Part 7

550 27 0
                                    

Tepat pukul 8 malam, Reina terbangun dari tidurnya. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali hingga nyawanya sudah terkumpul penuh.

Seketika ia teringat dengan laki-laki yang mengantarnya tadi. Ia segera mengecek handphone-nya. Matanya langsung tertuju pada nama yang tertera pada notifnya. Kemudian dia membuka pesan tersebut.

From: Randy Julian

Gue tadi neduh di cafe deket rumah lo dulu kok. Kehujanan sih tapi dikit doang.

Reina sedikit lega ketika membaca pesan tersebut. Ya, yang mengantar Reina tadi adalah Randy. Kemudian dengan cepat Reina membalasnya.

To: Randy Julian

Maaf ya Ran, gara gara gue lo jadi kehujanan. By the way makasih ya.

Send.

Reina meletakkan handphone-nya di sebelah tubuhnya. Sekarang ia hanya menatap langit-langit kamarnya sambil sesekali menggelengkan kepala.

Tiba-tiba handphone-nya bergetar, ia berharap itu adalah pesan dari Randy. Dan benar, setelah ia membuka handphone-nya terdapat nama Randy disana.

Randy Julian: gapapa lah, apasih yang gak buat lo. Hehe bercanda ya na

Edelweis A. Reinavi: hah? Maksudnya?

Randy Julian: lo ga ngerti? Polos banget ya lo wkwk

Edelweis A. Reinavi: emang tadi maksudnya apa?

Randy Julian: gak, bukan apa-apa. Skip aja hehe

Reina hanya membaca pesan tersebut tanpa membalasnya. Kemudian ia mematikan handphone-nya dan kembali tidur.

*****

Hari-hari Reina berjalan seperti biasanya, tak ada banyak masalah yang dihadapinya, hanya masalah-masalah kecil seputar pelajaran.

Sampai suatu hari saat pelajaran olahraga. Semua siswa sibuk pergi ke loker untuk mengambil dan mengganti pakaian mereka.

Satu kertas berwarna hijau tosca yang sepertinya sebuah amplop keluar dari loker Reina saat ia sedang mengambil sepatu olahraganya. Sontak ia berjongkok untuk mengambil amplop tersebut, ia membukanya dan melihat ada sebuah pesan di dalamnya. Keningnya berkerut saat membaca pesan tersebut.

Hai, lo Edelweis Anastasya Reinavi kan? Salam kenal ya

-B-

'Ini dari siapa coba? Kenapa dia tau nama lengkap gue? B? B siapa ya?' Reina bertanya tanya pada dirinya sendiri.

Kemudian suara sebuah peluit menyadarkan Reina dari lamunan. Ia segera memakai sepatu olahraganya dan meletakkan amplop tersebut asal ke dalam lokernya, tak lupa ia mengunci lokernya terlebih dahulu. Setelah itu ia berlari menuju lapangan.

Di lapangan semua siswa sudah berbaris dengan rapih untuk pemanasan. Reina segera menuju barisan tersebut. Untungnya ia tidak terlambat, karena jika terlambat ia bisa di hukum berlari 5 keliling lapangan sekolahnya yang sangat luas.

Olahraga hari ini adalah volly, Reina dan kedua sahabatnya bukan termasuk siswa yang suka bermain volly seperti siswa lainnya, jika sedang olahraga bermain volly mereka lebih memilih untuk duduk di pinggir lapangan dan hanya melihat siswa lainnya bermain. Tapi tidak untuk hari ini, mereka terpaksa bermain volly karena hari ini sedang pengambilan nilai.

Setelah Reina mengambil nilai, ia kembali ke tempat ia duduk tadi. Ia melihat sebuah botol berisi air mineral ditempat duduknya dan terdapat sebuah kertas berwarna hijau tosca dibawahnya. Reina ingat, itu seperti kertas yang ada di lokernya tadi. Ia mengambil air mineral tersebut dan membaca pesannya.

Halo Edelweis, gue mau manggil lo edelweis aja boleh kan? Hehe. Ini minum buat lo. Tenang aja ga gue kasih apa-apa kok.

-B-

'Dia siapa sih? Kenapa dia bisa kenal gue ya? Ko gue jadi takut gini, serasa di teror gitu, bedanya yang ini kayanya baik gak kaya yang di film-film gitu.' Reina bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Pandangannya kosong menatap ke lapangan.

"Na! Jangan bengong eh!" Teriak Ilana membuyarkan lamunan Reina. Kemudian ia menatap kedua sahabatnya dan sepersekian detik kemudian ia kembali menatap lapangan.

"Ihh na, lo kok beli minum ga ngajak-ngajak sih, gue kan haus juga." Rengek Sheryll yang sudah kehausan.

"Gue aja ga tau ini minum darimana." Kata Reina jujur.

"Gimana sih lo na, terus lo dapet minum itu darimana?" Tanya Sheryll.

"Tadi pas gue selesai ambil nilai tiba-tiba ada di sini." Jawab Reina.

"Itu apaan na? Gue mau liat." Tanya Ilana yang kemudian mengambil kertas hijau tosca tersebut dari Reina.

"Ya ampun, masih ada aja orang kaya gini, mau ngedeketin pake surat-surat segala." Tawa Ilana pecah setelah membaca pesan tersebut. "Tapi lucu juga sih, beda dari cowo-cowo lain gitu."

"Apaan sih. Gue mau liat" kata Sheryll penasaran. "lah? Ada-ada aja nih orang. Sok sok-an jadi penggemar rahasia gitu."

"Yaudah lah ya, lagian gue ga terlalu peduli sama surat itu, paling orang iseng doang." Kata Reina tak sepenuhnya jujur.

Reina meneguk minuman yang ia temukan tadi, tanpa memperdulikan kedua sahabatnya yang masih sibuk dengan surat hijau tosca tersebut.

Setelah jam pelajaran olahraga habis, mereka memutuskan untuk kembali ke kelas untuk beristirahat sebentar kemudian berganti baju.

Bel pulang telah berbunyi. Kali ini Reina memutuskan untuk langsung pulang ke rumah karena dia harus les. Seperti biasa, kedua sahabatnya pulang bersama pacar mereka masing-masing.

Reina merasa seorang laki-laki sedang memperhatikannya ketika dia sedang menunggu angkutan umum. Karena penasaran, dengan takut-takut ia menolehkan kepalanya ke arah laki-laki tersebut, seragam yang dikenakan laki-laki itu adalah seragam sekolah Reina.

'Dia pake seragam sekolah yang sama kayak gue, tapi ko kayaknya gue ga pernah liat dia ya? Bodo ah.' Batin Reina yang masih memandang laki-laki tersebut penuh selidik.

Laki-laki itu mengalihkan pandangannya ketika ia sadar bahwa Reina sedang memperhatikan nya balik.

Tak lama setelah itu, angkutan umum yang telah Reina tunggu akhirnya datang, ia segera menaiki angkutan tersebut dan tidak memperdulikan laki-laki yang memperhatikannya tadi.

*****

Different [On Editing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang