Part 15

486 25 1
                                    

Aku mau ngasih tau kalo part ini adalah part terakhir dari cerita yang penuh drama ini, terus mungkin bakalan ada drama juga di part ini, kayak drama yang sering Aldino tonton wkwk. Soo.. jangan jijik ya!!:v

Selamat membacaa~

_______________

Ujian kenaikan kelas telah berakhir sejak seminggu lalu, satu minggu penuh itu sekolahnya mengadakan classmeeting yang berarti tidak ada jam pelajaran, tetapi Reina tidak sekalipun bertemu Aldino, dan hari ini Reina akan menerima raport.

Setelah ini ia akan libur selama sebulan penuh, bermalas-malasan dirumah yang menyedihkan. Hari ini juga ia akan mencoba berbicara kepada Sheryll dan Ilana lagi.

"Ryll, Lan," ucapnya saat baru saja keluar ruangan setelah mengambil raport, disana sangat riuh, ada yang terlihat senang karena mungkin nilainya bagus, ada juga yang terlihat murung. "Gue mau ngomong."

Ilana dan Sheryll hanya menolehkan kepalanya kearah Reina dan menatapnya dengan tatapan membenci, kemudian mereka tidak menghiraukan perempuan yang sekarang berjalan dibelakang mereka.

Sudah cukup. Reina muak dengan semua ini, ia harus menyelesaikannya sekarang juga.

"Lan... Ryll, please gue mau ngomong sama kalian sebentar aja," katanya menarik tangan Ilana dan Sheryll yang sedang bertautan.

"Apaan sih, Na? Mau ngomong apaan lagi?" Tanya Ilana ketus.

"Ya kalian harus ngasih tau gue kenapa kalian kayak gini"

"Lo tuh harusnya sadar, Na. Gue tau semuanya," Ilana terus menjawab sementara Sheryll hanya diam.

"Gue aja gak tau apa salah gue, Lan," jawab Reina parau.

"Gue tau, lo suka sama Randy, gue tau waktu itu lo ketemuan sama dia di cafe, gue tau semuanya. Bahkan lo ketemuan sama dia pas lo udah tau kalo gue suka sama dia, Lo itu ngancurin semuanya!" Muka Ilana sudah memerah karena menahan amarahnya.

"Dan, lo ngancurin persahabatan kita! Lo udah tau kalo Ilana suka sama Randy, terus kenapa lo tetep deketin dia? Awalnya gue gak mau berpihak ke siapapun, tapi lo itu egois, Na. Jadi nyesel punya temen kayak gini, haha." Sheryll melanjutkan ucapan Ilana dan diakhiri dengan tawa parau.

"Jadi, kalian marah sama gue cuma gara-gara itu?" Suara Reina sudah meninggi. "Kalian seharusnya nanya ke gue yang sebenernya bukan malah ngediemin gue kayak gitu. Waktu itu emang gue janjian sama Randy di cafe, ada yang mau dia omongin ke gue, lo tau gak apa yang dia bilang? Dia ngejelasin semuanya kenapa selama ini dia deketin gue, dia deketin gue cuma biar gue bisa bantuin dia deket sama lo, Lan. Disaat gue mulai suka sama seseorang, orang itu malah suka sama sahabat gue, lo pikir gak sakit pas tau orang yang lo suka cuma deketin lo untuk ngebantuin dia deket sama 'sahabat' lo sendiri?" Reina menekankan saat ia mengucapkan sahabat.

"Na..."

"Ini alasan kenapa gue gak mau suka sama orang dari dulu, gue takut persahabatan gue rusak kayak gini cuma gara-gara cowok, gue takut cowok itu gak nganggep gue kayak gue nganggep dia, gue takut kejadiannya bakalan kayak gini. Bahkan gue yakin, kalian gak tau kan kalo orang tua gue udah pisah rumah? Disaat gue butuh temen buat cerita tentang masalah gue, kalian gak ada, kalian ngediemin gue." Setelah ucapannya selesai, Reina langsung meninggalkan kedua sahabatnya.

"Reina! Na!"

***

Reina benci, benci dengan semuanya. Satu-satunya yang ia pikirkan sekarang hanya rumah Aldino. Ia berjalan menyusuri jalan beraspal yang sangat panas, sampai ia tiba disebuah rumah dengan pohon kamboja didepannya.

Ia memencet bel, sudah tiga kali, tetapi tak ada jawaban, nomor Aldino juga tak bisa dihubungi, kata si operato nomornya sedang diluar jangkauan. Reina bingung.

Ia mencoba bertanya kepada salah satu tetangga Aldino --seorang ibu-ibu yang berumur sekitar 35 tahun--dan katanya, keluarga Aldino pergi, mereka sudah pindah. Wanita itu bilang, Aldino menitipkan surat untuk Reina.

Ia membaca surat yang dititipkan tadi, didalam sebuah amplop berwarna hijau tosca sama seperti surat yang sering ia dapat dulu.

Hai, Edelweis.

Gue Aldino, tetangga satu perumahan lo.

Gue gak tau nih mau mulai dari mana hehe, yaudah sebelumnya gue mau minta maaf karena gue gak ngasih tau lo kalo gue harus pindah, Ayah gue dipindah tugas, tapi semoga gue bisa balik kesini lagi, ketemu lo.

Gue mau ngejelasin semuanya, hal yang gak pernah berani gue jelasin secara langsung, gue tau kok gue cemen, tapi emang gitu kenyataannya.

Gue suka sama lo, Na.

Aneh ya? Gue juga gak pernah ngerti kenapa gue bisa suka sama lo, gue udah suka sama lo dari pertama kali gue liat lo kena bola dilapangan waktu itu, kok gue bisa liat? Iya waktu itu pas banget gue lewat, saking gak beraninya gue, gue cuma bisa ngeliat lo dari jauh. Gue terlalu takut buat muncul didepan lo walaupun cuma buat nyapa lo, sampai gue cuma berani ngirimin lo surat, sama kayak sekarang, surat hijau tosca yang ngegambarin ke-nggak beranian gue.

Pasti sekarang lo lagi mikir kan kenapa di surat itu inisial pengirimnya B? Sedangkan inisial nama gue aja AF. Jadi semua keluarga gue biasa manggil gue Bian, sama kayak sebelumnya, gue terlalu takut kalo lo tau yang ngirim itu gue, jadi gue pake nama panggilan keluarga.

Gue mau selalu ada buat lo, Na. Tapi gue tau gue gak bisa, gue tau lo cuma nganggap gue 'tetangga' lo, gue sadar semuanya.

Miris banget ya, haha.

Yaudah itu aja yang mau gue kasih tau ke lo. Maaf buat semuanya.

-Bian

Reina mematung, kenapa begini? Kenapa akhirnya semua orang meninggalkannya? bahkan seseorang yang ia anggap tidak akan meninggalkannya pun pergi meninggalkannya.

Tamatt!

***

Haloo semua akhirnya tamat juga yaa!! Aduh aku senang sekalii:v maaf buat ceritanya yang abal-abal, maklum masih amatiran.

Makasih buat semua yang mau baca sampe part akhir ini, makasihh banget aku sayang kalian❤

Tunggu cerita aku yang selanjutnya ya!

Trimakasii

Different [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang