"Sekarang kalian akan saya bagi menjadi 7 kelompok" ujar mrs. Raline salah satu guru musik.
"Kelompok pertama Kevin, Jessie, Gio dan Sara. Kelompok 2, Kristie, Jack, Avi dan Scott. Kelompok 3, Lily, Justin, Bob dan Kyle. Kelompok 4 Alysa, Ardo, Steve dan Rachel. Kelompok 5 Mike, Clowey, Brian dan Sammy. Kelompok 6, Howard, Sean, Pricill, Willson. Kelompok 7, Max, Vicko, Vellecia, dan Mikaela." mrs. Raline menutup buku absen pelajaran ekstrak musik ini.
Kita berdua, aku dan Rachel ber high five saat nama kami di sebut dalam satu kelompok.
"Masing masing kelompok di tugaskan untuk membuat aransemen lagu. Dan untuk lagunya kalian bisa memilih sendiri." Lanjut wanita tadi.
"Di kumpulin nya kapan mrs?" Clowey yang duduk tepat di belakangku mengangkat tangannya.
"Tugas harus di kumpulkan minggu depan, dan tidak boleh terlambat!" Tegas mrs. Raline.
kriiing kriiing kriiing
Bel tanda jam pulang yang berbunyi nyaring mengagetkan kami semua.
"Jadi, kapan kita mengerjakan tugasnya?" suara khas steve yang membuatku menoleh kearahnya.
"Hmm bagaimana kalau hari ini? bukankah lebih cepat, lebih baik?"
"Terserah saja, aku akan mengikut." Steve membetulkan kaca matanya yang sedikit turun.
"Hari ini aku tidak bisa!" suara melengking yang sangat ku kenal siapa pemiliknya.
"Aduuh Rachel bisa gak sih gak usah teriak di telingaku?!" aku mengusap telinga kananku.
"Hehehe peace saa" dia membentuk jari telunjuk dan tengahnya seperti huruf V tak lupa juga dengan deretan gigi putihnya yang ia tunjukan.
"aku juga gak bisa hari ini, bagaimana kalau besok?" Ardo berdiri di hadapanku.
"hmm boleh saja" Steve yang menjawab pertama sembari mengusap dagunya.
"besok? oke! bisa kok!" ujar Rachel dengan tingkah kekanakan nya yang sedang kambuh.
Aku menganggukan kepalaku, "oke deal!".
*******
"alysa pulang!" suaraku yang menggelegar ke penjuru rumah ini.
"selamat siang nona, ada yang bisa saya bantu?" mbak Yuni selaku kepala pelayan tersenyum kearahku.
Mungkin kalian bingung kenapa di London ada yang namanya Yuni. Itu karena mbak Yuni adalah orang indonesia.
Kata ayah dia sudah menjadi pelayan sejak kak Leo masih kecil dan itu berarti sejak kita masih di Indonesia. Dan saat aku, kak Leo, Ayah dan almarhumah bunda pindah ke London. Hanya dialah yang ikut dengan kami ke negara asing ini.
"Hmm apa kak Leo dan ayah ada di rumah?" tanyaku kepada mbak Yuni.
"Hanya ada tuan muda nona, ia berada di kamarnya"
Aku menganggukan kepalaku dan segera menuju kamar kakak kesayangan ku itu.
Kreek
Aku membuka pintu kamar kak Leo,"kak Leoooooo!!". Aku mengedarkan pandanganku mencari dimana ia berada.
Sesaat kemudian aku melihat sesuatu yang menggunung di atas tempat tidur yang di tutupi selimut tebal. Dan aku tebak itu adalah kak Leo yang tertidur.
Aku membalikan badanku hendak keluar dari kamar dengan hati-hati agar yang sedang tertidur tidak terbangun.
"eeenggh Alysa? kau sudah pulang?" suara serak khas bangun tidur seorang lelaki membuatku membalikan tubuh ku.
"Hmm eh iya kak, sorry yaa udah bikin kakak bangun" aku menggaruk tengkuk ku yang jelas-jelas tidak gatal sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadness Isn't The End
Teen Fiction"Kesedihan bukanlah akhir dari sebuah kehidupan. Karena dibalik itu pasti akan ada kebahagiaan yang telah tuhan rangkai untuk umatnya."