Melted [12]

799 49 1
                                    


PART 12

Rio menggeleng kuat saat Ify melontarkan pertanyaan itu. Tidak dan tidak akan. Shilla tidak akan tahu tentang skenarionya yang ia buat dengan Ify. Meskipun Shilla berusaha untuk tahu, Shilla tidak akan tahu rahasia mereka. Ego Rio bersikeras Shilla tidak tahu apa-apa.

"Tapi Shilla berubah akhir-akhir ini," desah Ify sedih. Rio tak bicara apa-apa setelah itu. Hening, dingin itu menyelimuti Ify dan rio yang sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Sekarang gimana?" tanya Ify bergetar.

"Shilla seharusnya bahagia, tapi sekarang dia terluka... karena kita." Lanjutnya sambil menunduk, tak berani menatap wajah Rio.

Rio berteriak keras dalam hatinya, jangan begini Ify. Kau juga berhak bahagia, jangan terluka Ify...

Rio mengetatkan rahangnya menahan emosi. Jujur saja, pernyataan Ify tadi menohoknya. Ia juga tidak suka Shilla terluka tapi ia lebih tak suka jika ify terluka, lebih lama dan lebih dalam.

[]

Shilla menata bukunya yang berserakan di meja setelah pelajaran matematika. Ia menoleh, tidak ada Ify disana, Ify sedang berlatih bersama tim paduan suara untuk lomba paduan suara tak lama lagi. Shilla lalu menoleh ke belakang berharap ia mendapati Alvin namun nihil. Alvin pun tidak ada di kelas. Shilla mendesah kentara, apa yang harus ia lakukan sekarang. Shilla merogoh sakunya, mengeluarkan ponsel. Tidak ada pesan dari... -masih pantaskah Shilla berharap- Rio.

Shilla akhirnya memilih keluar kelas, ia menolak ajakan Oik melihat drama Korea terbarunya. Shilla menatap lapangan basket yang tak jauh dari kelasnya. Ah, Ify disana rupanya sedang menemani Rio yang sedang berlatih basket. Kurang jodoh apa coba Shill, sama-sama ikut lomba, batin Shilla miris.

"Shilla?" panggil Juniel.

"Eh iya, yo?" jawab Shilla tanpa menoleh, setahunya suara itu punya Rio. Tapi setelah menoleh, Shilla hanya tersenyum kecut, ia lupa junio punya kembaran yaitu Olaf eh Juniel maksudnya.

"Maksud gue, yel." Ralat Shilla. Juniel mengangguk maklum.

"Shill?" panggil Juniel lagi. Shilla mengerjap, ah dia melamun lagi.

"Iya. Iya, ada apa?" tukas Shilla sambil tersenyum seperti biasa.

"Ini proposalnya udah ditandatanganin kepsek. Besok bisa ambil tiket pensinya. Lo mau ambil atau Ozy yang ambil?" ujar Juniel sambil menyodorkan map biru kepada Shilla. Shilla mengangguk senang.

"Gue aja deh." Jawab Shilla semangat.

[]

"Alvin temenin gue dong," rengek Shilla pada Alvin yang sibuk mengaduk bakso. Alvin menoleh sekilas lalu fokus pada mangkok baksonya lagi. Shilla yang merasa dicuekin mengerucutkan bibir.

"Alvin, lo mah gitu. Kalo sama gue pake sok-sokan mikir dua kali. Kalo sama Ify aja langsung cuss. Ih, nyebelin," Shilla mengeluarkan apa yang ada di dalam pikirannya sambil mendebrak meja. Alvin, tentu saja ia kaget, Shilla tidak biasanya seperti ini.

"Bukan gitu, Shill." Tukas Alvin. Namun belum sempat Alvin menyelesaikan penjelasannya Shilla sudah melenggang pergi. Alvin menepuk dahinya tak mengerti, ada apa dengan Shilla?

"Shilla kenapa, Alv?" tanya Ify yang entah darimana. Alvin mengangkat bahunya.

"Tadi dia ngelewatin gue gitu aja. Lo apain dia, Vin?" tanya Ify lagi kali ini tampangnya mulai serius. bad mood Shilla sepertinya menyebar, buktinya telinga Alvin terasa panas mendengar pertanyaan Ify tadi.

MeltedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang