(10)

1.2K 55 1
                                    

I dare you to let me be your, your one and only
Promise I'm worthy to hold in your arms
So come on and give me the chance

One and Only - Adele (2)

===

Zira mengeluarkan biolanya. Warna coklat terangnya masih terlihat walau sudah disimpan lama. Ia menatap biola itu dengan mata yang berkaca-kaca. Biola itu adalah biola kesayangan dan kebanggaan Zira yang diberikan ayah dan ibunya saat Zira berulang tahun yang ke-8. Sejak saat itulah gadis yang kini sudah berumur 16 tahun tersebut mulai menekuni dan mendalami hal-hal yang berbau musik, terutama biola.

Julian yang juga bersiap-siap dengan gitarnya berhenti beraktivitas saat dilihatnya Zira yang sedari tadi berdiri mematung dengan mata berkaca-kaca menatap biolanya.

Sudah lama sekali ia tidak memainkan biola, terakhir baru-baru ini saat kepindahannya ke Jakarta, yaitu saat bermain bersama ke tiga saudaranya ditaman belakang rumah. Sejak kepergian ibu biola itu memang jarang sekali dipakai. Ia pasti akan selalu teringat ibunya yang dengan senyuman hangat mengajarinya tanpa kenal lelah walaupun beberapa kali tali biola itu sempat putus.

Zira tidak bisa lagi nahan air mata yang sudah terbendung dipelupuk matanya. Secepat kilat setetes air jatuh melewati pipinya.

"Zir. Lo nggak papa?" Tanya Julian hati-hati sambil menepuk bahu Zira pelan.

Zira langsung menghapus air matanya yang masih berbekas dipipi. Ia mengangguk sambil tersenyum.

"Zir, kalo elo ada masalah lo bisa cerita ke gue. Siapa tau gue bisa bantu" Julian meletakkan tangannya di kedua bahu Zira menatap gadis itu dalam.

"Nggak papa kok. Gue cuma inget sama nyokap gue" Zira berkata lebih lesu dari biasanya.

"Gue tau apa yang lo rasa in sekarang. Kehilangan sosok seorang ibu pasti sangat membuat lo tertekan. Tapi, lo jangan berlarut-larut dalam kesedihan. Gue tau lo cewek yang kuat yang bisa ngelewatin ini semua dengan mudah". Perkataan Julian memang benar. Zira tidak boleh sedih. Ia masih punya banyak waktu untuk beraktivitas bersama keluarganya, terlebih untuk membahagiakan ayahnya saat cita-citanya tercapai.

Zira menatap mata hazel milik Julian. Rasanya mata itu bisa membuatnya bahagia dan melepaskan beban yang membuat pundaknya terasa berat. "Makasih Julian"

Julian langsung melepaskan kedua tangannya dibahu Zira dan memeluk gadis itu, membuat jarak diantara mereka semakin tidak terlihat. Zira awalnya bingung, tetapi saat merasakan aroma parfum Julian yang maskulin membuat Zira tak bisa begitu saja melepaskan pelukan itu. Tak dapat dipungkiri, Zira akhirnya merasa nyaman pada seorang laki-laki selain ayahnya.

Untuk kali ini aku ingin waktu berhenti berputar. Menjadikan sebuah momen yang tak akan pernah ku lupakan. Sebagai pertanda bahwa aku bahagia dan ucapan Julian akan ku jadikan semangat untuk kedepannya. Batin Zira.

Julian lalu melepaskan pelukannya. "Lo main duluan" Ia mengambil biola milik Zira dan memberikannya pada gadis tersebut.

Zira mengangguk pelan. Ia menaruh biola itu di bahu sebelah kiri. Zira menutup kedua matanya. Kata ibunya dulu, memainkan sebuah lagu juga memahami makna dari lagu tersebut agar apa yang ingin kita sampaikan diterima dengan jelas untuk yang mendengarnya.

Perlahan nada Viva La Vida mulai menggema di setiap sudut ruangan itu. Alunan nada itu terdengar merdu nan lembut. Julian ikut mendengarkan lagu yang dimainkan Zira.

Lagu itu adalah lagu yang Zira mainkan saat ikut lomba yang diselenggarakan disalah satu acara dan tak disangka ia mendapat juara diumurnya yang masih 9 tahun. Itu semua berkat kerja keras dan dukungan seorang ibu yang selalu ada disisinya. Melalui lagu ini Zira berharap bisa melepas kerinduan akan sosok seorang ibu.

The Power Of Girls [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang