Part 11

408 22 0
                                    

Reina hanya duduk di pinggir lapangan dan memperhatikan Ilana yang sedang mencoba memasukkan bola kedalam ring. Helai rambut yang diikatnya menjadi kuncir satu berterbangan tertiup angin, sesekali ia menyelipkan helai rambutnya itu kebelakang telinganya.

Cowok-cowok yang sedang bermain basket tadi sudah meninggalkan lapangan, sedangkan Ilana masih terus mencoba memasukkan bola kedalam ring, dan itu membuat Reina heran.

Tiba-tiba seorang laki-laki bertubuh tinggi menghampiri Ilana dan beberapa kali membantunya atau mungkin lebih tepat mengajarkannya untuk memasukkan bola kedalam ring. Reina sangat ingin tau siapa laki-laki yang membantu Ilana itu, tetapi matanya yang menderita miopi menyulitkannya.

'Ah kenapa gak keliatan sih? Gue kan kepo, jangan-jangan itu cowok yang digebet Ilana lagi.' Batin Reina

'Eh bentar kok kayaknya gue kenal ya sama dia, itu Randy bukan sih? Masa Randy gebetannya Ilana?' Batin Reina lagi. Ia menyipitkan matanya dan agak mencondongkan tubuhnya kedepan untuk melihat lebih jelas, dan benar ternyata laki-laki itu adalah Randy.

Aldino yang baru saja keluar dari ruang guru -karena dipanggil Pak Imam- melihat Reina yang sedang duduk sendirian di pinggir lapangan, lantas ia manghampiri Reina.

"Na, sendirian aja."

Reina terlonjak karena ternyata ada orang dibelakangnya, sontak ia menolehkan kepalanya yang membuat rambut kuncir satunya tersibak kedepan. "Eh.. gue kira siapa ternyata lo, No."

Reina menggeser duduknya untuk memberikan tempat agar laki-laki dibelakangnya bisa duduk, ia mengalihkan pandangannya lagi kearah lapangan. Aldino yang sudah duduk disebelah Reina mengikuti arah pandangan Reina.

"Lo gak pulang, No?" Tanya Reina sambil mengayun-ayunkan kakinya.

"Belum, tadi abis dipanggil Pak Imam terus gue liat lo lagi duduk sendiri disini yaudah gue samperin aja iseng hehe.." jelas Aldino menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. "Lo sendiri kenapa belum pulang?"

"Lagi nungguin Ilana noh." Tunjuk Reina dengan jari telunjuknya kearah Ilana yang masih bersama Randy. Aldino hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti.

Pandangan Reina tidak lepas dari Randy yang masih membantu Ilana, seketika matanya membulat dan ayunan kakinya terhenti ketika melihat Randy membantu Ilana memasukkan bola ke ring dengan memegang tangan Ilana dan posisinya berada dibelakang Ilana.

Aldino yang menyadari hal itu langsung menolehkan kepalanya kearah Reina yang masih membulatkan mata.

"Na, kenapa?" Tanya Aldino sambil mengayun-ayunkan tangannya didepan wajah Reina.

"E-eh.. gapapa, No. Kaget aja hehe."

"Oh gitu.." balas Aldino menganggukkan kepala. "Na, gue mau nanya boleh kan?"

"Nanya aja."

"Lo suka sama Randy ya?"

"Ha? A-apaan? Suka sama Randy? Engga kok." Jawab Reina agak salah tingkah. "Emangnya kenapa, No?

"Keliatannya begitu."

"Ya gitu lah susah dijelasin hehe." Reina terlihat masih agak canggung kepada Aldino.

"Jadi? Lo suka?"

"Gatau deh, kayaknya Ilana juga suka sama dia." Balas Reina dengan menampilkan senyum terpaksa.

"Yaudah deh. Tapi kalo lo mau curhat gue siap kok jadi tempat curhat lo hehe.."

"Lebay lo ah!"

"Dih gue serius."

Setelah itu keheningan terjadi diantara mereka berdua. Reina masih memandangi Ilana dan Randy, sedangkan Aldino yang mengikuti arah pandangan Reina sesekali melirik kearah perempuan disebelahnya.

Sampai akhirnya Ilana memecah keheningan dengan tiba-tiba muncul dibelakang Reina dan Aldino, dan membawa minum ditangannya yang Reina sendiri tidak tau kapan atau bagaimana Ilana meninggalkan lapangan sedangkan ia sendiri terus memandangi lapangan itu.

"Eh kaliann.. berduaan ajaa!" Teriak Ilana dengan wajah sumringahnya. "Na, kayaknya gue pulang sama Randy deh, lo pulang sama Aldino aja ya? Yayayaa?"

"Oh yaudah deh.. gue juga emang udah ada rencana mau pulbar nih sama Aldino." Balas Reina dengan memaksakan senyumnya dan jawabannya pun tak sepenuhnya jujur.

"Sipp sipp.. gue duluan yaa!! Nanti buka group biasa yaa gue mau curhat. Dadahh Reinaku sayang!!" Teriak Ilana yang sudah menggantungkan tasnya dipundak dan segera berlari kearah Randy yang sudah menyalakan motornya.

Matahari yang tadinya bersinar terang sekarang sudah menunjukkan cahaya oranye dan bersiap kembali keperistirahatannya. Tinggal lah Aldino dan Reina yang belum juga berpindah dari tempat awal mereka duduk.

"No, pulang yuk."

"Yaudah, yuk."

"Tapi gue laper."

"Nanti mau beli makan dulu?"

"Mager."

"Jadi? Langsung pulang?"

"Mager."

"Maunya apa?"

"Gatau"

"Na"

"Yaudah nanti ke minimarket dulu."

"Yaudah terserah lo."

"Gajadi deh mager"

"Suka-suka lo, Na. Suka-suka lo."

"Hehehe maapin yaa emang suka labil maklum lah remaja." Jawab Reina menampilkan cengiran khasnya.

"Jadi?"

"Jadi pulang."

"Gajadi beli makan?"

"Jadi deh."

"Yaudah jalan duluan."

"Mager, lo aja duluan"

"Lo duluan."

"Mager."

"Udah ah yuk, kapan jadinya kalo gini terus."

Aldino menarik tangan Reina yang berada di samping tubuhnya. Menyadari perlakuan Aldino itu Reina tidak bergerak sama sekali. Aldino tetap menarik tangan Reina, tetapi sang empunya tetap masih diam ditempat. Akhirnya Reina berdiri dan berjalan mengikuti arah jalan Aldino dengan tangannya yang masih terkait oleh tangan laki-laki yang sekarang berjalan didepannya itu.

Mereka berhenti sebentar disebuah minimarket yang letaknya cukup dekat dengan komplek rumah Reina. Reina membeli beberapa mie instant -karena bunda dan ayahnya sedang pergi keluar kota, sedangkan pembantunya sedang pulang kampung karena anaknya sakit. Jadi dipastikan tidak ada makanan di rumahnya kecuali makanan ringan-  dan 2 buah ice cream untuk dirinya dan Aldino.

*****

Different [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang