Part 1

1.8K 62 4
                                    

bhukk

"Aww!" pekik seorang perempuan dengan rambut sepunggung ketika sebuah bola basket mengenai kepalanya. "Sakitt anjirr."

Buku-buku yang dibawanya saat ini sudah berserakan di lantai. Seorang laki-laki bertubuh tinggi tegap sedang berlari kearahnya. Seketika pandangannya kabur dan tak lama kemudian normal kembali.

"Lo gak papa? Maaf gue gak sengaja," ujar laki-laki tadi dengan tenang, lalu mengambil bola basket yang tadi mengenai kepala Reina, nama perempuan itu.

'Dih ya ampun pake nanya lagi tuh orang' batin Reina, "gak papa gimana? Liat dong jidat gue sakit taii." Reina mengusap keningnya yang sepertinya sudah memerah atau bahkan mulai membiru.

"Terus mau lo apa?" Rahang laki-laki tadi mulai mengeras mendengar jawaban Reina.

Ia mengambilkan semua buku yang berserakan.

"Cepet berdiri, emang lo mau duduk disini terus? Gak malu diliatin orang-orang tuh?" tambahnya seraya menjulurkan tangannya ke arah Reina.

Perempuan yang masih terduduk di lantai tadi hanya terdiam tetapi satu detik kemudian Ia langsung berdiri tanpa bantuan laki-laki yang sekarang berada dihadapannya.

"Gue bisa bangun sendiri kali," kata Reina ketus sambil merapihkan seragamnya yang sempat berantakan.

"Yaudah, ini bukunya mau dibawa kemana? Biar gue bantuin," tanya laki-laki itu.

"Gue bawa sendiri aja. Makasih udah mau bantuin," jawab Reina datar dan sepersekian detik kemudian buku -buku itu sudah ada ditangannya.

Ia merasakan keningnya berdenyut. Anjir sakit banget, batinnya

Reina langsung menuju perpustakaan untuk meletakkan buku-buku yang ia bawa dan pergi ke UKS sebelum kembali ke kelas.

¤¤¤

Bel pulang telah berbunyi. Reina, Ilana, dan Sheryll memutuskan untuk pergi ke kedai ice cream dekat sekolahnya terlebih dahulu karena menurut mereka akan sangat membosankan bila harus langsung pulang ke rumah.

Ketika ingin keluar gerbang sekolah mereka bertemu Kelvin, salah satu teman dekat Sheryll yang juga teman Reina dan Ilana, ia memanggil Sheryll karena ada yang ingin biacarakannya. Alhasil Reina dan Ilana pergi lebih dulu ke kedai ice cream.

Tak lama setelah Reina dan Ilana memesan ice cream Sheryll datang dengan menundukkan kepala, tidak seperti biasanya. Reina mulai bertanya-tanya dalam benaknya apa yang terjadi dengan Sheryll. Ia dan Ilana hanya menatap Sheryll dengan tatapan bingung. Suasana hening namun sedetik kemudian Ilana mulai membuka suara.

"Lo kenapa, Ryll? Tumben banget nunduk gitu. Diapain lo sama si Kelvin?" Tanya Ilana penasaran sambil membuka instagram-nya.

Sheryll masih terdiam dan tetap menundukkan kepalanya. Reina yang mulai bingung akhirnya mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Sheryll agar Ia menjawab pertanyaan Ilana atau sekedar mendongakkan kepalanya, sedangkan Ilana sedang sibuk meng-scrolling instagram-nya.

Tak lama kemudian ice cream yang Reina dan Ilana pesan pun datang. Sheryll masih terdiam sambil sesekali memainkan jari tangannya.

"Sheryll, lo gak kenapa-kenapa 'kan? Gak diapa-apain kan sama Kelvin?" Tanya Reina mengguncang-guncangkan tubuh Sheryll tak sabaran. "Sheryll Renata, gue ngomong sama lo anjirr!"

"Lo gak kesambet kan ya, Ryll?"

"E-eh iya. Maaf," jawab Sheryll gugup yang membuat Reina mengerutkan keningnya.

"Akhirnya ngomong juga tuh anak," ujar Ilana santai tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

"Lo kenapa sih? Gregetan anjir gue liatnya," kata Reina sambil memasukkan suapan pertama ice cream rasa Vanilla yang ia pesan tadi kedalam mulutnya.

Sheryll masih juga menunduk dan memainkan jari-jari tangannya yang lentik. "Gu-gue, gue ...."

"Apaan sih, Ryll. Jangan bikin kepo," kata Reina memutar bola matanya malas. "Gila gue gregetan banget!" tambahnya antusias.

"Tau nih, lama banget lo ah, jenggotan gue nungguin lo ngomong, Ryll," kata Ilana juga, nadanya naik sedikit.

"Ja-jadi sebenernya gu-gue.. jadi tadi gue--"

"Ihh, sejak kapan sih lo jadi gagap begini? Cerita cepetan anjay!" selak Ilana membuat Sheryll menghentikan ucapannya. "Kelamaan, Ryll, oemji seketika pusing gue."

"Yehh si anjay, orang udah mau ngomong juga, pake diselak segala. Gak jadi 'kan ngomongnya," kata Reina menatap Ilana jengkel.

Ilana hanya menampilkan cengiran khasnya. "Hehe iyaa maaf-maaf, gregetan abisnya nih anak gak cerita-cerita."

Ilana mematikan ponsel miliknya dan meletakkannya terbalik diatas meja.

"Serius nih, jadi lo kenapa?" Tambahnya.

"Lah taii.. sejak kapan lo bisa serius Lan?!" Ledek Reina yang diakhiri dengan tawaan hambar.

"Diem ehh..," kata Ilana yang sepertinya benar-benar mulai serius. "Cepetan cerita, Ryll."

Reina hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju dengan Ilana agar Sheryll segera bercerita.

"Tadii.."

• • •

Haii haii

Part pertama nihh.. maklumin ya masih amatir jadi belum bagus hehe.. baca part-part selanjutnya yaa.. don't forget to vote and comment!!

Different [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang