Dara's POV
"Aelah maaf dong kak, aku nggak sengaja sumpah" aku membuntuti kakakku dengan menarik narik bajunya, dia marah karena aku telah membuat mobil kesayangannya lecet.
Sial banget kan ya pagi pagi udah dimarahin dua orang, dan keduanya sangat menakutkan. Aku terus menarik baju kakakku berharap dia mau memaafkanku.
Ketika aku sedang sibuk merayu kakakku, tiba tiba orang yang ada di ujung sana memanggil kakakku,dia berjalan menuju arah kami, dan ternyata itu Agra, seketika aku melepaskan tanganku dari baju kak Eza dan berdiri layaknya adik kelas yang bertemu senior yang sangat kejam.
"Lo di cariin bu Ika,Za" ucapnya pada kakakku lalu menatapku tidak suka dan pergi begitu saja, kakakku menoleh padaku dengan senyum jahilnya "Gue dipanggil bu Ika,lo jangan ngikutin gue atau lo bakalan dapet masalah" ucapnya dengan mengacak rambutku lalu pergi, dan aku ditinggalkan lagi untuk kesekian kalinya.
Aku,Kirana dan Ane teman baruku, memasuki kelas dengan malas, jam pertama diawali oleh pelajaran fisika lalu dilanjutkan kimia dan yang terakhir matematika, dan guru dari ketiga pelajaran itu terkenal sangat menakutkan.
Kring kring kring terdengar bel sudah menampakan batang hidungnya "AKHIRNYAA" tanpa kusadari aku berkata sangat keras dengan meregangkan semua anggota tubuhku
"Adara!" terlihar lelaki paruh paya diujung sana meneriakan namaku dengan tatapan kejam yang membuatku merinding "Ya ada apa pak?" jawabku santai,seperti tidak menghiraukan jawabanku beliau berdiri dari mejanya dan mengucapkan kata kata terakhir Eh.
Maksudnya untuk mengakhiri jam pelajaran pada hari ini "Semua boleh keluar sekarang, kecuali Adara" aku terkejut karena namaku telah dipanggil untuk kedua kalinya oleh beliau, "Pak,pulang itu hak saya juga lo"protesku asal asalan.
"Sini kamu" dia tidak menghiraukanku lagi dan malah menyuruhku maju ke mejanya, aku pun menurut "Kamu Adara Afsheen Ulani kan?" tanyanya dan aku mengangguk "sebenarnya apa tujuan kamu sekolah?" pertanyaan kedua ini membuatku bingung.
"Ya belajar lah pak, untuk menuntut ilmu dan mendapatkan prestasi" ya kuakui jawabanku tadi sangatlah cerdas "lalu apa yang kamu lakukan selama pelajaran saya tadi? Saya perhatikan dari tadi kamu memainkan ponselmu dan memasang earphone , saya juga mendapat laporan yang sama dari guru mata pelajaran sebelumnya"mendengar keluhan guruku satu ini aku tersenyum malu
"Bapak ingin saya menjawab jujur atau bohong?" tanyaku,dan hanya mendapat tatapan darinya "Baiklah sebagai murid yang baik saya akan jujur pak, bahwa pelajaran hari ini sangatlah membosankan" jawabku seadanya
"Kamu ini benar benar ya!" dia menarik nafas,mungkin untuk meredam emosinya "sebagai hukumannya kamu harus ikut dan membantu ekskul jurnalistik" lanjutanya lagi
"Yah, pak tapi saya sama sekali nggak minat" jawabku "Ini hukuman sebagai perintah bukan permintaan!" dia menjawab seperti sudah kehilangan kesabarannya.
Sebenarnya didalam lubuk hati kecilku aku tertawa terbahak bahak melihat wajah Pak Sanusi ini, dan mau tidak mau aku pun harus melaksanakan hukumannya. "Yasudah,kamu boleh pulang" aku pergi sambil tersenyum dan menunduk.
Aku menuju ke parkiran,dan disana terlihat Kak Eza dan Kak Fira yang sedang memainkan ponsel, "Hai kakakku tersayang" aku menghampiri mereka, tapi tidak ada respon dari mereka berdua,kuputuskan langsung masuk mobil.
Kak Eza yang menyadari bahwa aku sudah masuk mobil pun langsung membuka pintu yang diikuti kak Fira "Ngluyur masuk aja lo"ucap kak Eza "Lama banget sih lo, ngapain aja?" tambah Kak Fira "Dipanggil pak Sanusi, kayaknya sifat asliku udah keluar deh" jawabku sambil mengambil ponselku di tas
"Lo dapet hukuman?" timpal kak Eza "iyalah,suruh ikut ekskul yang dia bina" jawabku lagi "Apes banget gue punya adek kayak lo" kak Fira menjitak kepalaku.
"Mau kemana kak?" aku bertanya karena menyadari jalan yang kita lewati bukan jalan pulang kerumah "Mau ngerjain tugas dirumah temen" kita sudah sampai di sebuah perumahan mewah kak Eza turun dari mobil dan kak Fira yang mengambil alih posisi supir.
Aku melihat kearah pintu rumah itu penasaran siapa teman Kak Eza dan pemilik rumah itu ternyata Agra. Jadi ini rumah baru Agra aku tersenyum melihat sosok diambang pintu itu.
Aku dan kak Fira sudah sampai dirumah dan aku pun langsung naik ke kamarku dan mandi. Aku keluar kamar mandi dan mendengar ponselku berdering Agra? Langsung ku angkat
"halo" ya ini memang sudah biasa sekarang ini,Agra selalu menelponku duluan. Yang nanti akan dilanjutkan dengan Line.
Aku menatap langit langit kamarku,mengingat masa kecil kita, dan memikirkan keadaan yang sekarang, dimana ada dua Agra yang berbeda dihadapanku, yaitu sebagai Agra yang mengenalku sebagai teman masa kecilnya dan Agra yang mengenalku sebagai pembawa masalah dan kesialan di hidupnya. Dan aku memejamkan mataku berharap besok keadaan akan membuat Agra mengenaliku sebagai teman masa kecilnya.
Don't forget vote and comment! :)
KAMU SEDANG MEMBACA
He's My Little Boy
Teen FictionDara adalah gadis yang selalu menunggu teman masa kecilnya, yang dulu pergi entah kemana. Dan pada suatu hari dia dapat menemukan temannya itu, meskipun begitu mereka dihadapkan oleh situasi yang rumit yang membuat Dara belum bisa mengungkapakan ide...