[Fakta]

94 6 0
                                    

Briani mulai mengeluarkan sebuah amplop hitam, beserta kertas dan mulai menuliskan beberapa kalimat diatas kertas putih tersebut. Ia tidak tahan, melihat Nathan yang bisa tersenyum lepas bersama Windy. Siapa sih gadis itu?. Baru mengenal Nathan saja sudah sok-sokan dekat.
"Yak! Semoga berhasil." Briani bergumam dalam hatinya. Suasana kelas pun mendukung, dikarenakan guru masih mengikuti rapat. Alhasil jam kosong. Dengan tergesa, Briani menyusuri setiap lorong sekolah dan mencari dimana kelas X-D berada. Yak! Tempat dimana Windy belajar. Dimana dia tau? Briani gitu.. Ia selalu memiliki mata-mata dimanapun. Ia rela membayar salah seorang siswa di kelas Windy untuk memata-matai gadis tersebut.

Sampainya didepan kelas Windy, ia memanggil salah seorang anak untuk menaruh amplop tersebut diatas bangku Windy. Dan diiyakan. Briani tersenyum lega. "Misi pertama sukses." terangkat sedikit sudut bibir Briani sebelah kanan. Dan berjalan pergi.

Beberapa jam kemudian. Bel pulang berbunyi. Nathan mulai tergesa-gesa dalam memasukkan segala keperluan sekolahnya. "Bro balik dulu. Titip salam buat mantanmu". Sambil tertawa, Dhani meninggalkan Nathan yang hanya diam menganga. "Issh sudah gila". Nathan bergumam. Kemudian terdengar suara sepatu yang menuju kearahnya. "Mau ketemu Windy?". Kalimat tersebut pun terlontar dari bibir seorang gadis yang tak asing bagi Nathan. Yaitu Briani. Ia hanya menganggukkan kepala saja. Dan pergi meninggalkan Briani.

Sudah cukup lama Nathan menunggu Windy disini. Ya ditempat Wi-Fi biasa mereka bertemu. Namun, tak secuil pun terlihat tanda-tanda kehadiran Windy. Kemana gadis itu?. Nathan mulai khawatir. Ia mengeluarkan ponsel yang ada disakunya. Mencoba mencari nama Windy disitu dan menelponnya. Namun...

Maaf nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi-

Segera ia mematikan ponselnya. Firasat Nathan semakin tidak karuan. Serasa ada hal buruk yang menimpa gadis juniornya tersebut.

Bruuukkk!!

Terdengar suara tabrakan yang cukup kencang tepat didepan sekolah Nathan. Semua siswa berhamburan keluar untuk melihat insiden tersebut. Nathan pun ikut berlari. Pikirannya sudah tidak karuan. Ia takut bahwa yang tertabrak itu..
"WINDY!!!!!!" teriakan Nathan membuat segerombolan anak yang menggerumun itu menoleh kepadanya. "Kenapa bengong?? Telfon ambulance!" segera salah seorang menelpon ambulance. Terdengar bisik-bisik siswa, bahwa Windy korban tabrak lari. Shit! Emosi Nathan mulai memuncak. Ia tidak akan memaafkan siapapun yang menabrak Windy saat ini. Tidak akan.

1 jam yang lalu

Windy bersiap untuk menemui Nathan di tempat biasa. Namun ada yang menahan langkahnya. Menggenggam erat tangannya. Briani Deriyya. Ya aku ingat dia. "Ada apa kak?" Brianni tanpa berbicara langsung menyeret paksa Windy ke tempat yang jauh dari keramaian. "Jangan dekati Nathan!" Suara Briani terdengar keras membuat Windy jadi tersentak. Ia ingin menangis, bukan karena ia lemah namun memang ia tidak bisa dibentak. "Kenapa? Memangnya kamu siapanya Nathan? Pacar? Setau aku, Nathan sudah tidak pernah berpacaran selama 2 tahun." Windy mencoba berkata sesantai mungkin. Briani mulai geram. "Aku mantan kekasihnya. Aku bakal bikin dia balik ke aku. Ya karena aku tau, Nathan gak bisa nglupain aku. Jadi kamu Windy, jangan dekatin dia atau kamu dan keluarga kamu bisa aku asingkan dari kota ini." Windy mulai takut. "Asingkan saja. Bagaimana bisa kamu mengasingkan aku dan keluargaku?". Terdengar nada bicara Windy yang bergemetar. Briani mendekatkan bibirnya ke telinga Windy dan berbisik "karena semua aset keluarga kamu ada ditangan ayahku". Windy tersentak. "Jadi selama ini kamu adalah anak dari Bapak Rendra Trinensia?". Briani mengangguk dan langsung melanjutkan "aku menyembunyikan nama panjangku. Nama panjangku aslinya Briani Deriyya Trinensia. Putri dari bapak Rendra Trinensia. Pemilik aset keluarga kamu". Pak Rendra lah yang membantu segala keperluan keluarga Windy mulai dari pekerjaan ayahnya, tempat tinggal hingga asuransi pun sudah ditanggung oleh ayah Briani. Beliau sengaja menyembunyikan identitas anak semata wayangnya. Dikarenakan trauma. Entah karena apa Windy belum tau. Briani melangkah pergi meninggalkan Windy sendiri. Meneteslah air mata yang membasahi pipi Windy.

Windy pun melangkahkan kakinya dengan malas untuk menuju rumahnya. Ia sengaja berjalan kaki untuk menghemat uang miliknya. Windy sibuk dengan pikirannya yang berdebat dengan batinnya. "Aku harus bagaimanaaa???". Ia pun mulai meneteskan air mata kembali. "Segitu sulitnya ak-" kalimat Windy terputus. Punggungnya seakan dihantam oleh benda yang sangat berat. Oh tidak itu bukan benda. Namun mobil. Setelah itu Windy tidak sadarkan diri.
"Rasakan!" Briani hanya tersenyum bangga dan kemudian menancap gasnya dengan kencang sebelum ada yang melihatnya.










Halooooo bagaimana? Masih mau lanjut kah? Vote yaaa :)
Thanks :)

All Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang