• || Part 11 || •

253 24 0
                                    

.
.
.

Ayah markirin mobilnya disamping  van putih yang sepertinya nggak asing dimata gue. Trus gue turun dari mobil dan berjalan ngikutin ayah.

Tempat ini ... "Circuit race kan yah?"

Ayah manggut-manggut sambil senyum dan nelpon seseorang. Gue terus ngikutin ayah sampe masuk ke dalam gedungnya.

Oh my God ... rame banget disini. Semuanya pada sibuk kesana-kemari dan ... mata gue ngeliat seseorang. Rambutnya pirang kriwil-kriwil gitu, dan dari sini senyumnya lebar banget. Badan renjangnya dibalut baju balapan warna biru yang dibawahnya ada pelindung kaki warna kuning.

Dia nyamperin gue dan ayah -lebih tepatnya ayah, trus pelukan dan salaman.

"Alejandro! Wah ... lama gak ketemu ya. Sudah berapa tahun kira-kira?" katanya ramah, penuh senyuman dan mata yang berbinar.

"Ah, baru juga setahun." kata ayah.

"Gimana? Baru selesai latihannya?"

Dia ngangguk dan nunjukin wajah capeknya, "Harus maksimal di pertandingan. 4 hari lagi."

"Harus itu. Tetap semangat!" kata ayah sambil nepuk-nepuk pundaknya.

"Gimana helm-nya? Sudah beres?"

"Beres boss ..." ayah langsung hormat, "Tadi udah nyuruh Migno bawain ke dalem."

Dia manggut-manggut seneng.

"Oh ya, ini nih. Ada yang mau ketemu sama kamu! Pengen banget bertahun-tahun .."

He-eh?! Jantung gue langsung berpacu seperti kaki-kaki kuda yang sedang berlari. Gue ngelirik ayah bingung, sedangkan dia miringin badannya ngeliat gue dan langsung melongo.

"Siapa nih? Bella yak? Waah ... gede banget sekarang, wkwk. Gak nyangka .." katanya sambil geleng-geleng. Trus dia lebarin kedua tangannya kayak mau meluk gue gitu.

"Ayo, peluk!"

Eih?!

Gue melongo bingung, sedangkan ayah cuma ketawa geli.

"Peluk dong idolamu itu! Udah ketemu juga, pake melongo segala. Bukan mimpi nih ..."

Tapi gue terus aja melongo natap dia nggak percaya. Gue dihadapannya sekarang, omg! Dan dia nyuruh gue buat peluk dia! Huaa ... Valentino Rossi! :v

"Kayaknya udah lupa nih si eneng, wkwk." ayah mengelus-elus kepala gue.

"Eiih ..." Rossi berkacak pinggang, "Dulu itu ya, kamu selalu minta pelukan sama aku setiap sebelum atau sesudah balapan."

Gue makin melongo dengerinnya. Gue nengok ayah, eh ayah cuma senyam-senyum sambil ngangguk ngiyain.

"Jadi dari kecil aku udah pernah ketemu sama dia, yah??"

Setelah ngeliat ayah nganggukin kepala, wuaa ... langsung gue peluk Rossi seerat-eratnya. Gila, nggak nyangka!

"Hahaha ... lupa nih ceritanya." kata Rossi terus meluk gue dan kepala gue pun dielus-elus.

AmnesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang