(9)

1.2K 58 4
                                    

Hari minggu yang sudah dibasahi air dimana-mana. Suara gemercik air yang jatuh membuat suasana pagi semakin segar. Rumput-rumput tampak lebih hidup, pohon-pohon berusaha menyerap air untuk kebutuhannya dalam membuat makanan, burung-burung yang biasanya berkicau nyaring berteduh untuk melindungi dirinya dari tetasan derasnya hujan.

Zira terbangun dan menyingkirkan selimut sambil menggosok-gosokkan lengannya yang membuat bulu kuduknya berdiri kedinginan. Ia berjalan sempoyongan dengan mata yang setengah terbuka ke kamar mandi. Selepas itu, gadis yang masih memakai piyama tersebut turun untuk sarapan pagi bersama yang lain.

"Ka Tara mana?" Tanya Zira saat sudah duduk di meja makan.

"Masih ngebo diatas" jawab Dira.

Zira berdecak.

"Ayah tadi malem liat Tara keluar. Ngapain?" Tanya ayah pada ke tiga anak perempuannya itu.

"Nggak tau yah. Mungkin jalan sama temennya. Malam mingguan kan" Dira berucap.

Zira mengikuti alur pembicaraan. Saat dirasa ia tahu tentang topik pembicaraan tersebut, ia langsung membuka suara.

"Ka Tara dinner sama pacarnya" ucap Zira datar sambil mengambil piring di tengah meja.

Ayah, Dira dan Yara langsung terkejut dan berkata "Hah?"

"Ka Tara udah punya pacar? Wah cepet banget baru aja pas mau pindah putus sama pacar SMA nya, sekarang udah punya lagi?" Ucap Dira tak percaya.

"Iya Ka. Tapi nggak ada salahnya juga ka Tara udah punya pacar. Kan dia cantik, pasti banyak yang suka" lanjut Yara.

"Dinner?" Ayah mengangkat kedua alisnya tak percaya. Baru kali ini Tara punya pacar dan tak memberi tahu ayahnya. Biasanya Tara akan mengenalkannya terlebih dahulu.

"Pagi semuaa. Duh cuacanya dingin banget" Tara datang sambil menggosok-gosokkan tangannya.

Mereka semua menoleh ke arah Tara yang baru saja duduk.

"Tara tadi malam kamu dinner?" Tanya ayah.

Tara sedikit terkejut atas pertanyaan tersebut. Ia pasti akan di introgasi habis-habisan setelah ini. Terlebih semua adiknya telah berkumpul dimeja makan. Tara masih belum menjawab pertanyaan ayahnya. Dia menunduk sebentar lalu menarik napas.

"I..iya yah" jawab Tara agak ragu.

Ayah mendengus pelan. "Tara, ayah tau kamu sudah besar. Kamu sudah merasakan apa itu cinta. Seumur Zira pun ayah sudah mulai tau cara mencintai seseorang" Zira menoleh ke arah ayah. "tapi ayah harap kamu tetap pikirkan pendidikan kuliah kamu dan jangan terperangkap ke masa pacaran kamu. Begitu juga dengan Zira, ayah juga tau kamu mulai merasakan cinta tapi ayah pengen kalian masih fokus ke pendidikan kalian" ucap ayah panjang lebar. Semenjak kepergian Ibu, Ayah lah yang selalu memberi nasihat dan petuah-petuah untuk ke empat putri-putrinya itu. Tidak hanya sebagai kepala keluarga juga sebagai pengendali rumah tangga.

"Ta..pi.. yah. Tara masih boleh pacaran kan? Tara janji Tara akan buat ayah seneng dengan keberhasilan Tara nanti. Pliss yahh" Tara memohon kepada orang tua satu-satunya itu.

Ayah menghempuskan nafas. "Oke. Kamu ayah perbolehkan pacaran dengan syarat tidak mengabaikan kuliah kamu. Ayah pengen liat kamu sukses nanti"

"Siap yah!" Ucap Tara senang.

Dan ketiga adiknya, Zira, Dira dan Yara menjadi saksi atas janji ucapan Tara kepada ayahnya.

===

Langit masih tak henti-hentinya menurunkan air yang dikandungnya. Seolah-olah menumpahkan segala tangisananya ke muka bumi. Selokan-selokan sudah hampir penuh dengan air hujan yang mengalirpun ikut menumpahkan air hingga ke jalanan.

The Power Of Girls [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang