13

29 8 1
                                    




Aku berniat menghampirinya namun tiba tiba ada seekor ular yang menggigit pergelangan kakiku "Aww" aku berteriak yang mungkin sangat keras, aku jatuh dengan mencengkeram kakiku lalu aku melihat dia membalut lukaku dengan syal yang digunakannya.

"Kak lo nggak papa kan? Kaki lo udah gue iket biar bisanya nggak nyebar" ucapnya khawatir dan berusaha memopohku, aku menatapnya heran bagaimana bisa dia menolongku padahal aku akui aku sangat kasar kepadanya "Kenapa kak?" dia mengentikan langkahnya dan menatapku "kok lo mau nolongin gue?" ucapku to the point "lo pikir gue bakalan diem aja ngebiarin lo di patok ular terus mati?" jawabnya dan melanjutkan langkahnya yang masih memopohku hingga ke tenda.

Afi yang melihat kami langsung menghampiri "Agra? Dia kenapa Ra?" terlihat raut khawatir di wajahnya "Di patok ular kak, udah gue balut kain biar gak nyebar bisanya, mendingan buruan diobatin trus dikeluarin darahnya biar bisanya juga ikut keluar" Cewek pembawa sial itu berbicara panjang lebar pada Afi dan memindahkan rangkulanku kepada Afi "gue balik ke tenda dulu ya kak" pamitnya setelah itu pergi.

Afi membawaku ke tenda kesehatan dan anak anak seksi kesehatan segera mengobatiku, setelah selesai aku menuju ke tenda cewek pembawa sial itu, tapi dia sudah terlelap di dalam tendanya.

"Gra,bangun yuk buruan keluar, kita mau sarapan nih" ucap seseorang samar samar di telingaku,aku membuka mataku dan meregangkan seluruh anggota badanku.

Aku keluar dari tenda ternyata sudah pagi dan udaranya sangat sejuk, aku berjalan menuju stand tempat teh hangat dengan pincang. "Do, gue mau satu dong" ucapku pada Edo yang sedang berjaga di stand itu, kubiarkan mataku menyapu semua sisi tempat ini, dan telah kutemukan sosok yang sedang kucari, dia sedang duduk sendiri diatas bongkahan kayu dan seperti kedinginan .

"Satu lagi Do" ucapku pada Edo lagi. Aku menghampirinya dan langsung duduk disebelahnya sekalian member istirahat pada kakiku yang pincang ini karena kugunakan untuk mengelilingi perkemahan ini "nih buat lo" ucapku demgam menyodorkan gelas berisi teh hangat didepannya.

"Eh, i...iya kak?makasih" dia menoleh padaku dengan wajah terkejut dan heran "Ngapain lo liatin gue kayak liat hantu?" ucapku asal ngomong "Ng.. aneh aja gitu,biasanya kan lo kejam banget sama gue?" aku hanya melirik sinis mendengar ucapannya tadi "Eh,ngomong ngomong makasih ya, lo kemarin mau nolongin gue" ucapku sedikit gengsi "Noprob,gimana luka lo udah mendingan?" aku mengangguk dengan tersenyum padanya.

"gue tau lo jahat banget sama gue, tapi gue bukan orang pendedam yang kayak lo pikir" ucapnya tiba tiba, aku hanya menatapnya dengan maksud. Kok-lo-tau-pikiran-gue?. Yang dibalasnya dengan seyuman tipis "kemarin di hutan, gue liat lo nangis sama bawa bawa lilin,lo lagi ngapain?" tanyaku penasaran dengan kegiatan cewek ini,tadi malam. "Ngepet ya lo?" ucapku lagi karena pertanyaanku tak kunjung dijawab, "Enak aja, lo kata gue cewek apaan" dia memukul bahuku berkali kali,tapi ketika dia berhenti memukulku,wajahnya berubah serius.

"Kak,gue boleh ya cerita ke lo"ucapnya pelantapi masih bisa ku dengar,aku mengangguk "Gue,lagi kangen sama sahabat gue, kita udah lama nggak ketemu, tapi sekalinya ketemu dia kayak benci gitu sama gue,dan yang kemarin itu rutinitas kita,gue sedih bukan karena dia benci gue,tapi karena dia nggak bisa ngenalin gue, dan He's my first love until now" aku mengusap air mata yang jatuh ke pipinya "Dia cowok?" tanyaku, dia mengangguk pelan.

"kak,lo mau nggak temenan sama gue?" aku menggeleng,dan terlihat kekecewaan diwajahnya "gue maunya sahabatan sama lo" ucapku yang langsung memeluknya.

Dara POV

Aku sudah menceritakan semua kepada Agra, tapi kurasa dia masih belum sadar bahwa dia yang kumaksud, tapi setidaknya ini lebih baik daripada aku tidak member kode padanya,dan sekarang aku dan agra menjadi sahabat.

Sebenarnya dari dulu,tapi itu adalah anggapanku bukan pemahaman dari Agra. "Dara, sekarang gantian gue yang cerita" ucapnya tiba tiba,aku mengangguk.

"mungkin cerita kita hampir sama, gue juga punya sahabat sekaligus first love gue, awalnya gue pikir ini Cuma cinta monyet tapi lama lama,gue sadar kalo gue beneran sayang dan butuh dia meskipun kita gak pernah ketemu, akhir akhir ini gue sering jalan sama dia,emang udah lama banget kita nggak ketemu,dan sekarang dia lebih cantik, dan satu hal lagi,rasa sayang gue sama dia nggak berkurang sedikit pun, rencananya besok sepulang dari acara ini gue mau ungkapin perasaan gue" dia bercerita dengan senyum bahagianya.

"Maksud lo mau lo tembak?" dia mengangguk "lo tau kan siapa yang gue maksud?" aku menggeleng "Dara" ucapnya sedikit berbisik, aku membulatkan mataku anatara bingung dan tak percaya "Da..Dara?"ucapku sedikit gugup,lalu dia mengacak rambutku dengan tangan besarnya dengan tertawa "Iya, adeknya Eza, ya masa Dara lo sih" ucapnya diiringi tawa,aku hanya tersenyum samar padanya.

"Kak, lo serius?" karena tak percaya kuberanikan untuk memastikan lagi, dia mengangguk "Lo bilang lo akhir akhir ini sering jalan sama dia? Kapan? Kok gue nggak tau?" tanyaku seperti mengintrogasi, Agra menoleh kearahku dengan tawanya lagi "Sering,emangnya lo harus tau ya kalo dia lagi jalan sama gue?"jawabnya santai "Eh.., ya enggak kan biasanya dia cerita gitu,gue terakhir liat kalian jalan ya waktu hari mingu" aku menjawab pertanyaan dengan sedikit gugup dan canggung.

Sejak kapan mereka jalan tanpa sepengetahuan gue?, dan Vona nggak cerita ke gue kalo mereka jalan, trus kenapa Agra nggak sms gue dulu waktu mau ngajak jalan,trus gimana caranya mereka bisa ketemu kaloAgra bahkan nggak sms gue?,sial ini kenapa sih rumit banget. Aku mengacak rambutku frustasi dengan apa yang sedang aku fikirkan.

"lo kenapa deh?" Tanya suara bass yang ada disampingku, aku hanpir saja lupa bahwa Agra masih ada disampingku saat ini, aku hanya menunjukan cengiranku yang badai padanya.

Acara perkemahan ini ditutup oleh pidato pendek dari Pak Sanusi, dan beliau sempat membahas tentang kompetisi fotografi dan jurnalistik yang telah diinformasikan sebelum perkemahan ini, meskipun aku tidak berminat pada ekskul ini tetapi aku sangan mencintai jurnalistik dan fotografi dan aku berharap lebih untuk bisa mewakili sekolah, hanya saja ada masa lalu yang kelam dengan ekskul jurnalistik bagiku. Karena ketika SMP ekstakurikuler tersebut membuat aku dikeluarkan dari sekolah.

"Dara,Agra, ikut saya sebentar" ucap pak Sanusi setelah menyelesaikan acara penutupan, aku mengangguk yang diikuti Agra, lami berada di samping pohon besar, dan hanya kita bertiga, "Kalian berdua terpilih untuk mewakili sekolah dalam kompetisi tersebut" ucap pak sanusi kepadaku dan Agra "Tapi kenapa bapak milih saya?" ucapku tak percaya.

"Dara, kamu pikir bapak menyuruh kamu bergabung dalam ekskul ini asal asalan? Saya sudah melihat prestasi kamu di SMP dan saya lihat sertifikat kamu kebanyakan untuk bidang ini, dan juga saya lihat dengan adanya kamu, ekskul ini terlihat lebih baik" ucapnya panjang lebar, dan membuatku sedikit malu "Cielah, yang blushing dipuji pak Sanusi" ucap Agra lirih dan spontan aku memukul bahunya, pak Sanusi yang heran hanya menggelengkan kepala dan pergi.

Aku kembali ke kamarku yang nyaman ini,setelah beberapa hari hanya tidur dialas tipis di tengah hutan, setelah berganti pakaian kurebahkan tubuhku diatas kasur nyaman itu, dan lama kelamaan aku tertidur.

Di tengah tengah tidurku aku merasakan ruang untukku bergerak semakin berkurang,dengan mengantuk kuputuskan untuk membuka mataku, dan ternyata kedua kaka kembarku tertidur di sampingku dengan memelukku, atau bisa dibilang lebih ke menjadikan aku guling mereka "Woii,bangun kak sempit nih!!" teriakku dengan berusaha melepaskan pelukan mereka "Ihh,kak fira nih nggak sadar apa kalo badan lo tuh gendut" ucapku dengan tetap berusaha melepaskan pelukan mereka,tiba tiba bahuku dicubit oleh kak Fira "Lo bilang gue gendut, adek nggak tau diri lo, udah untung gue masih mau sayang sama lo, dipelukin biar hati lo adem ayem, malah ngatain" ucap kak Fira emosi yang sudah berada di posisi duduk dan melepaskan pelukannya.

"Hsst,berisik banget sih kalian ada orang tidur juga" ucap kak eza yang makin mempererat pelukannya, aku mendorong tubuhnya hingga ia jatuh ke lantai "sumpa lo ya, sadis banget jadi orang, Setuju gue sama Fira, males gue ama lo dek" ucapnya padaku dengan mengelus sikutnya "yuk Fir,gausah ditemenin, biarain tuh sendirian" kata kak Eza sinis yang langsung menarik kak Fira yang diikuti tatapan sinis kak Fira padaku.


jangan lupa tinggalin jejak kalian, dengan vote dan comment

He's My Little BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang