Part 2

810 43 5
                                    

Ilana hanya menampilkan cengiran khasnya. "Hehe iyaa maaf-maaf, gregetan abisnya nih anak gak cerita-cerita."

Ilana mematikan ponsel miliknya dan meletakkannya terbalik diatas meja.

"Serius nih, jadi lo kenapa?" Tambahnya.

"Lah taii.. sejak kapan lo bisa serius Lan?!" Ledek Reina yang diakhiri dengan tawaan hambar.

"Diem ehh..," kata Ilana yang sepertinya benar-benar mulai serius. "Cepetan cerita, Ryll."

Reina hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanda setuju dengan Ilana agar Sheryll segera bercerita.

"Tadii.." Sheryll menggantung kata katanya untuk yang ke sekian kalinya yang membuat Reina dan Ilana menghembuskan nafas malas.

"Jadi tadi Kelvin nembak gue," kata Sheryll cepat yang sukses membuat kedua sahabatnya melongo.

"Ihh anjirr gilaa Ryll, kok bisaa??" kata Reina shock.

"Terus terus lo terima ga?" Sambar Ilana cepat. "Lumayan kan dia ganteng," Ilana memang suka tergila-gila dengan cowo tampan.

"Nahh iya Ryll, lo terima ga?" tanya Reina antusias.

"Hmm.. iya gue terima," kata Sheryll walaupun kecil tetapi masih terdengar oleh Reina dan Ilana.

"Aduhh busett akhirnya sahabat gue punya pacar juga," kata Ilana senang, "sekarang tinggal lo nih na yang belum punya pacar."

Ilana memang sudah lama mempunyai pacar. Namanya Raihan, dia termasuk cowok yang paling di kenal di sekolah atau bisa disebut famous.

"Yaelah Lan nanti juga ada, lebih ganteng dari pacar kalian malah, ya kan secara gitu gue cewek cantik gini masa pacarnya jelek," Kata Reina yang mulai kambuh sifat pedenya.

"Iyain Na iyain. Lo udah berubah pikiran gitu? Kan katanya masih takut pacaran," tanya Ilana, Sheryll masih terdiam tetapi dia sudah tidak menunduk lagi. Ya mungkin dia masih mengingat peristiwa saat dia di tembak oleh Kelvin.

"Hmm.. belum sih hehe," kata Reina memakan suapan terakhir ice cream-nya dan menampilkan cengiran khasnya.

"Lo takut pacaran kenapa sih na?" Kali ini Sheryll yang bertanya.

"Ngomong juga lo akhirnya," kata Reina mencoba mengalihkan pembicaraan. Reina memang tidak terlalu suka jika membahas tentang kenapa dia tidak mau pacaran.

"Kebiasaan deh. Jangan ngalihin pembicaraan Na," kata Ilana yang sepertinya sedang sangat serius hari ini.

"Engga ngalihin ko, gue kan cuma bilang gitu masa--"

"Back to topic. Kenapa lo takut pacaran?" Potong Sheryll yang sudah mulai normal.

"Ishh galak banget sih lo Ryll. Gapapa ko, bukan takut cuma masih belum mau aja," jawabku asal, "Oh iya tadi gue kena bola basket tau. Nih liat deh jidat gue, masih merah ga?" Kata Reina yang mencoba mengalihkan pembicaraan lagi.

"Anjirr masih merah tuh. Siapa yang ngenain na?" Tanya Ilana rempong.

'yes akhirnya berhasil juga ngalihin pembicaraannya,' batin Reina dengan senang karena akhirnya berhasil untuk mengalihkan pembicaraan.

"Ahh masih merah kann. Masih agak sakit jugaa tauu," rengek Reina mengusap-usap keningnya yang masih memerah, "Gatau gue ga kenal sama dia. Anak basket sih kayanya." Jelas Reina.

"Terus, terus dia minta maaf ga?" Tanya Sheryll sama rempongnya dengan Ilana.

"Minta maaf sih, tapi kan tetep aja gitu gue kesel sama dia," balas Reina sambil mengercutkan bibirnya.

"Ehh.. eh.. jangan-jangan nanti Reina kaya yang di film-film gitu lagi, yang gara-gara kena bola basket atau apalah itu terus malah jadi suka," Kata Ilana yang sepertinya dia sedang menghayal.

"Ya ampun lan, yakali deh kaya gitu, alay banget," jawab Reina sedikit tertawa, "Itu mah mau nya lo kali kaya gitu, gue sih engga ya, makasih banget deh lan"

"Yaudah sih, na. Lo mah gitu banget. Udah ah pulang aja yuk," Ajak Ilana.

"Oh iya lo mau les kan ya. Kebiasaan nih sengaja lama-lamain pulang biar ga les, nanti dimarahin bunda lo lagi," Omel Sheryll.

"Iyaa.. mama Sheryll. Pj dulu dongg." Kata Reina meledek Sheryll yang sedetik kemudian pipinya langsung bersemu merah.

"Oh iya mama Sheryll jangan lupa pj nya ya," tambah Ilana yang membuat pipi Sheryll bertambah merah.

"Apaan si lo berdua. Godain gue mulu, jadi malu kan banyak yang godain," Kata Sheryll mengedip-ngedipkan matanya genit.

"Ihh geli gue ryll. Gue masih normal ya," Kata Reina sambil membayar pesanan ice cream-nya.

"Udah ah ngomong mulu. Gue mau pulang, capek," Kata Ilana yang sudah mulai kesal. Memang, mood Ilana sering berubah-ubah secara drastis.

*****

Different [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang