Double Date

392 62 3
                                    

Ruby dengan malas beranjak dari ranjangnya saat chat dari Raina masuk ke ponsel canggihnya. "Apa-apaan sih nih orang? Seenaknya aja nyuruh-nyuruh gue, lagi unmood juga, omelnya pada diri sendiri.

Raina : "By, cepetan ganti baju. Entar jam 7 gue jemput loe."

Ruby : "Mager."

Raina : "Enggak mau tau, loe harus temenin gue malem ini."

Ruby : "Tetap enggak. Gue lagi nyaman sama kasur, elo tu ganggu kesenangan gue."

Rain : "ENGGAK PEDULI. LOE HARUS TEMENIN GUE, DANDAN YANG CANTIK. JANGAN MALU-MALUIN GUE LOE YA!"

Lihat sendiri kan gimana menyebalkannya sosok Raina Khalica Milena yang selama ini terlihat selalu manis bak malaikat di dunia nyata. Suka seenaknya sendiri dan tidak memperdulikan sahabatnya yang sedang galau berat seperti ini.

Ruby sesekali mendengus kesal saat tidak menemukan baju yang pas untuk menemani Raina. Salahkan Raina yang kukuh memaksanya keluar saat Ruby dalam keadaan mood yang tidak baik. Padahal, sejujurnya Ruby adalah sosok yang borjuis dalam berpakaian. Baju-baju yang dimilikinya tidak kalah bagus dan mahal seperti milik Raina, belum lagi koleksi sepatu dan jam mahal dari berbagai Negara. Tidak heran, Mama Ruby adalah seorang Desaigner kelas dunia.

"Gue pakai baju apaan nih? Sialan banget sih tuh orang. Dikira gue pembokatnya apa main suruh-suruh gini", umpatnya.

Hampir sejam ia berkutat dengan baju-baju yang kini telat tergeletak di berbagai tempat di kamarnya. Akhirnya, pilihannya jatuh pada dress hitam putih selutut yang memperlihatkan lekuk tubuhnya dipadukan dengan converse putih yang mengkilat dan tas selempang bewarna senada dengan dressnya. Rambutnya tergerai begitu saja menambah kesan modis dalam gadis ini. Make up sederhana yang ia aplikasikan di wajah mulusnya membuatnya semakin cantik. Saat dirasa semuanya sudah cukup, ia bergegas turun dari kamarnya.

Belum sampai di lantai dasar, Ruby menghentikan langkahnya saat menyadari ada lelaki yang kini sedang duduk di sofa ruang tamunya sembari memainkan ponselnya. Ruby memicingkan matanya menebak-nebak siapakah lelaki yang saat ini sedang duduk manis tersebut. Seingatnya ia tidak memiliki janji dengan laki-laki manapun malam ini, yang ada hanya janji untuk menemani Raina saja. Ralat, lebih tepatnya dipaksa untuk menemani Raina.

Ia perlahan menuruni beberapa anak tangga lagi untuk memastikan siapa laki-laki ini sampai laki-laki itu mendongak kearahnya. "ASKA!" pekiknya.

***

Disebuah café di jajaran Mall besar di Jakarta sepasang kekasih sedang menikmati minumannya masing-masing. Si laki-laki memesan Capucchino hangat dan sang gadis memesan Macchiato dingin. Keduanya sesekali menoleh kearah pintu masuk café tersebut, mereka sengaja memilih tempat duduk yang dekat dengan pintu masuk agar lebih mudah menyapa dua orang yang mereka tunggu.

"Lama banget sih mereka. Elah," ucap Raina pada dirinya sendiri.

"Mungkin kejebak macet kali Rain," jawab Dafa sambil menyesap minumannya pelan.

"Ngebayangin enggak Daf gimana reaksi Ruby pas tau dia di jemput sama Aska? Hahaha .. Pasti kaget banget dia," kekeh Raina. "Semoga aja Ruby mau ya di jemput sama Aska."

Tidak lama setelah percakapan singkat Dafa dan Raina, sepasang muda-mudi terlihat membuka pintu café perlahan. Mereka adalah Aska dan Ruby. Aska mengangkat tangannya kearah Dafa untuk menyapa Dafa dan Raina sedangkan Ruby mengepalkan tangannya ke udara kearah Raina. Raina yang mengerti hanya terkekeh geli menghadapi sikap sahabatnya tersebut.

"Sorry telat. Ada insiden kecil tadi," ucap Aska sambil melirik kearah Ruby.

"It's okay. Ka, By duduk gih. Mau pesan apa?" Tanya Dafa sambil menatap Aska dan Ruby bergantian. Karena tidak mendapat tanggapan dari keduanya, Dafa akhirnya mengubah topik pembicaraan untuk memecah kesunyian diantara mereka, "Hmm, jadi kenapa bisa telat. Kena macet?"

"Enggak," jawab Aska dan Ruby serempak. Dafa yang memang terkesan tenang hanya tersenyum simpul. Berbeda dengan Raina yang sangat heboh menanggapi jawaban Aska dan Raina. Ia semakin bersemangat menjahili Ruby.

"Woooohh ... Bisa barengan gitu jawabnya. Jodoh nih," ucap Raina sarkatis.

"Diem loe," ketus Ruby. Jika ia tidak melawan sekarang pasti ia akan jadi bahan kejahilan Raina. Raina semakin terkekeh mendengar ucapan dari Ruby.

"Udah-udah. Jadi nonton enggak nih?" Tanya Dafa pada Raina, Aska dan Ruby.

"Jadi dong. By nonton London Love Story yuk? Masih premier nih," ajak Raina semangat. Ruby yang dari tadi unmood langsung berubah cerah saat mendapat ajakan dari Raina. Kebetulan sekali mereka sama-sama menyukai Dimas Anggara dan Michelle Ziudith. Menurut Raina dan Ruby, mereka adalah pasangan yang serasi dalam bermain film. Mereka sangat mendalami peran dan mampu membuat penonton terbawa dalam emosi keduanya. Bahkan, Raina dan Ruby mengharapkan mereka dapat berjodoh pula di dunia nyata. Bagaimanapun, sesuatu yang kita harapkan tidak selalu berjalan sesuai harapan. Saat mereka tahu keduanya memiliki kekasih, mereka berdua sangat terpukul dan mengirim komen di beberapa akun medsos dua artis tersebut untuk meminta mereka berpacaran saja.

"Ayuk Rain. Kangen banget nih sama Kak Dimas," ucap Ruby tak kalah semangat. Bahkan, ia kini melonjak-lonjak senang. Aska yang berada disampingnya hanya tersenyum geli melihat tingkah Ruby yang menurutnya menggemaskan.

"Enggak, enggak. Yang lain aja ya Sayang. Terakhir ngajak nonton Magic Hour loe nangis-nangis gitu sampai sembab. Ingat enggak? Loe sampai di tanyain gitu sama mbak-mbak yang jaga pintu keluar, dikira gue yang bikin loe nangis," tolak Dafa.

Dafa masih mengingat dengan jelas saat Raina mengajaknya menonton film yang dibintangi dua artis favoritnya itu. Sepanjang film diputar, Raina terus saja menangis tersedu-sedu. Saat Dafa mencoba menenangkannya, Raina akan menjawabnya seperti ini. "Hiks ... Hiks ... Ini sedih banget tau Daf. Lihat deh, Raina sampai nangis gitu ditinggal sama Dimas. Kasihan banget Daf."

Dafa tahu tidak ada gunanya beradu argumentasi dengan Raina. Raina selalu saja dapat membujuknya. Seperti saat ini, Raina terus saja merengek meminta Dafa menemaninya menonton film kesukaannya. Ditambah lagi dengan Ruby yang menatapnya dengan puppy eyesnya membuat Dafa lagi-lagi menyerah. "Iya deh, iya. Tapi kalian jangan nagis-nangis gitu ya. Malu sama mbk-mbknya yang jaga. Loe gimana Ka, mau nemanin nih cewek-cewek nonton?"

"Gue bisa apa Daf? Dua lawan satu gini. Akhirnya tetap sama, cewek selalu menang dalam hal merajuk," jawab Aska sambil melirik dua gadis di depannya. Yang ditatap justru terkekeh dan segera berlari kearah penjual karcis. Dafa dan Aska hanya menggelengan kepalanya melihat tingkah dua gadis tersebut.

***

Hahaha, ini curhatan gue yang emang suka banget nget nget nget sama Dimas Anggara n' Michelle Ziudith :D pas gue nonton Maic Hour sama temen gue, gue mewek* enggak jelas gitu :v gue sampai baper berat karena mereka  huhu. Trus ditanyain gitu sama yang jaga di depan pintu keluar, gue dibilangin biar enggak usah nangis. Sumpah kocak banget waktu itu, mata gue sampai sembab kelamaan nangis :v gapapa ya curhat wkwkwk. 

Masih seputar Ruby ya gengs, lagi suka aja bikin moment itu cewek. Tapi bisa dipastikan di chapter selanjutnya kita balik lagi ke cerita awal soal Dafa dan Raina. Masih penasaran sama Dafa kan? So, jangan sampai ketinggalan chapter selanjutnya. Always, jangan lupa vomment. Jangan jadi silent reader terus. Pamit dulu yaa. Bye*

<8o

A Secret and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang