketika pertama kali Raina memutuskan menerima Dafa menjadi kekasihnya.

Mobil sport Aston Martin V8 Vantage berwarna hitam keluar meninggalkan tempat parkir SMA Garuda. Mobil tersebut melenggang dengan santai di jalanan yang cukup sepi sore ini. Tidak Sampai satu jam mobil mewah tersebut berhenti di perkarangan rumah yang minimalis namun tertata rapi dengan taman bermain yang cukup luas di depannya. Sepasang siswa –siswi yang masih mengenakan seragam sekolah turun dari mobil mewah tersebut.

"Kak Dafa, Kak Raina," sapa anak laki-laki yang umurnya sekitar 7 tahun.

"Hai Ariel. Lagi ngapain?" Tanya Raina pada anak yang bernama Ariel itu.

"Lagi main sama teman-teman kak. Kakak nyari Bunda?"

"Iya, Bunda ada enggak?"

"Ada kok kak, yuk masuk. Biar Ariel panggilin Bunda."

"Oke, tapi bantuin kak Dafa sama Kak Raina bawa kue sama oleh-oleh yang lain ya Sayang."

"Siap kak," jawab anak itu berdiri tegap dengan posisi tangan yang menghormat pada Raina. Raina hanya tersenyum menanggapi respon anak tersebut. Mereka bertiga pun membawa barang-barang yang telah dibawa oleh Dafa dan Raina ke dalam rumah tersebut.

"Bentar ya kak, Ariel panggilin Bunda dulu. Duduk aja kak," ucap anak itu dengan ramah. Tidak sampai lima menit seorang perempuan berhijab keluar dari dapur membawa dua gelas minuman ditangannya. Mungkin umurnya sekitar 40 tahun, namun masih saja terlihat cantik dengan hijab sederhana yang dikenakannya. Senyumnya mengembang saat melihat Dafa dan Raina yang sedang bercanda.

"Nak Dafa, Nak Raina, baru pulang sekolah ya?" Tanyanya ramah.

"Iya Bun. Tadi langsung mampir kesini," jawab Dafa tak kalah ramah.

A Secret and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang