(22)

896 47 0
                                    

Kehidupanmu seperti buku yang memiliki banyak bab yang berbeda. Satu bab yang buruk bukanlah akhir dari buku itu-
===

Author POV

"Anak-anak, karena sebentar lagi kita akan memperingati hari Ibu dan hari ulang tahun sekolah, maka ibu mengundang kepada orang tua kalian untuk datang melihat kalian memeriahkan acara pada hari Ibu dan hari ulang tahun nanti. Jadi disana akan ada pertunjukkan spesial khusus untuk Ibu kalian, jadi jangan sampai ibu, mamah, mami, atau bundanya ketinggalan ya. Nanti ibu juga akan siapkan pertunjukkan dari kelas ini, kalian siap-siap ya" Bu Mira, wali kelas IV-A menjelaskan.

"Iya buuu" jawab seluruh murid kelas IV-A.

"Bu saya boleh nanya nggak?" Yara mengangkat tangannya agar ia dapat bertanya. Semua siswa-siswi menoleh ke arahnya.

"Ya kenapa Yara?"

"Kalo ngajak ayah boleh nggak bu? Soalnya ibu Yara udah nggak ada" ucap Yara sedikit sedih. Ia berusaha menutupi kerinduannya kepada sosok ibundanya. Bagaimana tidak, kalau diumurnya yang masih lima tahun ia sudah ditinggalkan ibunya karna penyakit kanker otak yang diderita oleh ibunya.

Semua pasang mata dikelas itu langsung menatap Yara. Tatapannya bermacam-macam. Ada yang kasihan, biasa saja, bahkan ada yang hampir menertawakannya. Bu Mira langsung angkat bicara. Ia tersenyum. "Boleh kok. Yang penting salah satu orang tuanya datang ya"

Yara tersenyum mendengarnya. "Iya bu. Nanti Yara ajak ayah buat datang kesini" kata Yara antusias.

Bu Mira ikut tersenyum. Ia melihat Yara yang begitu kuat dan bersemangat dalam menjalani hidupnya walaupun sudah ditinggalkan oleh salah satu orang tuanya.

"Baik anak-anak ibu cukupkan dulu pelajaran sampai disini. Kita lanjutkan minggu depan" ucap bu Mira kemudian. Bu Mira membereskan buku-buku yang masih ada diatas meja guru. "Oh ya Yara, habis ini kamu temui ibu diruang guru" sambung bu Mira sudah rapi dengan buku-bukunya.

"Iya bu" balas Yara.

Bu Mirapun keluar dari kelas. Selepas itu, murid-murid dikelas Yara beranjak dari kursinya seraya memberinya kalimat-kalimat yang membuatnya menghentikan pergerakannya ketika memasukkan buku-bukunya kedalam tas.

"Hahaha Yara udah nggak punya ibu lagi"

"Kasian deh ibunya udah nggak ada"

"Hahaha"

Setengah dari murid dikelasnya berjalan sambil menga-ngatai Yara dengan perkataan seperti itu dan ada juga yang tertawa setelah mendengar temannya berkata. Sementara yang lain ada yang hanya diam tidak mau ikut campur dan langsung meninggalkan kelas untuk pergi ke kantin.

Yara terkejut bukan main. Baru kali ini ia diolok-olok tidak mempunyai ibu. Setiap kata-kata yang meluncur dari mulut temannya sukses membuat paru-parunya seperti ditusuk benda tajam dan mengembang kempis secara tidak teratur. Ia berusaha menormalkan napasnya. Tapi cairan bening dipelupuk matanya tidak bisa menahan sakitnya tusukan yang sudah mengenai hatinya. Matanya sudah mulai berkaca-kaca seiring tawaan yang keluar dari mulut teman-temannya.

Ia memandangi satu-persatu teman-temannya itu. Mulut mereka terbuka lebar menertawakan Yara yang masih duduk terpaku dikursinya. "Kenapa kalo aku udah nggak punya ibu? Masalah buat kalian? Urusin hidup kalian sendiri!!" Yara berbalik dan langsung membentak meja dengan keras. Sementara teman-temannya yang berdiri diantaranya langsung terkejut melihat perubahan ekpresi Yara. Napasnya tidak teratur seiring kata-kata yang keluar dari mulutnya.

"Eh Yara santai dong kalo ngomong"
Temannya yang bernama Vina, anak pengusaha kaya yang selalu gonta-ganti barang sekolahnya dengan merek branded langsung berbicara seperti itu ke Yara.

The Power Of Girls [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang