Part 4

573 37 2
                                    

*bhukk*

Sesuatu mengenai kepala Reina. Benda itu, benda yang beberapa hari lalu mengenai kepalanya juga. Yap, bola basket.

"Aduhh!!" Pekiknya yang membuat semua penonton memandangnya.

Reina merasakan kepalanya sangat sakit, kali ini bola itu mengenainya tepat diatas kepalanya dan sangat kencang. Pandangannya kabur, ia mendengar suara sebuah peluit yang ditiupkan nyarin, tak lama kemudian dia melihat dengan samar bahwa banyak orang yang sudah mengerubuninya. Seketika semuanya hitam.

BLAMM!

*****

"Aduhh kepala gue sakit banget." Gumam reina sambil memegang kepalanya yang masih terasa sakit.

"Na, na, eh Reina. Lo udah sadar na!?" Tanya Ilana -lebih tepatnya teriak- rempong seperti biasanya.

"Lan, Reina baru sadar, terus lo udah teriak teriak depan dia, kasian lan." Kata Sheryll lembut.

"Oh iya maaf ya na." Kata Ilana meminta maaf.

"Ini UKS ya lan, ryll?" Tanya Reina pelan.

"Iya, tadi abis kena bola basket itu lo pingsan jadi dibawa kesini." Jelas Sheryll.

"Yang bawa gue kesini siapa?" Tanya Reina lagi.

"Nah itu na, yang bawa lo kesini itu cowo yang ngenain kepala lo tadi, Randy yang cogan basket itu!" Teriak Ilana antusias.

"Oh gitu, yaudah sekarang gue mau pulang." Pinta Reina kepada kedua sahabatnya.

Tiba-tiba pintu ruang UKS terbuka. Menampakan seorang laki-laki yang sedang berdiri disana dengan menggunakan kaus basketnya.

"Dia udah sadar?" Tanya laki-laki itu.

Reina langsung menolehkan kepalanya ke arah pintu UKS. Tersadapat seorang laki-laki yang sedang berjalan menghampirinya.

Deg. Jantung Reina terasa berhenti seketika, mata Reina dan laki-laki itu bertemu. Laki-laki itu, dia yang mengenai kepalanya dengan bola basket beberapa hari lalu.

"Iya dia udah sadar, dia pulangnya gimana? Gue sama Ilana naik angkutan umum, ga mungkin kan dia naik angkutan umum juga." Tanya Sheryll kepada laki-laki itu.

"Yaudah dia pulang bareng gue aja. Gue bawa mobil." Jawab laki laki itu santai. "Tunggu sini jangan kemana mana, gue ganti baju dulu."

'Gue pulang bareng dia? Cowo nyebelin yang udah bikin kepala gue sakit mulu?' Batin Reina.

Tak lama kemudian laki laki tadi kembali, penampilannya sudah berubah, sekarang tubuhnya tebalut sweater abu-abu tua yang senada dengan warna celananya.

Reina bangkit dari tempat tidur, kepalanya semakin sakit ketika dia bangun. Laki-laki itu membantu Reina untuk berjalan ke mobilnya, sedangkan kedua sahabat Reina membantu membawakan semua barang Reina.

Ketika di mobil suasana sangat hening dan canggung. Tak ada percakapan sedikit pun antara Reina dan Laki-laki itu.

"Hmm.. rumah lo dimana?" Tanya laki-laki tersebut yang membuat Reina tersadar dari lamunannya.

"E..eh di Perumahan Anggrek, blok A, nomer 54." Kata Reina sedikit canggung.

"Nama lo Reina kan?" Tanya laki-laki itu yang mencoba mencairkan suasana.

"I..iya, lo tau nama gue darimana?" Tanya Reina bingung.

"Tadi gue denger temen-temen lo manggil lo gitu." Jawabnya jujur. Reina hanya menganggukkan kepalanya.

"Jadi, nama lo Randy?" Kali ini Reina yang mulai bertanya.

"Yap." Jawab laki-laki yang di ketahui bernama Randy.

Suasana kembali hening, hanya terdengar suara klakson mobil dan motor yang terjebak macet. Jarak rumah Reina dan sekolahnya memang cukup jauh.

Tak lama kemudian mobil Randy sudah memasuki perumahan tempat rumah Reina. Reina memberitahukan jalan menuju rumahnya.

"Itu, 2 rumah setelah rumah ini rumah gue." Kata Reina menunjuk rumahnya. Randy memberhentikan mobilnya tepat di depan rumah Reina.

"Hmm.. mau mampir dulu?" Tawar Reina kepada Randy.

"Gausah deh makasih, lagian udah malem juga, lain kali aja." Jawab Randy.

"Oh okey, gue masuk ya." Jawab Reina yang sudah mulai akrab dengan Randy dan sudah membuka pintu gerbang rumahnya.

Randy sudah meninggalkan rumah Reina. Reina juga sudah memasuki rumahnya dan segera menuju kamar mandi dan beristirahat dikamarnya.

"Na, kamu baru pulang? Ko tumben pulang malem?" Tanya bunda Reina kepada Reina yang sudah berbaring di kasurnya.

"Oh iya bun, tadi kepala Reina kena bola basket jadi harus dirawat di UKS dulu." Jelas Reina jujur kepada bundanya.

"Kenapa kamu ga telpon bunda? Biar bunda yang jemput kamu ke sekolah." Tanya bunda yang mulai khawatir.

"Gapapa ko bun, tadi banyak temen Reina yang jagain, reina juga tadi di anterin sama temen Reina." Jelas Reina lagi.

"Oh gitu, tapi yang tadi nganterin itu temen apa temen?" Ledek bunda yang membuat Reina mengercutkan bibirnya. Ya, tadi bunda melihat siapa yang mengantar Reina.

"Temen bunnn.. beneran dehh.." kata reina meyakinkan bundanya.

"Yaudah deh kamu istirahat ya sekarang." Ucap bunda yang sekarang sudah keluar dari kamar Reina, Reina pun menuruti ucapan bunda.

Pikiran Reina melayang kemana mana, mengingat semua kejadian hari ini yang menimpanya. Tiba-tiba handphone-nya bebunyi menandakan ada 1 notification baru, Reina segera membukanya, notification itu berasal dari linenya.

Randy Julain
Add you by phone number

'Randy? Dia dapet nomer gue darimana?' Batin Reina bingung.

Tak lama dari itu sebuah pesan masuk.

From: Randy Julian

Na, add back ya.

Gue Randy yang nganterin lo tadi.

Oh iya cepet sembuh ya buat kepalanya. Maaf, gara-gara gue kepala lo jadi sakit gitu.

Reina membaca pesan tersebut dan tanpa disadari senyumnya sudah mengembang. Reina meng-add back Randy dan tak lupa dia membalas pesan dari Randy.

To: Randy Julian

Udah gue add back ya.

Makasih udah nganterin gue.

By the way, lo dapet nomer gue darimana?

Send

Reina tidak menunggu balasan dari Randy karena dia sangat mengantuk, jadi Reina lebih memilih untuk tidur. Reina merenggangkan tubuhnya di kasur dan mulai memejamkan matanya, tak lama kemudian dia sudah tertidur pulas.

Different [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang