Melted [18]

908 28 3
                                    


MELTED [Bonus Part: Olaf]

Di kelasnya, Sivia sibuk mencermati kertas partitur nada miliknya. Minggu depan, Sivia akan mengikuti recital piano di tempat kursus musiknya. Jadi, minggu ini ia super sibuk dengan nada-nada dan piano.

"Apaan tuh, Siv?" Irva mengambil kertas Sivia. Sivia mengangkat kedua alisnya.

"Itu partitur nada. Minggu depan gue recital nih, dateng ya lo pada?" ujar Sivia sambil mengambil kembali kertasnya itu dan menyimpannya di laci.

"Minggu depan? Mmmm," irva tampak berpikir. Begitu juga Naya dan Alika disebelahnya.

"Boleh juga tuh, va. Daripada lo dwp nggak jelas mending dengerin suara piano, eh?" celetuk Naya sambil mengangguk antusias. Irva pun mengangguk.

"Awas ya, kalau nggak dateng." Ancam sivia sambil mengepalkan tinjunya. Irva bergidik ngeri.

"Preman." Desis gadis itu lalu kembali ke tempatnya duduk. Sivia terkikik pelan lalu mengambil kembali kertas dalam lacinya. Ia menghafal lagi, ya walaupun sebenarnya ia sudah begitu hafal dan fasih memainkan lagu itu. Di otaknya saja yang berputar saat ini adalah melodi lagunya.

"Oh, jadi gitu. Yang disuruh nonton resital kamu cuma Irva cs nih?" sindir Juniel yang entah dari kapan sudah duduk di sebelah Sivia. Sivia mengangkat sebelah alisnya.

"Lo nggak perlu dikasih tahu juga udah tahu sendiri. Juniel Stalker." Balas Sivia sarkastik. Juniel meringis pelan sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia jadi teringat kejadian beberapa hari yang lalu.

888

Senin

"juniel kamu ngapain disini?" Sivia mencubit pelan lengan Juniel. Juniel hanya meringis tertahan tidak tahu harus jawab apa.

"Kamu tahu darimana aku disini, ha?" tanya Sivia galak. Juniel hanya nyengir lebar.

"Hehe." Kekeh pemuda itu pelan. Sivia bersedekap, lalu menggeleng tak mengerti.

"Jangan ngikut-ngikutin aku lagi oke? Sekarang kamu balik deh." Ujar Sivia. Juniel mengangguk lesu, Sivia secara tidak langsung. Pemuda itu menatap punggung Sivia yang memasuki bangunan dengan tulisan 'CokeandIce' itu.

"Hhhh." Juniel mendengus kesal. Harusnya ia percaya saja kalau Sivia benar-benar pergi dengan Irva. Tapi, juniel justru tidak mempercayainya dan mengikuti gadis itu sampai ke tempat ini. Tapi, bukan karena ketidakpercayaan itu saja Juniel mengikuti Sivia, ia sebenarnya takut...

Rabu

Juniel memutuskan melakukan hal yang sama seperti dua hari yang lalu. Mengikuti Sivia diam-diam. Ia hanya ingin memastikan kalau Sivia benar-benar jujur padanya. Rasa takut itu menjalar di hati Juniel, semenjak semuanya berubah beberapa bulan yang lalu. Sivia sudah mulai menerima dan diterima di lingkaran pertemanan seperti yang selalu Juniel impikan sejak dulu. Tapi, entah mengapa sebulan ini Juniel mulai takut kalau-kalau Sivia akhirnya memutuskan meninggalkan Juniel.

"Kamu ngaco ya, yel?" begitu tanggapan Sivia saat Juniel menjelaskan maksudnya kemarin.

"Udahlah. Kamu percaya kan sama aku? Aku baik-baik aja kok, aku bisa jaga diri." Kalimat Sivia itu yang membuat Juniel mempercayai Sivia, walaupun tidak sepenuhnya.

Juniel menunggu di depan sebuah rumah. Itu rumah irva. Sivia ada disana, bukan Juniel tidak percaya tapi ah sudahlah, ia hanya memastikan. Juniel pun menstrarter motornya setelah setengah jam berdiri disana. Baru hendak melajukan motornya, decitan gerbang yang dibuka membuat Juniel menarik remnya.

MeltedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang