(13)

1.1K 44 0
                                    

Matahari telah naik ke puncaknya.  Semakin siang restoran itu semakin banyak pengunjung. Kini meja-meja dan kursi-kursi yang sebelumnya kosong tidak ada lagi yang tersisa untuk ditempati. Orang-orang semakin banyak berdatangan. Semakin sesak. Tetapi Kevin tidak merasa gerah, kaki dan tangannya malah mendingin dari biasanya. Apa karna ia takut akan ketahuan Bella ditempat ini?

Sial kenapa juga harus ada dia disini! Celetuk Kevin dalam hati. Ah gue baru ingat, kan gue yang pernah ngajak dia makan disini dan dia bilang makanannya enak. Pantes aja dia sering ngajak gue ke sini terus!

"Vin. Kenapa? Makanannya di habisin dong jangan diliatin gitu terus" Tara menyedot jus nya sambil menatap Kevin.

"Ahm, iya" Kevin bergumam.

===

Zira terbangun, menyibak selimut yang menutupi sebagian badannya dan duduk di pinggir ranjang UKS sambil memijat pelipis lalu mengedip-ngedipkan mata untuk melihat keadaan sekitar dengan jelas.

"Akhirnya lo bangun juga" suara bass  seorang laki-laki terdengar. Julian menggeser tirai berwarna hijau disamping ranjang. "Udah baikan kan?" lanjutnya.

Zira mengernyitkan dahi. "Julian? Lo ngapain disini?"

Laki-laki itu langsung memamerkan tas berwarna biru pastel milik Zira yang mana tersampir dibahu kanannya.

Zira tersenyum. "Lo nggak malu bawa tas cewek?"

"Ngapain gue harus malu? Gue nggak nyuri tasnya kok" Jawab Julian santai.

Zira tersenyum untuk kedua kalinya. "Udah pulang ya" gadis itu melirik keluar pintu yang menampilkan suasana lapangan sekolah. "Emang berapa lama gue tidur?" Zira bertanya pada dirinya sendiri. Ia mengusap tengkuknya.

Julian melirik arlojinya. "Mungkin 2 jam?" ucapnya sambil menaikkan satu alis.

"Selama itu ya" Zira menguap.

"2 jam aja masih nguap gitu" Julian melirik jahil kearah Zira.

"Ish" Zira mencibir sambil memutar kedua bola matanya. "Btw, lo nggak pulang?"

"Gue nggak tega aja bangunin lo, makanya gue tungguin" jawabnya.

Zira membeku ditempatnya. Rasanya tubuhnya kini sudah berubah dari musim panas ke musim dingin. Bukan hanya karna pengaruh obat yang sudah diminumnya tapi juga karna Julian.

"Yaudah yuk pulang" ajak Julian kemudian.

Zira menyadarkan dirinya. Ia mengangguk. Gadis itu berusaha turun dari ranjang tapi dengan cepat Julian menaruh lengannya dipundak Zira dan membantu untuk turun.

Mereka berdua keluar dari ruang UKS. Koridor tampak sepi begitu juga dengan lapangan karena murid-murid sudah banyak yang meninggalkan sekolah.

"Lo kok mau sih nungguin gue? Ibu penjaga UKS nya kan galak" ucap Zira.

"Gue cuman ngedipin mata, trus ibunya bilang nanti kuncinya taruh di ruang Tata Usaha" Jawaban Julian membuat Zira menyipitkan matanya.

"Bohong" gadis itu tak berpaling dari wajah Julian. Sementara laki-laki itu langsung tertawa kecil.

"Yaudah kalo nggak percaya" Julian terus berjalan menatap lurus kedepan diselingi senyum tipis dibibirnya.

"btw, thanks ya lo udah nungguin gue"

"Apasih yang nggak buat lo" Julian memalingkan kepalanya untuk dapat melihat Zira.

Pipi Zira bersemu. Tak dapat dipungkiri, bunga-bunga dalam hatinya kini mekar dengan indah.

The Power Of Girls [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang