Kelas terasa begitu sunyi saat guru Park menerangkan pelajaran fisika. Beberapa murid terlihat mencatat apa yang guru Park tuliskan di papan tulis. Tapi tak jarang pula yang hanya sekedar mencorat-coret buku tulisnya, menyobek dan kemudian melemparnya ke teman lain. Menurut mereka pelajaran fisika tidaklah menarik.
Seokmin yang memang pada dasarnya malas berpikir tentang betapa rumitnya rumus fisika, memilih untuk tidur dan tidak mempedulikan sekitarnya. Bangkunya yang berada di nomor dua dari belakang memberikannya keuntungan disaat membosankan seperti ini. Sementara Mingyu yang duduk di belakangnya sedang serius menatap mejanya. Bukan buku yang dia lihat, melainkan ponselnya yang menunjukkan gambar Wonwoo tengah tertidur. Gambar yang ia ambil semalam secara diam-diam.
Dan Soonyoung sedari tadi hanya memandang keluar jendela yang memperlihatkan keadaan lapangan sepak bola yang kini ramai dengan keberadaan murid kelas lain. Pikirannya kosong dan dia juga beberapa kali menghela nafas. Soonyoung seakan tak bisa berpikir tentang apa yang akan dilakukannya nanti malam.
Soonyoung sangat ingin menemui sosok pria misterius itu. Karena kesempatan mungkin tak akan datang dua kali untuk bisa menemuinya. Mengingat Soonyoung juga tidak tau siapa nama aslinya, dimana rumahnya dan bagaimana kesehariannya. Tapi Soonyoung juga tidak akan bisa membatalkan rencana kedatangan keluarga Lee Jihoon. Itu sama saja ia akan membuat masalah bagi keluarganya.
Inilah yang membuat Soonyong terkadang berpikir lebih baik mati daripada harus hidup dilanda dilema setiap hari. Soonyoung seakan tak memiliki kebebasan hidup untuk dirinya pribadi.
"Sampai jumpa di pertemuan minggu depan."
Tanpa Soonyoung sadari jam pelajarannya sudah habis. Dia mendadak linglung menatap teman-temannya yang berhambur keluar. Sudah berapa lama dia melamun?
"Seokmin-ah, ayo kita makan." Suara Mingyu memecah keheningan.
Soonyoung menarik matanya menatap Seokmin yang kini tengah tertidur dengan damainya di meja. Beberapa kali tangan Seokmin menepis tangan Mingyu yang mencoba mengganggunya. Dan tanpa Soonyoung sadari, bibirnya membentuk sebuah lengkungan indah yang disebut senyum.
"Bangunkan Seokmin, aku akan mentraktir kalian makanan enak." Ucapnya yang membuat Mingyu sedikit terkejut.
"Mentraktir? Bukankah makanan di cafetaria itu gratis, Pangeran?" Tanya Mingyu sedikit heran.
"Makanan yang gratis adalah makanan yang tersedia di meja besar cafe, jika kita ingin makanan lain cafetaria juga menyediakan berbagai macam makanan di buku menu. Tapi jika kita memesan apa yang ada di buku menu kita harus membayar untuk tiap porsinya." Jelas Soonyong yang hanya ditanggapi anggukan antusias dari Mingyu.
"Seokmin-ah, kau tidak dengar? Pangeran akan mentraktir kita. Bangunlah, cepat!" Mingyu menarik lengan Seokmin tapi Seokmin bahkan tak bergerak.
"Seokmin-ah!" Mingyu menariknya sekuat tenaga dan...
BUGH!
"Argh! YAK!" Seokmin menggosok pantatnya yang terasa ngilu karena terjatuh dari bangkunya.
"O,ow. Maafkan aku terlalu keras menarikmu." Mingyu tertawa tak berdosa melihat sahabatnya kesakitan.
"Kau! Awas kau Kim Mingyu, mati kau!" Seokmin mencoba untuk bangun dengan susah payah.
"Bangunlah!"
Gerakan Seokmin terhenti saat sebuah uluran tangan tepat berada di depan wajahnya. Soonyoung menjulurkan tangannya dan tersenyum geli melihat Seokmin yang kesakitan dengan posisi terduduk di lantai.
Seokmin menerima uluran tangan mungil itu dan menjabatnya. Mencoba berdiri meski Soonyoung terlihat kesusahan saat menariknya. Tentu karena perbedaan postur tubuh mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE LITTLE PRINCE (Soonyoung X Seokmin)
Fanfiction"Hey, kau pria cantik tak seharusnya berkeliaran malam-malam seperti ini. Pria hidung belang pasti akan mengincarmu." Gaya slengekan dari Seokmin si penguasa jalanan. "Jaga bicaramu. Aku ini seorang pangeran. Kau bisa dihukum karena bicara lancang p...