16

37 3 2
                                    

Author POV

Hari ini Dara datang ke sekolah bersama Agra, sesuai janji Agra kemarin, dan sekarang mereka sedang berada di kantin sekolah, ini adalah jam istirahat pertama dan mereka sedang menunggu Afi yang menyuruh mereka duluan karena dia harus ke perpustakaan.

Dara telah membelikan makanan yang Afi pesan tadi dia juga membelikan makanan untuk Agra dan dirinya.

"Sorry ya lama" ucap Afi bersamaan dengan Dara yang meletakan minuman dimeja. "Jadi tadi kalian berangkat bareng?"Tanya Afi disela makannya, dan dua orang didepannya mengangguk bersamaan.

"Tau deh yang lagi PDKT?"Goda Afi seraya mencolek kedua temannya.

"Apaansih, gue udah punya cewek juga, lagian tujuan gue tu buat ketemu Dara cewek gue, maka dari itu gue jemput Dara" ucap Agra datar.

Deg!

Jadi itu alasan lo, gue kira lo beneran mau jemput gue. Gumam Dara menghembuskan nafas kasar

"Busett, mendingan lo gantiin salah satu nama Dara itu deh, gue bingung dengernya" protes Afi.

Dan Agra seperti langsung berfikir mendengar kata kata Afi tadi. "GUE TAU!" ucap Agra yang sepertinya tidak sadar sedang berteriak yang membuat kedua wanita di dekatnya terkejut.

"Lo gue panggil Apsen aja ya, nama lo kan Adara Afsheen ulani, dan kalo gue panggil lo Dara ntar mirip sama pacar gue dan pada akhirnya semua jadi bingung, dan nama lo yang selanjutnya adalah Afsheen dan lo tau kalo Afsheen tuh rada susah, dan pada akhirnya gue panggil lo Apsen, biar agak bandung bandung gitu lo" Jelas Agra panjang lebar.

"Kebanyakan 'dan' lo" sahut Dara meledek, dan Afi yang mengacungkan ibu jarinya yang berarti setuju dengan panggilan itu, dara menghela nafasnya.

"Sen, lo itu tinggal dirumah Eza? Kok setiap kita jemput dan anter lo ujung ujungnya pasti kerumah Eza" Tanya Afi kepada Dara yang memanggilnya dengan 'Sen' dengan nada penasaran, yang diikuti dengan Agra yang mengangguk mantap.

"Oke,jadi begini sahabat sahabatku tersayang, nyokap gue temen dari Tante Vera selaku nyokap dari kak Eza, dan karena orang tua gue nggak tingal dijakarta, gue dititipin ke Tante Vera yang udah gue anggep sebagai nyokap gue sendiri, mereka pun juga sama, gue manggil orang tua kak Eza juga Mama sama Papa kok" Jelas dara yang sudah jelas berbohong.

"Enak ya lo serumah sama pa—" "Gue boleh gabung kan?" ucap seseorang yang memotong perkataan Agra.

"Hai Dara" sapanya kepada Dara, "Lo?" Tanya dara karena lupa nama orang yang menyapanya barusan "Tara, gue Tara" ucapnya dengan sabar, "Yaya, gue inget lo yang gangguin gue dipinggir lapangan kan?" Tanya Dara lebih seperti mengintrogasi .

"Iya gue yang dipinggir lapangan, tapi gue nggak gangguin lo, gue cuman pengen kenalan kok" Jelas Tara,yang dibalas dengan tatapan dari Dara.

"Eh, lo nggak boleh sembarangan kenalan sama Apsen ya, siapapun yang mau deket maupun kenalan sama Apsen harus lapor ke gue dulu" Ujar Agra sedikit drama.

"Apaan dah, lo kira gue apa pake lapor lapor segala" sahut Dara jengkel sekaligus senang dengan sikap Agra.

"Lo siapanya Dara?"Tanya Tara sinis, "Dia calon pacarnya Apsen" sahut Afi cepat dengan senyum jahilnya sebelum Agra menjawab pertanyaan Tara yang dibalas anggukan mengerti dari Tara, dan Dara diam dengan posisi mata yang membulat sempurna.

"Karena lo masih calon, kita bersaing sehat aja" ucap Tara serius yang berhasil membuat bola mata ketiga orang itu membulat, "Gak jelas banget deh lo pada, gue cabut dulu, bete gue disini" ucap Dara dan perg begitu saja.

Dara berjalan melewati koridor yang tidak begitu ramai dan semua orang yang melihatnya tau bahwa ia sedang melamun.

"Woii!!" ucap Kirana dan Ane yang sekarang sudah berada di sebelah Dara dan yang berhasil membuatnya terkejut.

"Ngelamunin apa sih Ra?" Tanya Ane yang diikuti anggukan dari Kirana, "Nggak ada, eh lo berdua kemana sih tadi? Gue ditinggalin sendiri di kelas" Tanya Dara yang dibalas cengiran dari kedua sahabatnya.

"Kita ke kelas kak Fira, lagian lo kan ke kantin sama Kak Agra" Jawab Kirana. Lalu mereka masuk ke kelas dan duduk dibangku masing masing.

"Sstt Sen, Apsen" ucap seseorang dari luar, Dara yang mengenal suara yang memanggilnya celingukan mencari sosok itu,"Diluar Sen,jendela woii" ucapnya lagi yang sedikit mulai keras.

"Kenapa?" Tanya Dara tanpa ada suara sedikitpun "Ikut gue sama Afi cabut yuk, kita bosen dikelas nih" perkataan Agra tadi sukses membuat mata Dara membulat sempurna.

Dara menolak karena dikelasnya sedang berlangsung pelajaran Kimia "Ayolah sekali aja" ucapnya lagi yang masih membujuk Dara "Caranya?" Tanya Dara berbisik "Gue yang urus" ucap Agra lalu menghilang.

Tok tok tok

"Permisi, bu" ucap seseorang dari balik pintu.

"Iya, masuk aja nak" ucap bu Citra yang menghentikan kegiatan menulisnya, murid yang dipersilahkan masuk oleh bu Citra jalan dengan sopan menuju meja guru dan ternyata ia adalah Agra, dia terlihat sedang meminta izin kepada bu Citra yang sepertinya disetujui karena terlihat anggukan darinya.

"Adara Afsheen, dimohon untuk menemui Pak sanusi" ucap bu Citra, Dara yang tahu itu hanya akal akalan dari Agra hanya menurut karena sebenarnya dia juga bosan.

"Permisi, bu" ucapnya sopan dan keluar kelas mengikuti Agra.

Dara POV

Aku melihat Agra yang memasuki kelasku dengan sopan, aku sangat yakin dia sedang melakukan rencananya, dia sedang meminta izin kepada Bu Citra dengan sesekali melihat ke arahku.

"Adara Afsheen, dimohon untuk menemui Pak sanusi" Ucap Bu citra yang diikuti senyum kemenangan dari Agra yang berada di belakangnya, aku berdiri dengan perasaan takut dan bimbang antara mengikuti Agra atau tidak, karena aku tau ini semua pasti akal akalan Agra.

Benar saja ketika kami sudah keluar kelas, Agra tertawa sangat keras yang membuatku melototinya "Ati ati ntar copot matanya, gue jadi nggak bisa liat mata lo yang indah itu deh" ucapan Agra benar benar mengejutkanku, jantungku berdetak dua kali lebih cepat ditambah lagi sekarang dia sedang merangkulku.

"Yah, digituin doang langsung blushing, kalo gue cium gimana lo?" ucapannya benar membuatku salah tingkah, dan aku melepastangannya yang bergantung di pundakku lalu memukul bahunya "banyak omong lo" ucapku lalu pergi meninggalkannya.

Aku sangat senang karena meskipun dia tidak tahu bahwa aku Dara, lebih tepatnya Dara teman masa kecilnya aku masih bisa tetap dekat dengannya, sebenarnya ini yang kumau dia mengenalku bukan sebagai masa lalunya, tapi sebagai masa depannya.

Walaupun hanya sebatas sahabat. Aku tidak akan memaksanya untuk mengenaliku atau mencintaiku, aku hanya ingin melihatnya bahagia dengan caranya sendiri, denganorang orang yang dia sayangi pada posisi yang seharusnya. Tapi yang aku takutkan saat ini hanyalah, bagaimana ketika dia tahu bahwa aku Dara yang sesungguhnya, apakah semua kenyamananku akan hilang begitu saja? Apakah dia sangat membenciku? Apakah dia merasa dipermainkan, aku benar benar takut jika dia mengetahui ini sebelum pada waktu yang benar benra tepat.

tapi aku juga harus memisahkannya dengan Devona, karena dia tidak sebaik,selugu dan semanis kelihatannya, hatinya benar benar busuk, dan dia hanya mempermainkan perasaan Agra, dia tidak benar benar mencintai Agra.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He's My Little BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang