.
.
.
"Lucy!"
"Apa yang udah lo lakuin ke Lucy??"
"Luc, jawab gue! Luca!"
"LUCA! LO APAIN ADEK GUE??? JAWAB LUCA!"
Suara itu kembali terngiang-ngiang di telinga Luca. Memenuhi otaknya dengan sesuatu, yang belum sempurna.
"Nggak becus lo! Gue nyesel pernah percayain dia ke lo. Sia-sia aja kan, sekarang? Dia udah pergi!"
Luca tetap diam. Berusaha mencerna dan mengingat apa yang pernah terjadi, di masa lalu.
Lalu, wajah itu muncul.
Benar-benar orang yang sama.
Dengan tatapan yang tetap sama seperti terakhir kalinya.
Dan ...
Perempuan itu ...
"INI SEMUA GARA-GARA LO LUCA MARINI!!!"
➖➖➖
Tok! Tok! Tok!
Sudah hampir setengah jam gue ngetok pintu rumahnya Luca, tapi nggak ada jawaban. Padahal didalem kedengeran ribut kok dari sini. Tapi nggak ada yang menyadari kedatangan gue, alias nggak denger ketukan pintu? Bel rumahnya ini dimana ya letaknya, btw!?
PRAANG!
Wett, suara apaan tuh dari dalem? Ngagetin aja, sumpah. Ada apaan ya?
Gue pun mencoba untuk ngintip lewat jendela, tapi nggak kelihatan apa-apa. Aduh, perasaan gue jadi nggak enak. Ada apa nih ya? Apa ada Luca didalem? Gue coba ketok lagi aja deh.
Krieek ...
Tiba-tiba pintu terbuka keras. Luca berdiri dihadapan gue. Rambutnya acak-acakan. Matanya kelihatan sembab. Hidung dan wajahnya merah. Bruk! Dan dia langsung meluk gue, bikin gue jantungan –yang bener-bener jantungan.
"Luc, kamu kenapa?" tanya gue dengan suara yang mulai gemetar. Rasanya bulu kuduk gue berdiri semua.
Luca terus meluk gue, malah tambah dieratkan. Bisa gua rasain dadanya naik turun entah karena apa. Tapi saat ini, dia kelihatan takut dan gelisah akan sesuatu. Terdengar isakan yang keluar dari mulutnya. Seperti akan mengatakan sesuatu tapi nggak bisa dikeluarin. Gue jadi deg-degan dengan situasi ini.
"Luc ... ?"
"Nggak ... nggak ... bu-bukan ... bukan gue, Bel!"
Hah? Apa yang dibicarakannya?
"Bukan gue ... gue bukan penyebab semua itu terjadi, bukan ..." katanya dengan suara yang gemetaran. Luca pun melepas pelukannya sambil menatap mata gue dengan lekat. Gue jadi bener-bener merinding takut, terlebih karena kedua lengan gue di pegang erat sama Luca.
Di matanya ...
Ada sarat kesedihan, gelisah, dan merasa bersalah.
Dan gue nggak tau itu karena apa!
"Luc ... te-tenang dulu ya ... tenang Luc ... gue ngg, gu-gue samasekali nggak ngerti ..."
Luca langsung menggelengkan kepalanya. Terus menatap gue lekat. "Lo tau, kan? Lo tau. Please, bilang ke gue kalo lo tau ... bukan gue penyebab semua itu terjadi ... Bella, please!" perlahan-lahan tubuh gue digoncang-goncang dengan kedua tangannya yang menahan lengan gue. Masalahnya gue nggak tau apa yang keluar dari mulut Luca, dan gue makin merinding sekarang.
"Bella ..."
Mata gue terasa panas. Gue mau nangis.
Gue nggak bisa liat Luca kayak gini. Mungkin dia mengingat sesuatu di masa lalu. Dan masih belum percaya dengan kebenarannya.
Tapi, apa?
Gue bahkan nggak tau.
"Luc ..." gue menarik napas dalam-dalam, dan itu masih bergetar karena air mata gue mulai jatuh.
Begitu juga Luca.
Ia menunduk. Terisak. Lalu perlahan-lahan ambruk ke kaki gue. Berjongkok dengan coolnya sambil terisak, dan tetap memegang kedua pergelangan tanganku. Kepalanya pun menggeleng-geleng. Terus seperti itu.
"Bukan gue ..." bisiknya dalam isakan. Air matanya jatuh membasahi lantai.
Spontan gue ikut ambruk untuk memeluknya. Dan kami menangis diambang pintu. Gue terus mengelus punggungnya dengan pelan, sementara ia mengeluarkan semuanya disela isakan tangisnya.
"Bukan gue, Bel ... gue nggak pernah—" ia melepas pelukannya dan menatap gue sendu. "Bukan gue ..."
Air mata gue terus mengalir. Sambil menghapus sisa air mata yang membasahi pipinya dan menyisir rambutnya yang basah dengan jemari, gue bilang, "Lo kenapa, Luc? Cerita ke gue ... ya? Gue nggak bisa liat lo kayak gini ... bukan lo yang apa? Kenapa?"
Luca terdiam. Tangannya menggenggam tangan gue yang mengelus pipinya. Lalu, ia menunduk dan kembali terisak dalam diam.
"Luca ... lo kenapa?"
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Njirr ...
Gua nulis part ini baper bangeeddhh ... mpe nangis gilaaak parrrrahhh
Sambil dengerin lagu Skyscraper-nya DemLov sama When You Look At Me, jadi merindiiingg ...
Huwwaaaa
Btw jejaknya tinggalin jan lupa eee ...
Danke ^ ^
KAMU SEDANG MEMBACA
Amnesia
Teen FictionGue jatuh cinta sama Luca, adik tiri pria yang gue idolakan. Dia ngajarin gue banyak hal yang gak pernah gue pelajari sebelumnya. Dan disaat akan menjalin hubungan serius dengannya, ada beberapa hal yang meresahkan gue. Peraturan, Rossi, Silvia, dan...