Melted 10

911 47 2
                                    

PART 10

Ketika semua orang benar-benar jatuh cinta...

Shilla melambaikan tangannya pada pemuda yang baru saja mengantarnya pulang. Dengan senyum yang masih melekat di wajah bulatnya, gadis itu masuk ke rumah. Baru kali ini ia merasa jantungnya melompat-lompat berada di sebelah cowok.

"Oh My? I'm in love, aren't I?" gumam Shilla pada dirinya sendiri. Gadis itu menggeleng, tidak ia tidak jatuh cinta hanya sedang kasmaran, apa bedanya eh?

"Mah, liat nih Mbash senyum-senyum sendiri," adu Acha pada sang Ibu saat Shilla masuk ke ruang makan dengan tampang sumringah. Mama tersenyum kecil.

"Biarlah, Cha! Mungkin kakakmu lagi kayak cewek-cewek yang di FTV itu lho... jatuh cinta," jawab Mama sambil tersenyum jahil pada Shilla. Acha mencibir pelan sementara Shilla tersipu mendengar perkataan Mama.

"Ganti baju sana, Shill" perintah mama. Shilla pun segera menuju kamarnya masih dengan senyum yang terbingkai manis di wajahnya. Acha memutar bola matanya malas melihat kelakuan saudarinya itu.

[]

Potongan sebelumnya, Shilla nampaknya bahagia entah karena apa. Di sisi yang lain, Ify, gadis yang mengorbankan perasaannya untuk Shilla dan pemudanya merasakan hal yang sama. Untuk pertama kalinya, ia bisa tersenyum lepas untuk apa yang Junio sebut bahagia. Walaupun bahagia Rio karena Shilla.

Alvin yang sore itu menghabiskan waktunya bersama Ify heran.

"obat abis?" tanya Alvin sambil menyentuh dahi Ify dengan punggung tangannya. Ify menggeleng tentu saja, enak saja habis obat.

"kangen gue yang abis," celetuk ify dengan wajah berseri. Alvin menautkan kedua alisnya, ia bingung.

"gue rasa, rio udah ngebayar semua rasa sakit gue selama ini." Jelas Ify masih dengan wajah berseri, membuat pesona gadis itu benar-benar terpancar. Alvin menarik sudut bibirnya, Ah Junio bisa membuat Ify bahagia juga ternyata, batin pemuda itu lega. Eh? Kalau Ify saja bisa bahagia karena Rio... berarti Tiara Shilla juga bisa. Alvin menggeleng, tidak, tidak akan. Shilla hanya bahagia dengannya, batinnya posesif. Eh? Belum pacaran saja sudah posesif, Okai Alvin you better now working with no ego :P

"Alvin, kenapa lo suka Shilla?" tanya Ify. Gadis itu berusaha mengalihkan emosi yang terpancar dari wajah oriental Alvin.

"Eh?" tanggap Alvin kikuk. Ify menatap Alvin dengan jurus andalannya, puppy eyes. Dengan begini, meskipun rahasia Negara sekalipun Alvin akan menceritakan semuanya pada Ify.

"Gue suka dia karena dia orang pertama yang memanusiakan gue, Fy."

"Dia masih nganggap gue berguna padahal di mata semua orang gue sampah,Fy." Alvin tersenyum tipis mengingat pertemuan pertamanya dengan Shilla saat masih berseragam putih-biru.

Alvin yang kala itu adalah paling bengal di sekolahnya tiba-tiba disapa gadis berwajah polos yang dengan kepolosannya bertanya mengapa Alvin tak masuk kelas. Alvin yang tidak pernah suka dengan pertanyaan itupun membentak Shilla –gadis polos itu-. Shilla tidak balas membentak Alvin malah menemani Alvin bolos. Ia bilang kelas memang kadang membosankan. Alvin tak mengacuhkan Shilla meski gadis itu berceloteh ini itu kepadanya. Tapi, pada akhirnya ia berkata pada Alvin, perkataan yang membuat Alvin merasa berarti, merasa kehadiran di dunia tidak sia-sia.

"Gue tahu lo badung, lo nakal, lo nggak suka aturan. Itu normal menurut gue dan menurut lo juga gitu. Tapi sayang ya, normal itu relatif. Dan parahnya relativitas masing-masing orang nggak bisa disamain ya, Vin. Relativitas itu disatukan dalam yang namanya objektif. Dan semua orang bilang secara objektif lo itu monster. Padahal lo bukan monster, lo Cuma siswa biasa. Orang-orang juga nggak tahu kalau seseram apapun monster, ia masih punya perasaan. Dan perasaan lo terluka kan, vin? Tanpa orang lain tahu, iya kan? Alvin, if you need a company, I will be then."

MeltedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang