• || Part 19 ||•

394 19 9
                                    

.
.
.

Hari ini, Luca udah boleh pulang dan istirahat di rumah. Untuk beberapa hari, dokter menyarankannya supaya nggak langsung naik motor dan latihan untuk race. 

Dan gue nggak tau kenapa atau apa yang terjadi sama gue hari ini, tapi gue bener-bener bersemangat untuk jenguk Luca, berada disampingnya, dan berusaha sebisa mungkin bantuin dia inget lagi.

Gue jelas nggak mau Luca ngelupain gue dan semua yang pernah terjadi diantara kita berdua.

Akhir-akhir ini, setelah kecelakaan itu, feeling gue aneh mulu.

But, just forget it, okay? Fokus aja bantuin Luca inget lagi, Bel ..

"Aku pernah liat foto ini deh." kata gue sambil ngeliat foto Luca diatas podium. "Unyu bangeeet ... ini umur berapa, ma? 14 tahunan ya?"

Mama Stefania mengangguk penuh senyuman. "Waktu itu, seharian penuh kamu ceria banget tau nak .." kata mama sambil mengelus-elus lengan Luca yang mandangin foto itu.

"Juara 1 ya ..." gumamnya.

"Mama yakin itu adalah hari terbahagia kamu. Teruus aja cengar-cengir, ketawa cekikikan, jailin orang, nggak ada hentinya. Sampe waktu diperjalanan pulang ke rumah, kamu ketiduran dan besoknya kembali seperti semula deh. Hihii .." cerita mama Stefania.

Luca ikut tersenyum mendengarnya. Semoga aja ada secuil ingatannya muncul karena mendengar cerita mamanya akan hari bahagia itu.

"Aku kayak kenal sama orang yang ada di foto ini," katanya dengan kening yang sedikit berkerut.

"Tapi, aku bener-bener nggak inget, ma." lanjutnya, menatap mama Stefania dengan layu. "It feels like im having a big hole in my memories."

Duh, njleb banget omongannya Luca. Hati gue langsung mencelos, ikutan sedih. Mata mama Stefania juga berkaca-kaca, dan ia pun langsung memeluk anaknya.

It must be so hard for him,

For everybody.

...

➖➖➖

Sore ini, teman-teman di akademi serempak ngebantuin Luca latihan, sampai tim Forward Racing pun dateng juga.

Luca memang harus ngelanjutin balapannya, karena sia-sia aja dia naik ke podium berkali-kali dan berada di klasemen kalo nggak ngelanjutin balapan setelah kecelakaan itu.

Sebenarnya mama Stefania -sebagai seorang ibu- khawatir banget sama kondisi Luca, yang bahkan belum kembali ingatannya. Tapi mau gimana lagi? Dari kecil passion Luca sudah ada dibalap motor, dan menjadi lebih hebat dari Rossi adalah impiannya.

Entah kenapa setelah kecelakaan itu terjadi dan membuat ingatan Luca hilang, dia bener-bener lupa atau nggak ingat gimana caranya naik motor untuk balapan. Dan hal itu membuat latihan jadi lebih lama dan sulit buat Luca sendiri. Dia keliatan berjuang keras di setiap menitnya.

"Kok bisa gitu ya?!" tanya Bulega sama dirinya sendiri, sambil berkacak pinggang ngeliatin Luca naik motor dilintasan.

"Kata dokter, retrogade amnesia itu lupa akan ingatan-ingatan sebelum kecelakaan." kata Rossi.

"Luca bener-bener lupa sama semua ingatannya sebelum kecelakaan, dan inget hal-hal setelah dia siuman dan ketemu sama kita." tutur gue. Sedih. Itu artinya dia ngelupain semua kenangan kita. Gue sama Luca. Dia bener-bener lupa.

Hikss ...

Tiba-tiba Luca jatuh saat berbelok. Untungnya pelan. Sontak semuanya langsung berlari nyamperin.

AmnesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang