Berita Duka

395 52 4
                                    

Dafa sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya di pinggir lapangan basket saat jam istirahat.Ini merupakan hari pertamanya kembali kesekolah sebelum dua hari yang lalu ia absen karena insiden pingsannya selesai bermain basket. Teman-temannya sibuk menanyakan bagaimana keadaan Dafa sekarang, apa saja yang dilakukannya selama di Rumah Sakit, sampai dengan konyolnya menanyakan apakah ada suster magang yang menarik perhatian Dafa.

Drrrt ... Drrrt ... Drrrt

Dafa sedikit menggeser tubuhnya saat merasakan ponsel di celananya bergetar. Ia mengeryit bingung saat menyadari jika Bunda Najwa yang menelvonnya. Ia bertanya-tanya mengapa di jam sekolah seperti ini Bunda Najwa menghubunginya. Tanpa berpikir panjang, ia sedikit menjauhkan diri dari teman-temannya untung mengangkat telvonnya.

"Assalamuailakum Bunda."

" ................. "

"Dafa sama Raina masih di sekolah Bun."

" .................. "

"Bunda yang tenang ya. Dafa sama Raina kesana sekarang."

Dafa segera berlari kekelas Raina sesaat setelah mematikan sambungan telvonnya. Ia tidak menghiraukan panggilan teman-temannya yang menanyakan akan kemanakah iya pergi. Yang kini ada dipikirannya sekarang hanya cepat-cepat menemui Raina.

Raina sedang asyik memainkan ponselnya di dalam kelas bersama Ruby dan juga Vio. Sesekali mereka tertawa lepas saat mengomentari postingan teman-teman sekelasnya di Instagram yang nyeleneh-nyeleneh. Ia terlonjak kaget saat melihat Dafa yang berlari terengah-engah memasuki kelasnya. Ia menatap Dafa bingung dengan tatapan bertanya.

"Ternyata loe disini. Gue nyari loe kemana-mana Rain," ucap Dafa sambil mengatur nafasnya.

"Loe kenapa sih lari-lari gitu? Baru juga sembuh," omel Raina.

"Rain. Buruan beresin alat tulis loe. Kita pulang sekarang."

"Eh .. Ada apa-apaan nih? Main ajak pulang aja loe Daf. Duduk dulu sih," sahut Ruby.

"Rain. Buruan, please. Intan masuk Rumah Sakit lagi. Bunda Najwa baru nelfon gue tadi," ucap Dafa kesal. Ia sungguh panik sekarang.

Raina yang mendengar dengan jelas Dafa menyebut nama Intan langsung mengerti. Ia dengan cepat memasukkan buku-buku yang masih tergeletak dimejanya.

"By.Vi. Ijinin gue ya. Gue mau ke Rumah Sakit sama Dafa," ucap Raina sambil menenteng tas punggungnya.

"Eh .. eh .. loe pada mau ngapain di Rumah Sakit? Entar gue jawab apa kalau ditanyain P.Ramzi? Rain, Raina," teriak Ruby pada Dafa dan Raina yang sudah berlari ke luar kelas. "Tuh. Lihat Vi, lagi-lagi gue di cuekin," gerutunya pada Vio. Vio hanya menggeleng-geleng pelan menanggapi gerutuan Ruby.

***

Di Rumah Sakit, Najwa sudah menangis tersedu-sedu di depan ruang ICU Rumah Sakit Sevit. Ia memanjatkan doa kepada Sang Pencipta agar Intan anak asuhnya diberi kekuatan untuk bertahan dan dapat sembuh seperti sedia kala. Air matanya yang sedari tadi menetes dari matanya tak menjadi penghalang untuk terus berdoa. Ia terus mencoba tenang walaupun hatinya dirundung kesedihan yang mendalam.

Seorang Dokter keluar dari ruang ICU sambil melepaskan masker dari wajahnya. Ia menatap Najwa yang sedang memejamkan matanya. "Najwa," panggilnya.

Najwa mendongak saat ada yang memanggil namanya. "Ivan. Bagaimana keadaan Intan?" Tanyanya panik.

"Keadaannya semakin memburuk Najwa. Kita harus segera menemukan donor sumsum tulang belakang yang cocok untuknya. Jika terlambat, ini akan memperburuk keadaannya," sesal Ivan.

A Secret and DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang