[Pengasingan]

86 6 0
                                    

Nathan setia menunggu Windy dia selalu disebelahnya tidak pernah meninggalkannya sedetikpun. Dan berharap Windy cepat siuman. Ia menggenggam erat tangan gadis tersebut tanpa melepaskannya. Sesekali ia menciumnya. Sampai akhirnya, mata Nathan terasa berat. Dan kepalanya pun diletakkan diatas ranjang sebelah Windy tertidur.
Tak lama, Windy siuman. Badannya terasa sakit semua. Dan ia melihat disebelahnya. Seorang yang amat sangat ia sayangi tertidur sambil menggenggam erat tangannya. Windy tidak bisa menahan kebahagiaannya tersebut. Ya walaupun badannya yang sakit semua. Namun tidak masalah. Tangan sebelah kanan Windy pun mengusap pelan puncak rambut Nathan. Dan berkata "Aku sayang kamu kak". Sambil tidak meninggalkan senyum sedetikpun dari wajahnya.
Beberapa hari setelah kejadian tersebut. Nathan mulai over protective dengan dirinya. Namun Windy bukan merasa risih malah semakin bahagia. Lain halnya dengan Briani yang kelihatan geram. Windy masih terbayang dengan ancaman Briani. Apa memang dia harus menjauhi Nathan? Apa harus?. Windy mendongakkan kepalanya dan memejamkan kedua mata tersebut. Bernafas dalam dan menghembuskannya secara berulang. Saat ia membuka mata, tepat didepannya ada Nathan. Sejak kapan makhluk ini berada didepannya? Dengan sisa jarak yang hanya 5cm dari dirinya dan posisisnya disekolah. Sakit jiwa dasar pemimpin ini. Tapi tekatnya tetap bulat. Ia tidak bisa menghindari Nathan sekalipun ia harus diasingkan.

Berbulan-bulan kemudian mereka semakin dekat dan tambah makin dekat. Nathan yang seakan membuat kehadiran Briani tidak ada malah membuat wanita tersebut geram dan bertekat untuk mengasingkan Windy secepatnya.

Windy POV

"Yuk naik". Tiba-tiba saja Nathan ada disebelahnya dan menawarkan tumpangan. Dengan senang hati Windy pun naik ke atas sepeda motornya. Aaa yatuhan senangnya. Terasa lepas sudah beban Windy jika sudah bersamanya. Iya bersama Nathan Renaldio. Sesampainya di rumah Windy. Nathan pun langsung pulang. Windy tetap memandanginya yang sudah melangkah menjauh dan hilang. Kemudian ia masuk kedalam rumah. Kenapa begitu sepi. "Ayahh.. Aku pulang". Kemudian ayahnya keluar dari dalam kamarnya. Entah kenapa ayahnya tersebut langsung memeluk anaknya. "Kita harus pindah Win. Tapi ditempat yang sangat terpencil dan jauh dari perkotaan. Dan dengan terpaksa kamu harus meninggalkan sekolah kamu nak". Windy meneteskan air mata. Ia tak percaya bahwa Briani begitu tega. Sebegitu cintakah ia kepada Nathan?. "Tidak apa ayah. Sudah waktunya kita harus pindah". Windy mencoba menenangkan ayahnya dan mencoba untuk tegar.

Tibalah ditempat ini. Tempat yang sejuk dan jauuuhh sekali dari rumah yang dahulu Windy tempati. Sebuah pedesaan yang tidak cukup banyak penduduk. But, not bad lah.. Windy rasa, ia langkah pertama untuk melupakan Nathan. Meskipun berat ia akan mencoba.
Tidak bersamanya tidak apa, yang penting aku masih bisa bersama keluargaku sudah lebih dari cukup.

Nathan POV

"Hahhhh.." Nathan menghela nafasnya panjang. Serasa beban dan pikiran yang sangat berat mengganggu dirinya. Ia merogoh ponsel yang ada dikantong celana panjangnya tersebut. Mencari sebuah nama kemudian menempelkan ponselnya ke telinganya.

Maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif
Arrrghh!! Nathan berdecak kesal. Dia bingung kenapa gadis ini tidak ada kabar. Yatuhan.. Apa yang sebenarnya terjadi.

Hari ini Nathan sangat malas berangkat kesekolah. Kenapa gadisnya ini tiba-tiba menghilang. Bikin kesal saja. "Pagi Nat". Sapa Briani ramah dan mulai duduk disebelah Nathan. "Aa iya Bri. Pagi". Terlihat sangat dingin Nathan pagi ini. Dia lebih memilih untuk diam dan tidak tersenyum sama sekali. Menyadari hal tersebut, Briani mulai geram. Apa segitu berartinya kah Windy tersebut?





Hellooooo para readers :)
Mau tau kelanjutannya kah? Vote nya ya pemirsaaa.. Thanks :)

All Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang