Satu detik. Dua detik. Tiga detik.
Semuanya masih tetap gelap.
Sambil berusaha mengendalikan kepanikan yang melanda aku segera mengeluarkan ponsel dari saku.
Di mana letak aplikasi flash light yang sering menyala tanpa disengaja itu?
Aku mulai memanjatkan doa dalam hati untuk meminta maaf karena dengan seenaknya menggunakan lift staff mall demi menuju toko buku di lantai 6 mall tempat aku berada.
Tanganku yang bergetar karena tegang membuat ponsel dalam genggamanku terjatuh tergelincir dan tergeletak begitu saja di sisi sepatu hitam cowok terbungkus di hadapanku.
Satu lagi yang hampir kulupakan. Aku tidak sendirian di dalam lift ini. Seorang cowok terbungkus naik ke lift yang kutumpangi saat aku melintasi lantai satu tadi.
Kusebut terbungkus karena dari atas hingga bawah seluruh tubuhnya tertutup sempurna.
Sebuah jaket hitam, celana hitam dan sepatu yang juga hitam mengkilat. Bahkan pada bagian wajah, masker, topi, dan kacamata yang dikenakannya tidak menyisakan sejengkal kulit pun yang terlihat.
Jika dipikir-pikir, cowok ini sama sekali tidak terlihat seperti staff hotel ini.
Ini bukan pertanda baik.
Seharusnya aku langsung pulang bersama Lika dan Juli setelah kegiatan mengobrol tidak jelas di café tadi. Bukannya menolak ajakan pulang mereka hanya karena tidak mau mendengar ceramah lebih lanjut mengenai mencari pasangan untuk prom night SMA Garuda empat bulan mendatang. Ini semua memang terjadi karena pembahasan bodoh itu.
Lagi pula memangnya dunia akan kiamat kalau sampai aku datang ke prom night sendirian?Layar kecil di atas tombol lift menunjukkan angka 3 dan tetap seperti itu. Lift ini tidak bergerak sejak tadi. Kemudian bunyi kresek-kresek terdengar pada speaker kecil yang berada tidak jauh dari tombol-tombol lift.
"Selamat sore. Lift sedang mengalami kerusakan karena peralihan listrik dari PLN dan genset tidak berlangsung lancar. Kami sudah memanggil teknisi. Mohon kesabarannya untuk menunggu. Terima kasih."
Setidaknya seseorang telah menyadari keberadaan kami di sini. Cowok di hadapanku mengambil posisi untuk duduk di salah satu pojok lift.
Entah disengaja atau tidak, ponselku yang sebelumnya berada di sisi sepatunya terhempas ke arahku saat ia mulai bergerak.
Kuharap ia tidak benar-benar sengaja melakukannya. Maksudku, untuk apa ia menendang ponselku?
Sebaiknya aku menghubungi Lika dan Juli mengabari mereka tentang apa yang sedang kualami. Aku menemukan nama group line yang anggotanya adalah Aku, Juli, dan Lika.
Ada notifikasi pesan masuk. Pertama dari Lika sementara Juli menimpali di bawahnya.
Lika : Suerrr!!! Gue baru tahu kalau hari ini ada meet and greet Ken Adrian di mall tempat kita tadi! Tahu gitu gue gak pulang.... :( lu masih di sana nggak, Na?
Juli : Seriuss lo? Apa kita balik aja ke sana? Masih keburu nggak?
Lika : Seriusssss.... Ana mana nih?
Juli : Tadi pas jalan balik macet banget.
Lika : Iya. Kata nyokap ada isu bom di mall jadi pada panik makannya jalanan ada yang ditutup dan macet di mana-mana.
Juli : cuma isu, kan?
Lika : Kalau di berita polisi masih di mana-mana.
Juli : Mauuu liat Kent banget gue!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinder-Ana On Duty! [SUDAH TERBIT]
Teen FictionSiapa sih yang tidak pernah mendengar cerita tentang Cinderella? Sayangnya ini bukan cerita Cinderella tapi cerita soal kehidupan Ana. Ana tidak tinggal bersama ibu tiri tapi dengan Tante Rosa yang baik hati. Ana tidak dibully oleh dua saudara...