"Yeeaaay!!"
"What?!"
"Nooooo!!!"
"Yohooo!!"
Terdengar keributan dari beberapa orang yang mengelilingi papan informasi.
Aku melangkahkan kaki ku ke arah papan tersebut, yang sekarang telah menjadi serbuan semua anak angkatanku.
Aku menjinjitkan kaki ku berusaha untuk melihat apa yang ada di papan tersebut.
Walau aku tau itu semua akan sia-sia karena ada puluhan anak yang tingginya melebihi tinggi badanku menghalangi pandanganku.
"Hei", seseorang menepuk pundakku. Dan refleks aku menoleh kearah nya.
"Hm hei"
"Mau lihat pengumuman ya?", dia menatapku sekilas lalu memalingkan pandangannya ke papan informasi yang semakin padat pengunjung itu.
Aku mengendikkan bahuku, "seperti yang kau lihat"
Saat aku hendak kembali dengan usahaku sebelumnya, tiba-tiba saja ada sebuah tangan yang menggenggam tanganku dan menarikku masuk kedalam kerumunan tersebut.
Aku tersentak. Ingin memprotes atas apa yang ia lakukan secara tiba-tiba. Tapi satu kenyataan, aku tidak tau siapa orang yang menarikku sampai aku berada tepat di depan papan informasi.
Aku menoleh kan kepalaku pada lelaki di sebelahku yang masih menggenggam tanganku erat.
Di tersenyum. Manis. "Kau lulus" Ucapnya setelah ia menolehkan kepalanya kearahku.
Aku mengerjapkan mataku berkali-kali guna mengembalikanku ke alam sadar.
Aku melihat beberapa kertas yang di tempel pada papan itu mencari sebuah nama pada kertas yang tertempel.
Dan gotcha! aku lulus! dengan urutan paling pertama yang artinya aku - tapi tunggu, kenapa ada satu nama lagi di samping namaku, yang artinya nilai orang tersebut sama dengan nilaiku.
Aku kembali tersentak saat lelaki tadi kembali menarik tanganku.
"Hhh maaf, kita harus keluar dari kerumunan itu. Karena jika tidak, kita akan terhimpit oleh anak-anak yang lain." Jelas lelaki yang menarik tanganku tadi.
"Ngg ya, tak apa. Terimakasih." Ucapku gugup.
Dia terkekeh pelan seakan menyadari kegugupanku. "Santai saja. Oya kenalkan aku Carl. Carlen Hoshi. Dan kau pasti Alysa kan?" Dia menjulurkan tangannya ke arahku.
Aku menganggukan kepalaku dan menerima juluran tangannya."Carlen Hoshi? Kau orang yang-"
"Ya aku orang yang mendapat peringkat sama denganmu." Ujarnya memotong omonganku.
"Ohh ternyata kau orang nya. Tapi, sepertinya aku belum pernah melihatmu." Ucapku sembari melepas jabatan tangan kami.
"Ya, bisa di bilang aku adalah anak baru. Aku baru pindah satu bulan yang lalu." Tutur nya dengan senyuman yang tak tinggal dari wajahnya.
"Benarkah?! Waaw! anak baru dan mendapat salah satu nilai tertinggi di sekolah?!"
Dia tersenyum, lagi. Sangat. Manis.
"Dan sepertinya kau adalah orang Asia." Berulang kali aku menatap nya dari ujung kaki hingga ujung kepalanya.
"Ya, kau benar. Aku keturunan Jepang." Ujarnya.
**********
Aku berjalan memasuki rumah dengan langkah yang sedikit gontai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sadness Isn't The End
Teen Fiction"Kesedihan bukanlah akhir dari sebuah kehidupan. Karena dibalik itu pasti akan ada kebahagiaan yang telah tuhan rangkai untuk umatnya."